Share

Mendadak Dilamar Kakak Mantan
Mendadak Dilamar Kakak Mantan
Penulis: Estaruby

1. Pengunduran Diri

"Lho, nggak bisa gitu dong, Pak? Semua itu kan hasil kerja keras saya!"

Kaira tidak bisa lagi membendung emosinya ketika mengetahui bahwa proposal yang dia garap berminggu-minggu dengan susah payah nyatanya diklaim oleh orang lain. Apalagi karyanya tersebut berhasil membawa perusahaan mereka mendapatkan tender ratusan juta rupiah. 

Ironisnya, proposal itu sebelumnya sudah ditolak mentah-mentah oleh sang kepala divisi. Saat itu, Kaira tak bisa melakukan apapun sebab berpikir bahwa karyanya itu mungkin memang tak lolos seleksi. Tapi dia tentu menjadi emosi setelah mengetahui bahwa proposal yang ditolak itu justru lanjut diajukan atas nama orang lain. 

Dadanya naik turun begitu mendengar laporan dari salah satu rekan kerjanya. Kaira berjalan dengan wajah super tidak santai memasuki ruangan kepala divisinya dan meledak disana. 

Pria tambun usia empat puluhan dengan kepala hampir botak itu justru menanggapi santai kemarahan Kaira. Seolah tidak ada rasa bersalah, dia bahkan hampir tidak menatap Kaira dan dengan santai duduk memilih fokus pada ponselnya. 

"Kenapa nggak bisa? Apa sih masalahnya?" 

Kaira menganga, bisa-bisanya seorang kepala divisi berlaku curang dan tidak adil seperti ini. 

"Pak, itu proposal saya! Kalau bapak lupa, bapak sendiri yang menolak proposal tersebut dan bahkan memaki-maki saya disini. Tepat tanggal 16 Juli 2024, pukul 10 pagi! Saya ingat betul bapak bahkan membanting proposal tersebut disini!" Kaira bahkan menunjuk ujung meja yang sempat menyentuh permukaan proposalnya. 

Terang saja Kaira mengingat setiap detailnya. Dia tidak bisa melupakan betapa sakit hatinya dia hari itu karena hasil kerja kerasnya dimaki-maki oleh pria dihadapannya. Begadang hingga hampir tipes dia lakukan demi menyelesaikan rancangan projek tersebut.

Sekarang dengan enteng, pria tersebut justru tertawa remeh.

"Ah, kamu terlalu baperan! Mana ada saya memaki-maki karyawan?" 

Kaira hampir mencelos mendengarnya. Kepala Divisi Pemasaran yang berada dihadapannya itu sepertinya memang jenis manusia tidak tahu malu. 

"Lagipula, proposal itu atas nama tim kita, kan? Bagaimana bisa kamu keras kepala ingin mengklaimnya atas nama kamu sendiri?" Lanjutnya lagi.

Oh! Lihat siapa yang berbicara?! Kaira rasanya hampir kehabisan kata-kata menghadapi pria menyebalkan yang selalu membolak-balikkan kata-katanya itu. 

Lelaki dengan perut membuncit itu bangkit dari kursinya lalu berhenti tepat tiga langkah di depan Kaira. "Dimana loyalitas kamu terhadap perusahaan? Mengapa kamu harus perhitungan sekali soal hal-hal seperti ini? Bukannya harusnya kamu senang karena divisi kita tetap mendapatkan kreditnya?" 

Jemari telunjuknya yang gempal kini dengan tidak sopan ikut menunjuk-nunjuk wajah Kaira. "Lagipula, bagaimana bisa proposal itu menang kalau kamu yang maju presentasi? Lihat? Mengelola emosi saja kamu tidak bisa!"

Sudah dicuri karyanya, dihina pula! Kaira benar-benar tidak tahan dengan segala ketidakadilan yang dia terima disini. Wanita dua puluh enam tahun itu sudah benar-benar mendidih menghadapi tindakan semena-mena dari kepala divisinya itu. 

Ketukan di pintu membuat pria itu mengalihkan fokusnya. Dia lantas tersenyum lebar saat melihat yang masuk adalah salah satu rekan kerja Kaira—tepatnya oknum yang diberikan kesempatan untuk membawakan proposal di depan klien. 

Vania Anindita—seorang staf yang masuk setahun setelah Kaira namun digadang-gadang sebentar lagi akan dipromosikan untuk naik jabatan. 

Wanita dengan wangi parfum semerbak dan rambut catokan curly yang dibiarkan berkibar itu memasang senyuman manisnya. Melewati Kaira acuh seolah dia tak ada disana.

"Pak Aldo memanggil saya? Ada apa ya, Pak?"

Muak sekali rasanya Kaira mendengar suara yang dicentil-centilkan itu. Selama ini Kaira tidak pernah peduli dengan beragam provokasi yang sepertinya sengaja Vania lontarkan padanya untuk memperkeruh suasana.  Kaira juga tidak terlalu menanggapi cuitan rekan-rekannya yang turut menggunjing Vania karena disebut sebagai peliharaan ketua divisi. Tapi siapa sangka justru dirinya ikut menjadi korban dari kecurangan yang mungkin saja dilakukan atas aliansi kedua manusia tengil dihadapannya itu?

"Aduh, Vania cantik kok cepat sekali sih sampai sini?"

Nada bicara Aldo terang sangat berbeda. Kaira hanya bisa mengumpat dalam hati mendengar dua manusia tidak tahu malu itu saling melempar senyum menjijikkan dihadapannya. 

"Manajer ingin kita menghadap lima belas menit lagi. Sepertinya, dia akan memberikan reward untuk pegawai teladan seperti kamu. Jadi, tolong bersiap, ya!"

Panas sekali telinga Kaira mendengarnya. Entah apa yang membuat mereka begitu serakah dan berupaya untuk menginjaknya. 

"Oh ya, Kaira, saya rasa tidak ada yang perlu diperbincangkan lagi. Kamu boleh keluar dari ruangan saya!"

Ini jelas sebuah usiran yang bahkan tidak lagi halus. Kaira memutar tubuhnya, membuang pandangan dari Vania yang menatapnya remeh dan benar-benar keluar membanting pintu ruangan atasannya tersebut. 

Kali ini Kaira sudah tidak tahan lagi. 

Kaki jenjang wanita itu melangkah penuh emosi menuju mejanya, melewati tatapan tak enak  dari rekan kerja lainnya yang juga jelas mendengar permasalahan hari ini. Tapi tentu tak ada satupun dari mereka yang bisa membantu Kaira ataupun melawan ketua divisi. Kabarnya, Pak Aldo merupakan bagian keluarga dari CEO sehingga apapun tindakannya kerap kali masih ditolerir oleh para atasan lain. Ujung-ujungnya, karyawan dibawahnya yang menjadi kambing hitam. 

Lebih dari empat tahun Kaira berjuang di perusahaan ini. Selama itu juga dia bersabar menghadapi bos yang secara jelas melakukan praktik nepotisme. Pikirnya, gaji yang dia dapatkan masih sangat layak untuk mengidupi hidupnya yang biasa-biasa saja. Selain itu, dulu tidak mudah baginya untuk bisa masuk perusahaan ini. 

Tapi sepertinya kesabaran Kaira sudah mencapai ambang batasnya. Dia tidak lagi tahan diinjak-injak seperti ini. Kejadian hari ini sudah bukan yang pertama kali. Bukannya dia gila pengakuan, hanya saja, hasil kerjanya selalu di-diskredit untuk orang-orang kesayangan bos saja. Alhasil, seberapa cemerlang pun hasil kerja Kaira, dia akan tetap stuck di posisinya sekarang. Sementara junior-juniornya yang bahkan tidak memahami apapun dapat dengan mudah melesat mendapat promosi hanya karena mereka disayang oleh atasan. 

Kaira duduk dengan amarah. Rekan-rekan disekelilingnya tidak berani mendekati sebab asap imajinari telah mengepul diatas kepalanya. Tanpa pikir panjang lagi, Kaira menjentikkan jemarinya diatas keyboard—suaranya memancarkan betapa emosi Kaira tersalurkan dalam setiap ketikan. 

Tak butuh waktu lama, suara ketikan berubah menjadi suara kertas yang berhasil dicetak melalui printer. Setelah membubuhi dengan tanda tangan, Kaira berdiri lagi dan langsung berjalan menuju ruangan personalia. 

"Permisi, bu. Saya hendak mengajukan pengunduran diri."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Brigita Yunda Pratiwi
nyesek bangettt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status