Senyum di bibir Anes semakin melebar ketika melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu sudah menampakkan wujudnya di antara keramaian parkiran sekolah malam ini.“Itu dia udah dateng.” Dengan begitu cerianya Anes menunjuk Darren yang baru saja keluar dari dalam mobil mewahnya.Secara spontan, Alea pun menengok ke sana.“Kelihatan banget muka nggak rela dia datang ke sini,” cibir Alea, tapi Anes hanya masa bodoh.Mau terpaksa kek, mau nggak kek, Anes mana peduli. Yang terpenting baginya hanya satu, A’a tampannya tetap menjadi pasangannya malam ini.“AKU DI SINI ‘A.” Anes melambaikan tangannya di antara keramaian.Melihat gadis pecicilan itu, Darren lantas mendengkus sambil mengayunkan kakinya menghampiri gadis polos yang berhasil mengancam dirinya sehingga mau tak mau dia harus datang ke acara seperti ini.“Gadis ini benar-benar—Arhhhg.” Darren hanya bisa mengerang marah seorang diri.Kalau marah di depan Anes, tentu saja Darren tidak akan pernah melakukan itu karena Darren tahu bahwa gad
“Tanggung jawab apa yang lo maksud?”“Jangan pura-pura lupa, Lea. Gue inget semua yang udah terjadi di antara kita.” laki-laki itu berbalik badan.Rasa bersalah terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu, entah hanya perasaan Alea atau bagaimana, dia terlihat jauh lebih kurus dari sebelumnya.“Sorry gue nggak tau apa maksud lo, kalau lo ngajak gue ke sini cuma buat ngomongin hal yang gue nggak tau sama sekali mending gue balik lagi ke acara. Zea sana Anes pasti udah nungguin gue.” Alea memasang muka tak paham tapi tangannya justru terkepal kuat di balik rompi dress yang ia pakai.“Gue cewek itu bener-bener lo, Azalea Alexander.” Akas menekankan nama Alea.“Cewek itu yang mana, Kas. Gue nggak ngerti, gue ngerasa nggak ada ketemu sama lo setelah dari apartemen lo waktu itu.” Alea menepis ucapan Akas.‘Apa benar gue salah orang? Apa iya cewek itu bukan Alea? Tapi—’ Akas berperang dengan batinnya sendiri.Akas Sanga mengin
Acara party malam ini berjalan begitu mulus dan sangat seru bagi orang-orang yang menikmatinya.Namun tidak dengan Dio, sang ketua kelas yang biasanya mengadakan konser di dalam kelas itu kini tampak lesu dan tidak bersemangat menari seperti teman-temannya yang lain.Sedangkan Alea yang menjadi penyebab galaunya Dio tidak merasa kasihan sama sekali.Sepertinya memang benar, tidak ada sedikitpun nama Dio terukir di hati mungil Alea. Malahan, Alea sedang berjoget heboh bersama kedua sahabatnya serta teman-teman satu kelasnya.“Ck, gue emang nggak ada artinya di mata dia.” Dio berdecak kesal.Rambutnya yang semula rapi, kini sudah berubah acak-acakan akibat tak henti-hentinya ia usap sajak tadi.“Jauhin dia!”“Asu!” Dio mengumpat sambil mengelus dada.“Gue pikir setan, ternyata malah kembarannya setan yang datengin gue,” gumam Dio tapi masih bisa didengar oleh seseorang yang menghampirinya.“Gue serius, ja
Rencana liburan yang sudah diatur oleh Natan harus gagal total gara-gara banyak hal yang sudah terbongkar.Mulai dari Monic yang nyatanya adalah sahabat almarhumah Tamara, ibu kandung Zea. Zea baru mengetahui bahwa ternyata Monic mau menikah dengan Abraham karena amanah terakhir dari Tamara.Ternyata Tamara sendiri yang telah meminta Monic untuk mau menikah dengan suaminya, Tamara tidak mempercayai siapapun untuk merawat Putri dan suaminya selain Monic.Tidak hanya itu, Zea juga sempat shock berat ketika tidak sengaja mendengar obrolan Natan dan Darren bahwa ternyata awalnya Natan menikahinya karena ingin membalas dendam kepada keluarga Akas yang di duga menjadi penyebab orang tua Natan meninggal dunia.Karena terlalu terkejut dengan semua fakta yang ada, Zea gelap mata. Zea sempat mengatakan ingin berpisah dengan Natan, namun tentu saja Natan menolak keras permintaan Zea."Kenapa, Mas? Kenapa?" Suara Zea melirih.Kalau saja kema
Berbeda dengan Zea yang sudah memiliki rencana, Natan justru sedang uring-uringan mencari Zea ke mana-mana.Sudah dua hari sejak Zea hilang, selama itu pula Natan tak ubahnya bak orang gila. Sejak pergi setelah marah-marah waktu itu, Zea benar-benar menghilang membuat Natan pusing mencarinya.Mulai dari rumah orang, rumah kedua sahabat Zea, sudah Natan datangi semua. Namun hasilnya tetap sama, Nathan tidak menemukan Zea sama sekali."Kamu di mana, Baby?" Nathan menatap jalanan berharap bisa mendapatkan petunjuk ke mana ia harus mencari istrinya.Nathan sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya, rambut yang biasanya rapi ini sudah acak-acakan. Kemeja yang biasanya rapi kini kusut bak belum disetrika.Tapi bukannya terlihat jelek dengan penampilan seperti itu, Natan malah terlihat semakin tampan."Ke mana lagi aku harus mencarinya Ya Tuhan?" Natan sangat frustasi.Lebih parahnya lagi, Nathan tidak punya seseorang untuk ia
"Gilak, ini pemandangannya kece abis, Cok." Zea begitu bahagia melihat pemandangan yang membuat matanya sejuk."Udah gue bilang lo bakal tenang kalau di tempat ini." Alea pun tidak menampik bahwasanya tempat ini memang sangat indah."Udah mau lama kita di tempat ini tapi baru kali ini lo ajak gue ke tempat yang indah ini. Nggak asik banget lo, Lea." Zea ngomel tapi masih tetap terpanah dengan keindahan lautan di depan matanya."Gue juga suka, udah lama gue mau ke pantai. Eh tahunya sekarang kita malah liburan bertiga di sini." Anes tersenyum menatap betapa indahnya hamparan lautan dengan pemandangan yang luar biasa itu.Liburan?Ya, di saat semua orang sibuk mencari mereka. Ternyata tiga gadis nakal itu sedang asik-asiknya liburan di kota Bali.Hari itu, Alea mengajak Zea minggat untuk menenangkan pikiran karena jujur saja Alea pun butuh ketenangan.Sudah beberapa hari mereka di sana, mereka bertiga sengaja mematikan pon
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh
Tidur Natan terganggu karena dia merasa ada pergerakan di dekatnya, perlahan-lahan matanya yang sayu itu mulai terbuka dan terkejut melihat istri yang amat sangat ia rindukan ada di sampingnya.“Baby, kamu sudah pulang?” Suara serak Natan nan begitu lemah tak bertenaga membuat tangis Zea tak terbendung lagi.“Maaf, Mas. Maaf, gara-gara aku pergi Mas Natan jadi sakit begini,” sesalnya.Bak mendapatkan asupan tenaga, Natan yang tadinya lemah tidak kuat untuk bangun sendiri langsung bisa duduk tanpa bantuan orang lain.“Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi.”Akas dan Darren melongo melihat aksi Natan, mereka saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka melongos.“Dasar kang bucin,” maki Akas.Sejak tadi ia direpotkan mengurus Natan yang seperti orang yang akan mati besok, eh tahunya sekarang pas di depan istrinya Natan malah sok kuat padahal aslinya masih lemah.“Tembok kalua dikasih nyawa ya begitu, man