Share

4. Lamaran Mendadak

Kaira menganga mendengar pernyataan tak masuk akal yang baru saja merayap dalam rungu. Wanita itu mengejapkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa pemandangan dan kalimat yang baru saja dia dengar mungkin hanya halusinasi. 

Tapi, tidak. Dia dengan jelas dan secara real time dapat memastikan bahwa manusia-manusia yang duduk di sofa ruang tamunya itu nyata. Begitu juga dengan kekagetan yang turut dirasakan oleh ibu dan bapaknya yang masih berdiri disampingnya. 

Di antara rombongan itu, tampak sosok yang tak pernah ia bayangkan akan kembali dengan niat seperti ini—Alvero Rajendra, mantan kekasihnya. Wajahnya terlihat serius, namun ada sorot mata yang sulit diartikan oleh Kaira. 

Mereka sama sekali tidak pernah lagi bertukar sapa—bahkan via media sosial. Lalu secara tiba-tiba, Alvero  muncul lagi dihadapannya. Membawa sebuah pernyataan yang sama sekali tidak masuk akal baginya. 

Melamar? Hubungan mereka bahkan sudah kandas bertahun-tahun lalu. 

Tidak ada satupun keluarga Kaira yang mengenal Alvero sebelumnya. Mereka berpacaran diam-diam dan bahkan tidak terendus siapapun kecuali sahabat dekat masing-masing. Wajar jika keluarga Kaira tidak mengenal Alvero. 

Ayah Kaira menepuk bahu putrinya perlahan, mengisyaratkan mereka untuk turut duduk di sofa dan membahas hal serius ini dengan lebih jelas. 

Bapak, Kaira dan Ibu duduk di satu sofa yang sama. Berhadapan langsung dengan Alvero Rajendra dan keluarganya yang datang tanpa pengumuman apapun.

Sebagai kepala keluarga, Pak Hadinata pada akhirnya mengambil alih. Dia sendiri juga dihadapkan pada kebingungan yang luar biasa setelah tiba-tiba saja didatangi oleh keluarga yang tidak dia kenali untuk melamar sang putri. 

"Silahkan, maaf hanya seadanya," ujar pria paruh baya tersebut. Aira datang di waktu yang tepat untuk menyajikan teh hangat dan kue kering pada setiap tamu yang datang. 

Bapak dan Ibu Kaira tetap menyambut keluarga tersebut dengan sopan, meskipun ada keraguan dan kecemasan yang terbesit di wajah mereka. Kaira duduk di tengah, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Suara Alvero terdengar tegas namun lembut saat ia mulai berbicara, memperkenalkan keluarga dan niat kedatangan mereka.

"Kami datang hari ini untuk melamar putri Anda, Kaira, untuk menjadi istri dari Davian, kakak saya," ucap Alvero, suaranya menggetarkan hati Kaira. Kata-kata itu menghantam Kaira seperti badai yang tak terduga. Ia mengerjap, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. Alvero tidak datang untuknya—melainkan untuk menyatukannya dengan orang lain, kakaknya sendiri.

Pandangan setiap manusia disana kini beralih kepada pria dengan wajah dingin yang duduk tepat di samping Alvero. Mengikuti arah tangan Alvero tadi yang menandakan bahwa pria yang dia maksud adalah lelaki disebelahnya itu. 

Kaira mencelos, ada semacam perasaan tak terdefinisikan yang muncul di relungnya. Dia sama sekali tidak mengerti apa motif Alvero tiba-tiba saja datang melamarnya untuk kakaknya sendiri. 

"Sebelumnya, perkenalkan nama saya Alvero. Saya adalah salah satu teman lama Kaira di masa SMA. Saya cukup mengenal Kaira dengan baik dan dengan itu saya yakin bahwa Kaira adalah calon yang tepat untuk kakak saya," ujar Alvero lagi.

Kaira hanya bisa terdiam. Hatinya diliputi oleh kebingungan dan keterkejutan. Rasa sakit dari masa lalu dengan Alvero belum sepenuhnya sembuh, dan kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa pria yang pernah ia cintai akan menjadi bagian dari hidupnya, namun dalam bentuk yang sama sekali berbeda. Laki-laki itu bahkan dengan seenaknya mengambil sebuah keputusan besar seperti hari ini tanpa bertanya apapun lebih dulu padanya.

"Kami mohon maaf karena datang mendadak dan pasti mengagetkan. Kami tidak ada maksud untuk memaksa atau membuat tidak nyaman. Hari ini murni untuk mengenalkan diri dan mengutarakan maksud. Keputusan akhir tentu kami akan serahkan pada Kaira dan keluarga untuk menyambut niat baik kami ini," ujar ibu dari Davian dan Alvero yang pada akhirnya bersuara. Wanita itu tersenyum hangat menyampaikan kalimatnya. 

Keluarga Kaira tampak ragu, namun mereka tahu betapa pentingnya keputusan ini. Mereka bertukar pandang, dan akhirnya ayah Kaira berbicara dengan suara tegas, "Kami tentu akan memikirkan dengan matang tawaran ini. Kaira yang nanti akan menjalaninya, jadi kami tentu akan membiarkan dia untuk mengambil keputusannya sendiri. Mohon maaf karena mungkin malam ini kami belum bisa memberikan janji apapun," tutur sang ayah setelah melihat raut kaget di mata putrinya. 

Kali ini Davian mulai bersuara. Pria yang menjadi pemeran utama itu sejak tadi sama sekali belum berbicara apapun hingga membuat keluarga Kaira jadi turut ragu akan niatnya.

"Tentu, seperti yang mama saya katakan tadi, tidak ada paksaan dalam tawaran ini. Keputusan seratus persen akan kami serahkan pada Kaira dan keluarga," ucapnya dengan suara khas dan diakhiri dengan sebuah senyuman simpul. 

Davian punya postur tegap dan semacam karisma kuat yang dapat dirasakan oleh orang-orang disekitarnya. Lelaki itu tidak banyak tersenyum dan bicara, namun sekali dia berbicara, dia mampu menempatkan nada bicara yang tepat bersamaan dengan kontak mata yang cukup meyakinkan. 

"Apabila bapak ibu sekeluarga tidak keberatan, dalam proses memikirkan tawaran itu, saya mungkin akan beberapa kali berkunjung untuk secara perlahan memperkenalkan diri. Tentu saya tidak akan berusaha untuk mengintervensi keputusan apapun yang nantinya diambil Kaira," ucap Davian lagi. Mengisyaratkan bahwa dirinya akan kembali untuk memulai proses pendekatan apabila diizinkan. 

Setelah memastikan Kaira tidak keberatan, sang ayah pada akhirnya mengangguk  memberi izin. Memang mereka memerlukan masa-masa untuk saling mengenal sebelum dapat mengambil keputusan lanjutan.

Pertemuan itu berakhir dengan nuansa penuh ketidakpastian. Kaira hanya bisa berdiri di ambang pintu, menyaksikan saat keluarga kaya itu kembali ke mobil mereka. Alvero, sebelum masuk ke dalam mobil, sempat menoleh dan menatap Kaira. Ada sejuta kata yang ingin diucapkan, namun tak satu pun keluar dari bibirnya.

Saat mobil itu pergi, Kaira merasa seolah sebuah babak baru dalam hidupnya telah dimulai—babak yang dipenuhi dengan pertanyaan tanpa jawaban dan masa depan yang sepenuhnya tak terduga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status