“Eits, nggak bisa. Apapun itu alasannya, Mas Natan harus istirahat dulu hari ini. Jangan maksain diri kalau tubuh udah minta diistirahatkan.” Zea menahan dada Natan sehingga pria yang memiliki tatapan tajam itu terduduk kembali.“Tapi ini penting, Baby. Aku—”“Libur hari ini atau aku pulang ke rumah papa selama seminggu?”Ancaman dari Zea mampu membuat bibir Natan tertutup rapat.“Pinjem handphone kamu bentar!”Zea mengulurkan tangan meminta ponsel Natan.“Pinjem atau aku pulang ke rumah papa?” ancam Zea sekali lagi.Natan patuh, dia memberikan benda pinter miliknya pada Zea.“Pintar sekali dia mengancam ku sekarang,” gumam Natan begitu lirih agar Zea tidak bisa mendengarnya.“Mas ngomong apa barusan?” tanya Zea dengan mata setengah memicing.“Tidak ada, aku cuma lagi ngapalin doa saja,” jawab Natan asal.“Doa apaan?”“Doa bikin anak yang Sholeh dan Sholehah.”“Dasar
Dua puluh menit kemudian Zea dan Natan sudah berada di dalam perjalanan menuju rumah sakit. Demam Natan yang semakin tinggi membuat Natan tidak bisa membawa mobil sendiri sehingga mereka harus diantar supir.“Masih dingin?” Zea membenarkan jaket yang Natan pakai.Zea juga sudah meminta supir untuk mematikan AC agar rasa dingin yang Natan rasakan bisa berkurang.“Ini kenapa malah semakin dingin?” lirih Natan, “peluk aku dong, Sayang. Siapa tau saja setelah kamu peluk rasa dinginnya akan berkurang?” pinta Natan.Dari suara Natan yang selemah itu, Zea merasa iba dan tidak tega untuk menolak. Alhasil, sekarang Zea memeluk Natan dari samping.Natan merebahkan kepalanya di atas bahu Zea. Natan memejamkan mata berharap rasa pusing yang ia rasakan bisa berkurang kalau dia tidur sejenak.“Makannya kalau kerja itu tau waktu dikit, kalau udah waktunya makan, ya makan. Kalau udah waktunya istirahat, maka harus istirahat. Kerjaan ng
Setelah menempuh perjuangan membujuk Natan yang begitu sulit. Akhirnya, Zea mendapat izin untuk menebus obat, sekalian menjenguk Maizura.“Dasar orang aneh, diri sendiri udah kayak orang mau mati masih ada ngotot mau nemenin gue.”Sepanjang jalan melewati koridor rumah sakit, Zea terus meracau mengomeli Natan yang sempat membuat drama ingin ikut dengan dirinya.“Zea!”“Astaga!” Zea yang sedang musuh-musuh dibuat kaget ketika ada seseorang yang menyapanya.“Ternyata bener-bener elo, lo ngapain di rumah sakit sendirian? Mana sambil ngomong sendiri lagi.”“Ngagetin aja deh lo, gue mau nebus obatnya Mas Natan,” jawab Zea apa adanya, “lo sendiri ngapain di sini? Lagi jenguk seseorang juga?” tanya Zea pada seseorang yang baru saja menyapanya.“Gue abis nganter Oma gue kontrol jantungnya, sekarang gue juga mau nebus obat. Gimana kalau kita bareng aja?” tawar Vetri sambil tersenyum.Orang yang baru saja menyapa Zea adal
“Cuma demam biasa karena kelelahan kok, Pa. Dia itu maksain diri kerja semaleman sampai ketiduran di ruangan kerja, pas Zea bangunin malah mimisan saking panasnya demamnya.” Zea menceritakan keadaan Natan.Terlihat kekesalan di mata Zea saat menceritakan itu semua.“Kamu kesal karena harus merawat dia, atau kesal karena dia yang bekerja sampai lupa waktu?” pancung Abraham disaat Zea serang menggebu-gebu menceritakan Natan.“Zea mah nggak masalah kalau harus ngerawat dia, Pa. Tapi Zea tuh nggak suka dia yang kerja sampai lupa istirahat, lebih parahnya lagi dia sering banget lupa makan kalau nggak diingetin.”Abraham tersenyum mendengar cerita Zea, Monic pun diam-diam tersenyum tipis. Monic tidak bicara sepatah kata pun karena takut Zea tidak nyaman, tapi jika mendengar dari cerita Zea. Sepertinya Zea tidak sebenci itu terhadap Natan.“Kalau seperti itu, cepatlah kembali ke suami kamu. Kasian dia menunggu kamu terlalu lama,” titah Abraham s
Zea merasa sedih.Apakah dengan itu Zea sudah ada rasa terhadap Natan?Entahlah, Zea sendiri pun masih tidak tau tentang perasaannya sendiri.Zea memilih berselancar di sosial media daripada membayangkan hal-hal yang akan membuat otaknya sumpek.Hingga setengah jam berlalu, dahi Zea berkerut mendengar rintihan kecil dari bibir Natan.Zea menyimpan ponselnya lalu menatap Natan yang ternyata sudah terjaga.“Mas udah bangun? Mana yang sakit?” Zea mendekat.Tanpa sadar, Zea menggenggam tangan Natan begitu perhatian.“Tidak pa-pa, mungkin cuma pusing karena bangun tidur. Infusnya sudah habis?”“Dikit lagi, Mas. Abis itu kita pulang.” Zea salah tingkah sendiri sambil melepas tangan Natan.Padahal Natan tidak menyadari Zea menggenggam tangannya barusan.“Kamu kembali sejak kapan?” Natan menatap Zea dengan sorot mata sendu saking pusingnya Natan saat ini.Natan pun bern
Sejak tadi Zea selalu memikirkan pembicaraannya dengan Natan beberapa jam yang lalu, Zea benar-benar tidak menyangka tempat tinggal mewah yang ia tinggali saat ini ternyata sudah berpindah kepemilikan atas namanya. ‘Apa dia nggak takut ya kalau sewaktu-waktu gue ninggalin dia terus dia gue usir dari mansion ini?’Banyak sekali pertanyaan yang bercokol di benak Zea. Ia yang awalnya berniat akan menguras habis harta Natan dalam bentuk balas dendam, jadi tidak perlu repot-repot berusaha karena nyatanya Natan telah memberikan semuanya padanya. ‘Kalau gini caranya gue jadi nggak bisa morotin dia lagi dong?’ batin Zea lesu.Zea memang berniat ingin membalas Natan yang menikahinya secara mendadak dengan cara mengurus saldo ATM Natan dan membuat Natan ilfil dengan cara bersikap matrek.Tapi, belum sempat Zea melakukan semua itu. Natan justru sudah menghujami dirinya dengan kehidupan mewah yang tidak pernah Zea duga sebelumnya.“Lo mik
Zea menceritakan mengenai kepemilikan mansion ini yang sudah dipindahkan atas namanya.Sepanjang Zea bercerita, Alea terlihat tak henti-hentinya terkejut. Tak terkecuali Anes, kali ini Anes paham maksud dari setiap kalimat yang dibisikkan oleh Zea.“Lo se-serius?” tanya Alea terbata.Ada rasa tak percaya di hati Alea saat mendengar cerita Zea barusan.“Nggak mungkin gue bohong soal beginian,” balas Zea merasa gemas.Di saat dirinya sedang uring-uringan memikirkan Natan yang terlalu royal padanya, eh si Alea malah meragukan kejujuran dirinya.‘Kan Zea jadi makin kesal dengan masalah yang tidak kunjung terselesaikan.“Itu mah namanya lo beruntung, Zea. Kalau gue yang jadi lo mah pastinya gue bakal jadi orang yang paling bahagia sedunia, mulai dari mahar sampai sekarang itu udah luar biasa banget, say.”Alea menahan suara agar tidak menjerit karena mengingat ada Natan yang sedang tidur di depan sana.“Au a
“Tuh ‘kan kamu khawatir, istri siapa sih ini? Gemes sekali.” Tangan kanan Natan terangkat untuk mencubit gemas pipi mulus Zea. “Jangan kepedean dulu, please. Aku cuma nggak mau makin repot aja kalau kamu sakitnya kelamaan.” Zea menyangkal setiap tuduhan Natan meskipun tak bisa dipungkiri bahwa ia memang khawatir kalau saja penyakit Natan semakin parah. “Panas banget hati gue liat beginian,” gumam Alea sambil terus memperhatikan sepasang pasutri itu tebar keromantisan. “Saya tebak kamu pasti jomblo ya?” Natan melirik Alea dengan sudut matanya. “Ho'oh, saya ini jomblo dari lahir, Abang ipar. Kalau Abang ipar punya kenalan sesama pengusaha juga, bolehlah kenalin ke saya,” pinta Alea mengiba. “Kamu juga mau?” Natan mantap Anes yang diam dan terlihat tidak berminat. “Kalau aku mah nggak perlu, aku maunya teman Abang itu loh. Siapa sih namanya, Kak Darren. Nah iya, aku mau dia aja,” celoteh Anes. “Yakin kamu mau sama dia? Dia itu makan orang loh.” Natan sengaja menakut-nakuti Anes k
“A-air!”Deg!Zea menghentikan tangisnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.Zea mengangkat kepala dan mengakibatkan menatap mata Natan yang mulai bergerak.“Mas! Kamu denger aku?” Zea berdiri dan memegang bahu Natan.“Ha-haus, aku butuh air.”Mata Natan mulai terbuka sempurna, suaranya terdengar sangat serak dan lirih.Zea menangis haru, Zea memencet tombol yang langsung terhubung pada Dokter yang selama ini menangani Natan.“Bentar ya, Mas. Sabar dulu, kita tunggu Dokter.” Zea mengusap punggung tangan Natan.Tangan Zea bergetar merasa terkejut dan sangat bahagia karena Natan akhirnya sadar juga.Natan tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terlihat masih linglung.Akas dan Alea yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan ICU dibuat terkejut melihat dokter dan dia orang suster berlari ke dalam ruangan yang sedang mereka jaga.“A-ada apa ini?” Alea terbata.
“Mana keluarga pasien atas nama Zea Veronica Zibrano?”Abraham langsung berdiri. “Saya ayah, Dok.”“Suaminya ke mana? Kami butuh berbicara dengan suaminya.” Dokter itu malah menanyakan Natan.“Suami putri saya dengan sakit, Dok. Dia koma dan tidak bisa datang ke sini, jadi saya yang akan menjadi wali putri saya.” Abraham menjawab dengan tegas.Dokter kandungan itu mengangguk, tadi sempat terjadi kehebohan karena Zea jatuh pingsan. Tidak hanya itu, Zea juga mengalami pendarahan hebat yang membaut semua orang cemas bukan main.“Karena darahnya masih terus keluar tapi pasien belum juga sadarkan diri, maka kami menyarankan untuk melakukan operasi Caesar. Detak jantung bayinya sudah melemah, sebaiknya bayinya segera dikeluarkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Deg!Tubuh Abraham langsung melemas mendengar itu.Cobaan apalagi yang sudah Tuhan persiapan untuk Zea, pikirnya.“Lakukan apapun asalkan
Malam ini Nathan benar-benar menepati janjinya untuk membawa sang istri jalan-jalan di sekitar kompleks Mansion mereka.Sampai tiba di taman Mansion yang sudah disulap menjadi begitu indah oleh Natan sebelumnya, data mengajak Zea untuk duduk berdua di sana."Gimana? Kamu suka kejutan dari aku?" tanya Natan kepada Zea yang sejak tadi tidak banyak bersuara karena terlalu terpesona dengan keindahan kelap-kelip lampu di taman belakang mansion mereka."Suka banget, Mas. Ini wow banget, kenapa bisa Mas kepikiran sulap taman belakang jadi sebagus ini?" Zea bertanya sambil tak bosan-bosannya untuk memperhatikan keadaan sekitar."Itu tidak penting, Baby. Yang terpenting bagi aku itu kamu sudah suka dengan kejutan yang aku buat," bisik Natan.Nathan menatap lekat mata indah yang membuatnya tertarik pada Zea pada pandangan pertama."Kamu cantik sekali malam ini, bahkan bunga-bunga di sana kalah cantiknya sama kamu." Natan merasa tidak bosan
Semakin lama penyakit yang Natan derita semakin parah, Natan sudah melakukan berbagai pengobatan selama empat bulan ini meskipun masih ia rahasiakan dari Zea.“Saran saya segera beritahu keluarga Anda, Tuan. Ini bukanlah sesuatu yang wajar untuk dirahasiakan lagi, kita tidak tau sampai kapan Anda bisa bertahan dari penyakit ini.” Dokter Johan yang merawat Natan selama ini memberi saran terbaik untuk Natan.“Justru itu yang saya takutkan, Dok. Saya tidak ingin istri saya yang sebentar lagi akan melahirkan malah harus stress memikirkan saya.” Natan bimbang sekarang.Dokter Johan juga tampak diam. “Atau beritahu saja Tuan Pradipta dan juga keluarga angkat Anda.” Dokter benar-benar menyarankan agar penyakit Natan diketahui oleh keluarga terdekatnya.“Saya akan pikirkan itu nanti, jadi kapan proses pengobatan saya yang selanjutnya?” tanya Natan setelah diam agak lama.“Dua Minggu lagi dari sekarang, ini sangat beresiko. Kemungkinannya hanya ada dua, selamat atau—”“Cukup, saya tidak ingin
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anes sudah tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna Navy pilihannya.Pada akhirnya, akad nikah lah yang menjadi akhir dari kata-kata Darren yang selalu mengatakan tidak menyukai gadis kecil yang merepotkan.“Selamat, Nes. Sekarang lo udah jadi istri orang, kurangin dikit bego lo kalau bisa. Takutnya Kak Darren bisa mati muda gara-gara kelak lo,” ucap Alea.“Nggak usah ngatain gue sekarang, Lea. Gue nggak akan berubah semudah itu, ya kali sifat yang udah tumbuh dari lama bisa gue ubah gitu aja.” Anes mengerucutkan bibirnya.Anes merasa Alea seperti meledek dirinya.“Jangan ribut sekarang, waktunya kita foto-foto.” Zea menengahi perdebatan kedua sahabatnya.“Mas, sini!” Dengan senyum lebarnya, Zea memanggil Nathan untuk mendekat ke tempat pengantin.Begitu pula dengan Alea, dia ikut memanggil Akas untuk berfoto bersama dengan mereka.Sekarang mereka bertiga sudah bukan
Sesuai dengan permintaan Zea, Akas benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab.Dengan berani, Akas membawa kedua orang tuanya ke rumah Alea dan mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Alea.Awalnya tentu saja Surya dan Reni marah, tapi memikirkan Deva yang sedang berbadan dua, akhirnya mereka setuju untuk menikahkan Akas dengan Alea.Dan saat ini, Akas dan Alea sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Baru saja Akas melantunkan ijab kabul di depan penghulu dan para saksi pernikahannya.“Jangan nangis lagi, sekarang lo juga udah jadi istri orang. Gue nggak nyangka bentar lagi kita bakal jadi ibu bareng-bareng.” Zea memeluk Alea yang tidak berhenti menangis sejak tadi.“Lo nggak marah sama gue?”“Enggak, Lea. Gue udah punya Mas Natan, Akas udah nggak ada lagi di hati gue.” Zea tersenyum tanpa beban agar Alea tidak terus kepikiran.“Gue nggak dipeluk?” Anes mengerucutkan bibirnya.Gadis polos itu muncul
"Ngaku sekarang, Alea. Yang tidur bareng gue di kode waktu itu benar-benar lo 'kan? tanya Akas langsung to the point."Nggak usah ngarang deh lo, dia nggak tahu apa-apa soal itu." Alea mengalihkan wajah.Alea tidak berani menatap mata Akas secara langsung."Kalau emang bukan elo, terus kenapa lu nggak berani natap mata gue? Tatap mata gue, Alea. Bilang sama gue kalau cewek yang waktu itu bukan Allah!" tekan Akas membuat Alea semakin tersudutkan.Alea diam, dia tidak menatap wajah Akas tapi tangannya terkepal di belakang punggungnya."Nggak usah menghindar lagi, Lea. Gue udah tahu semuanya, gue udah cari tahu sendiri. Dari CCTV lobby kamar hotel itu, cuma lo satu-satunya cewek yang yang masuk ke dalam kamar yang sama dengan kamar yang gue tempati waktu itu."Deg!Alea memegang, ia tak menyangka bahwa Akas bisa mengetahui semuanya dalam jangka waktu secepat itu. 'Sial, gue nggak kepikiran soal CCTV itu,' rutuk A
Tidur Natan terganggu karena dia merasa ada pergerakan di dekatnya, perlahan-lahan matanya yang sayu itu mulai terbuka dan terkejut melihat istri yang amat sangat ia rindukan ada di sampingnya.“Baby, kamu sudah pulang?” Suara serak Natan nan begitu lemah tak bertenaga membuat tangis Zea tak terbendung lagi.“Maaf, Mas. Maaf, gara-gara aku pergi Mas Natan jadi sakit begini,” sesalnya.Bak mendapatkan asupan tenaga, Natan yang tadinya lemah tidak kuat untuk bangun sendiri langsung bisa duduk tanpa bantuan orang lain.“Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi.”Akas dan Darren melongo melihat aksi Natan, mereka saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka melongos.“Dasar kang bucin,” maki Akas.Sejak tadi ia direpotkan mengurus Natan yang seperti orang yang akan mati besok, eh tahunya sekarang pas di depan istrinya Natan malah sok kuat padahal aslinya masih lemah.“Tembok kalua dikasih nyawa ya begitu, man
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh