Share

5. Dorongan Bude Mita

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-14 14:09:19

Di balik jendela rumah yang sederhana, Bude Mita tak bisa menahan binar matanya saat melihat mobil mewah yang dikendarai keluarga Rajendra tadi. Mobil itu berkilau di bawah lampu jalanan kampung,  memantulkan kemewahan yang tak pernah ia bayangkan akan hadir di depan rumahnya. Senyumnya melebar penuh antusiasme.

"Terima saja, Kaira!" Desaknya penuh harap, sambil melirik  keponakannya yang tampak gelisah. Di dalam hatinya, Bude Mita merasa ini adalah kesempatan emas—kesempatan untuk mengangkat derajat keluarga dan mempermudah hidupnya.

Dengan langkah mantap, Bude Mita mendekati Kaira yang tengah duduk termenung di ruang tamu. "Kaira, kamu lihat kan?  Mobilnya saja sudah mewah begitu, bisa kamu bayangkan betapa beruntungnya kamu jika menikah dengannya?" ujar Bude Mita dengan nada penuh semangat.

Seolah pembaca profil profesional, Bude Mita kembali menegaskan tentang Davian.

"Usianya sudah matang. Tiga puluh dua tahun itu tidak terpaut terlalu jauh sama kamu. Pekerjaannya sebagai arsitek juga bagus. Belum lagi latar belakang keluarganya memang sudah kaya sejak orok. Secara fisik juga tampan dan tegap begitu. Bude kalau masih muda sih tidak akan pikir dua kali untuk menerima pinangannya," tutur Bude Mita bersemangat.

Kaira hanya terdiam, hatinya masih kacau oleh berbagai pikiran. Namun, Bude Mita tak berhenti di situ. Ia duduk di samping Kaira dan meraih tangan keponakannya dengan penuh kelembutan, tetapi juga dengan tekanan yang terasa.

"Sudahlah, Nduk. Jangan terlalu lama berpikir. Ini kesempatan yang tak datang dua kali. Dengan menikah dengan Davian, hidupmu akan berubah. Kamu tidak perlu lagi repot-repot bekerja keras, dan keluarga kita juga akan lebih dihormati," Bude Mita semakin mendesak.

Kaira menunduk, merasakan beban yang semakin berat. Ia tahu niat Bude Mita, tetapi hatinya masih dipenuhi kebimbangan. Bude Mita melanjutkan, kali ini dengan nada yang sengaja dilembutkan, namun tetap menekan, "Kamu sudah dewasa. Jangan biarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Kalau kamu terus menunda-nunda, kapan lagi kamu akan menikah?"

Ucapan itu bagaikan pisau yang menusuk hati Kaira. Ia tahu bahwa  Bude Mita memang silau harta. Ia juga tahu, keluarga Alvero merupakan keluarga terpandang dengan kekayaan yang mungkin sesuai ekspektasi budenya itu. Tapi tetap saja, ini hidupnya! Kaira tidak bisa menjalani kehidupan hanya karena berpatok harta saja.

"Sudahlah, Mit! Kamu jangan mendesaknya begitu! Biarkan Kaira mengenal Davian perlahan dan mengambil keputusannya sendiri. Kita jangan terlalu banyak ikut campur," nasehat ayah Kaira.

Raut Bude Mita mengeras, seolah dia tidak sependapat dengan kakaknya itu.

"Mas itu terlalu memanjakan Kaira! Atau mas justru gak rela ya kalau putri mas menikah? Kita semua nggak mau Kaira nantinya dicap perawan tua! Mas harusnya tadi langsung saja menerima pinangannya! Dilihat dari sudut manapun, keluarga mereka itu kaya dan baik. Kaira pasti tidak akan menyesal menikah di keluarga seperti itu," ucap Bude Mita penuh penekanan. 

Kaira sudah gatal sekali ingin berkomentar. Namun dia melihat kembali wajah sang ibu yang seolah bisa membaca pikirannya. Wanita itu menggeleng padanya, meminta Kaira untuk tidak melemparkan kalimat menyakitkan yang mungkin hendak dia tujukan pada budenya itu.

Suasana di ruang tamu sudah tidak lagi kondusif. Kaira dengan segala beban pikirannya memilih untuk pamit dan istirahat di kamar lebih awal. Tidak hanya karena dia lelah sebab perjalanan pulang tadi pagi, tapi juga drama demi drama yang entah mengapa menghampirinya secara bersamaan hari ini.

Wanita dengan rambut panjang itu merebahkan dirinya di kasur single ukuran 120 x 200 senti itu. Netranya menatap langit-langit kamarnya yang sederhana. Kamar yang sama dimana beberapa tahun yang lalu Kaira berguling-guling sebab salting saat bertukar pesan dengan kekasih backstreetnya selama SMA—Alvero. 

Masa-masa dimana dia merasakan bunga-bunga kasmaran. Alvero adalah pacar pertamanya, sekaligus satu-satunya bahkan hingga kini mereka telah berusia dua puluh lima tahun. Melupakan masa-masa manisnya bersama Alvero terang saja tidak mudah baginya. Apalagi dengan perpisahan mereka  yang disebabkan karena terbentang jarak dan waktu. Kala itu, Alvero memilih untuk kuliah di luar negeri sementara Kaira diterima di sebuah Universitas Negeri di ibukota. 

Alasan perpisahan mereka cukup klasik tapi tetap menyisakan luka yang menganga. Setelah sekian lama berupaya menyembuhkan dan menyibukkan diri, mengapa tiba-tiba Alvero datang lagi dan parahnya langsung melamar dia untuk kakaknya sendiri? Apa yang sebenarnya Alvero tengah pikirkan?

Suara ketukan halus di pintu membuyarkan lamunan Kaira. Wanita itu tersenyum saat adik sepupunya masuk dengan sebuah senyuman kecil . Kaira ingat tadi sore Aira bilang bahwa malam ini dia ingin tidur dengan kakak sepupunya itu karena dia benar-benar rindu Kaira. 

"Aku ganggu Mbak Kaira, nggak?" 

Aira penuh sopan santun, jauh berbeda dengan ibunya yang seolah selalu menekan Kaira. 

Kaira menggeleng lalu menggeser tubuhnya untuk menyisakan space di ranjangnya. Dia lantas menepuk sisi yang kosong, "Sini! katanya mau cerita banyak sama mbak?!"

Aira tersenyum lebar lalu langsung berbaring tepat disebelah kakak sepupunya itu. Aira sangat menyayangi Kaira karena wanita itulah yang kerap merawatnya saat kecil. 

"Mbak Kaira beneran kenal dengan Mas Alvero?" Tanya Aira tiba-tiba.

Alih-alih menceritakan tentang dirinya, sepertinya malam ini Aira justru akan mengulik tentang kakak sepupu kesayangannya itu. 

Kaira mengangguk, "Iya, teman SMA," ujarnya. Mengikuti skenario Alvero tadi.

Aira lantas mengeluarkan ponselnya dari saku lalu masuk kedalam laman sosial media miliknya. Wanita itu mengetikkan nama Alvero di jajaran pengikut Kaira namun tidak dia temukan sama sekali.

"Kok nggak saling follow?" Tanya Aira serius.

Kaira tersenyum kecil, "Cuma kenal saja. Aku juga tidak tahu akun media sosial miliknya," ujar Kaira asal. 

Menyandang status sebagai generasi Z, Aira dengan cepat mencari nama Alvero dan menemukan akunnya. Pas sekali akun Alvero tidak dikunci sehingga bisa dia intai dengan mudah.

Kaira ikut memandangi guliran layar di ponsel Aira. Alvero punya cukup banyak postingan yang diisi dengan jepretan tempat-tempat hasilnya berkeliling dunia. Lelaki itu memang selalu bercita-cita untuk menjajaki berbagai macam tempat, itu juga yang membuatnya untuk mengambil kuliah diluar negeri. 

Salah satu postingan yang turut menarik perhatian Kaira adalah dimana Alvero berpose mesra dengan seorang wanita cantik. Captionnya pun dibubuhi emotikon hati.

"Nah ketemu!"

Aira berhenti pada sebuah postingan yang berisi jepretan foto keluarga dimana username Davian ikut ditandai disana. Sayangnya, akun Davian digembok sehingga mereka tidak bisa melanjutkan aktivitas stalking tersebut dengan bebas. 

"Ah, nggak asik!" Keluh Aira. 

Kaira tertawa kecil menanggapi. Bersamaan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdenting.

"Kaira, tolong save nomor saya, Davian."

Bab terkait

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   6. Pagi-Pagi Sekali

    Sebagai pengangguran, Kaira tidak punya alasan untuk tetap berdiam diri saja di rumah. Terutama karena kedua orang tuanya bekerja, begitupula adik-adik sepupunya yang berangkat sekolah. Wanita itu tidak mau berduaan saja di rumah dengan bibinya yang toxic. Bisa habis seluruh kesabarannya jika harus mendengarkan ocehan menyebalkan dari wanita bermuka seribu itu.Dengan kaos santai dan celana panjang serta rambut yang dibiarkan tergerai dan wajah polos tanpa makeup. Kaira tampil sederhana dan siap keluar rumah setelah selesai menyiapkan sarapan dan bersih-bersih pagi. Dia melangkahkan kakinya menuju warung sang ibu yang tidak jauh dari rumahnya. Berniat untuk membantu disana daripada dia bosan di rumah. Ibunya sudah lebih dulu sibuk meladeni para pelanggan. Meskipun hanya warung sepetak kecil, barang yang dijual adalah kebutuhan sehari-hari yang sangat mudah terjual. Daripada harus ke pasar atau ke kota lagi untuk belanja bulanan, kebanyakan warga desa lebih memilih untuk berbelanja di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   7. Bincang Berdua

    Alunan musik oldies memenuhi pendengaran Kaira selama perjalanan di mobil Davian. Gap generasi tak terasa sebab Kaira justru punya selera musik yang sama sehingga dia sangat nyaman dengan pilihan playlist hari ini. Davian disebelahnya mengemudi dengan tenang. Pria berkacamata itu tersenyum tipis saat indra pendengarannya menangkap bahwa sesekali Kaira menggumamkan lirik lagu yang terputar.“Kamu tahu lagu-lagu Richard Marx?” Buka lelaki itu memancing pembicaraan setelah menemukan bahwa Kaira nampaknya cukup familiar dengan lagu-lagu yang terputar sejak tadi.Kaira mengangguk, “Sedikit. Ayah masih sering mendengarkannya di waktu-waktu senggang,” jawabnya. Mendengar jawaban Kaira membuat Davian kembali tersenyum tipis. Lelaki itu membiarkan lagu selanjutnya terputar, kali ini dari salah satu penyanyi paling jaya pada masanya. “Playlist saya sepertinya mirip dengan playlist ayah kamu, ya?” Gurau Davian. “Lagu-lagu ini juga dirilis saat mas belum lahir. Kondisi kita mungkin tidak jau

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   8. Win-win Solution

    Kaira melirik Davian yang nampak duduk dengan tenang diseberangnya, sementara Alvero baru saja mengambil tempat tepat disebelah sang kakak. Posisi mereka layaknya tengah melakukan interview kandidat karyawan baru—sayangnya Kaira lah yang seolah tengah duduk di kursi panas menghadapi dua bos besar. "Apa kabar, Kai?"Alvero mengumbar senyuman mematikan yang beberapa tahun lalu berhasil menjeratnya. Lelaki itu tak banyak berubah, hanya tampilannya saja yang tentu sudah kehilangan fitur-fitur remajanya. Cara lelaki itu memanggilnya pun terdengar masih semanis dahulu. Hanya saja Kaira tahu, perasaan mereka sudah tentu tidak lagi sama. Kaira tidak berniat memberikan jawaban lisan. Wanita itu hanya mengangguk dengan senyuman kecil yang dipaksakan. Jelas duduk bertiga seperti ini merupakan sebuah tekanan besar baginya. "Ada yang perlu Alvero sampaikan sebelum kamu memutuskan nantinya," Ujar Davian dengan senyuman tipis. Lelaki itu lantas bangkit dari kursinya dan menepuk pundak sang adik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   9. Permohonan Mantan

    Kaira tidak bisa menahan kekagetannya. Dia tidak salah dengar, kan? Nama yang diucap oleh Alvero terdengar sangat tidak asing baginya.“Cindy Airatama?”Anggukan Alvero semakin membuat jantungnya mencelos. Kaira cukup kaget mendengar bahwa selama ini mantan kekasihnya ternyata berhubungan dengan teman duduknya semasa SMA? Astaga yang benar saja? Takdir macam apa yang tengah menjerat mereka?Dia hampir tak bisa berkata-kata, respon apa yang harus Kaira berikan selain tampang kaget yang secara gamblang sudah dia sajikan? “Mama tidak akan membiarkanku menikahinya selama Kak Davian belum menikah. Kamu tahu aturan seperti apa yang berlaku dalam keluargaku, kan?” Kaira ingat sempat saling berbagi kisah keluarga masing-masing. Dia tahu betapa ‘ningrat’ nya aturan keluarga Rajendra jika dilihat dari sudut pandang Alvero. “Bahkan meskipun aku mengatakan tentang ini, dia tidak serta merta merestui hubunganku dengan Cindy dan membiarkanku menikahinya. Aku tetap harus menunggu Davian menikah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   10. Kesempatan Aneh bin Ajaib

    Kaira duduk termenung di tepi jendela kamarnya, memandang ke luar tanpa benar-benar melihat apa pun. Udara sore yang sejuk menelisik melalui celah tirai, tetapi pikirannya tenggelam dalam pusaran pertimbangan yang rumit. Sisa percakapan tadi siang kembali membayang dalam benaknya, memaksa hatinya untuk menimbang-nimbang keputusan yang bisa mengubah hidupnya.Wanita itu sudah lama tidak berselancar di media sosial. Namun hari ini, pada akhirnya dia mencoba untuk mengintip akun mantan dan mantan teman sebangkunya dahulu. Kaira dan Cindy memang tidak saling follow, namun setidaknya Cindy tidak mengunci akunnya. Setelah menelisik hampir satu per satu foto yang diposting di akun media sosial milik Cindy, Kaira dapat menyimpulkan bahwa Cindy dan Alvero memang sudah sejak lama saling berhubungan. Bahkan foto pertama Alvero yang diposting di akun media sosial Cindy hanya berselang tiga bulan setelah Kaira dan Alvero putus hubungan waktu itu. Dia tersenyum getir. Bukan masalah belum move on a

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   11. Panggilan Mendadak

    "Mbak, bagi duit jajan dong!"Kaira yang tengah berselancar di platform pencari kerja memutar tubuhnya melirik sang adik sepupu yang berdiri dengan congkak di belakang sofa tempatnya duduk. Aidan sudah mengenakan seragamnya serampangan, berdiri dengan sebelah tangan yang menadah padanya. Pandangan heran Kaira dibawanya lagi pada jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Alis wanita itu mengerut heran. Mengapa Aidan masih di rumah di jam-jam ini sementara seingatnya Aira si kembaran sudah berangkat pukul enam pagi tadi? Bukankah mereka berada di sekolah dan bahkan kelas yang sama?"Kamu kok belum berangkat?" Kaira tentu saja tidak bisa menahan rasa penasarannya. Saat ini kedua orang tuanya sudah berangkat, begitu juga Aira yang sempat berpamitan padanya tadi, tapi bagaimana dengan Aidan yang tiba-tiba saja muncul?Laki-laki yang baru menginjak tujuh belas tahun itu berkacak pinggang, "Ini mau berangkat. Jadi mana duitnya? Makin lama dong berangkatnya kalau mbak nggak kasih duit

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   12. Perjalanan Bertemu Camer

    Kaira baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu rumah ketika Davian bersandar tepat di mobil hitam mengilapnya. Lelaki itu mengenakan kemeja warna coklat tua yang digulung sebatas siku dan celana kain warna hitam yang memberikan kesan rapi namun tetap modis. Netra mereka tak sengaja langsung bertubrukan tadi yang membuat Kaira buru-buru membuang wajah karena detak jantungnya tiba-tiba saja menjadi terlalu cepat.Davian mengangkat tangan kanannya, dengan kaku mengucapkan salam saat Kaira mulai berjalan kearahnya. "Kamu sudah sarapan?" Davian bertanya basa-basi. Sesungguhnya mereka berdua diliputi kecanggungan yang berat pasca tiga hari pertemuan terakhir mereka waktu itu. Davian sendiri tak punya banyak pengalaman dalam mendekati wanita, apalagi Kaira yang berbeda dari wanita-wanita disekitarnya yang biasanya cenderung lebih agresif. Kaira mengangguk mengiyakan. "Kita jalan sekarang?" Tanya Davian sedikit lebih tenang dan langsung dibalas oleh anggukan kecil Kaira lagi. Gadis it

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   13. Proklamasi Keputusan

    Mobil Davian berhenti di basement sebuah mal. Tante Tania tadi menghendaki untuk langsung bertemu di tempat belanja tersebut sebab dia sempat menghadiri temu dengan beberapa klien di salah satu resto disana.“Apa kabar, Kaira?” Wanita itu bergegas memeluk Kaira dengan mata berbinar, segera setelah mereka bertemu.Kaira membalasnya dengan senyuman canggung, wanita itu belum terbiasa berada di tengah-tengah keluarga Rajendra seperti ini. Dia masih menjawab seadanya dan menunjukkan kehati-hatiannya.“Kita makan dulu, yah! Baru setelah itu mulai belanja,” ungkap Tante Tania yang hanya bisa diangguki oleh Kaira. Wanita itu menurut saja dan kini duduk disebelah tante Tania sementara Davian berada diseberangnya.Tante Tania nampak sangat antusias dan cukup aktif dalam mengajaknya bicara hingga Kaira lama kelamaan jadi semakin nyaman. Mereka bahkan tanpa sadar tertawa akan beberapa topik yang membuat Davian menyimpulkan sebuah senyum. Jarang sekali dia melihat sang mama mau memulai topik dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09

Bab terbaru

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   119. Sebenarnya Apa?

    Setelah perdebatan tipis-tipis tadi, Kaira masuk ke dalam ruangan kerjanya. Langsung menemukan Davian yang tengah duduk di singgasananya sembari menikmati secangkir kopi pagi dengan seutas senyum yang menghiasi wajahnya. "Menikmati pertunjukan dengan tenang?" Sindir Kaira. Dia tahu pasti bahwa suaminya itu memang menonton dari dalam ruangan. Kaira meletakkan tas bawaannya diatas meja, lantas mulai menyiapkan perlengkapan kerjanya secara teliti.Davian masih senyum-senyum di tempatnya, "Jadi sekarang kamu sudah tidak marah lagi?" Tanyanya.Kaira meliriknya sekilas dibarengi dengan sebelah alis yang naik keatas. "Ada apa dengan pertanyaan out of topic itu?"Tiba-tiba saja Davian membahasnya. Kaira yakin seratus persen bahwa apa yang sekarang ini Davian lakukan adalah hanya untuk menjahilinya. "Buktinya kamu lebih mempercayai aku dibanding termakan permainan kata-kata Dokter Raina," tutur Davian yang kini memangku dagunya dengan kedua tangan. Lelaki dewasa itu justru nampak lucu dengan

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   118. Menyapa Dengan Tenang

    Saat Kaira tiba di kantor pagi ini, dia tidak terkejut melihat sosok Raina sudah berdiri di depan ruangan Davian. Wajah perempuan itu tampak tenang, meskipun jelas ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.Jelas dia telah menduganya. Beberapa panggilan dan pesan yang dikirimkan semalam, bahkan di waktu istirahat, sudah pasti Raina tidak akan menyerah begitu saja. "Bu, ada tamu. Beliau bilang ingin menemui Pak Davian," ujar Tika sembari berbisik pelan. Sebagai pihak pertama di lantai Ruangan Direktur, Tika adalah yang bertugas untuk berkomunikasi dengan Kaira ataupun Davian apabila ada tamu. Juga menerima dari resepsionis utama yang berada di lantai dasar. Namun sepertinya, kedatangan tanpa jadwal dan brief sebelumnya ini membuat Tika agak sedikit kebingungan. Kaira melirik Raina yang tengah duduk dengan santai, "Bapak bilang apa?" Dia tahu suaminya sudah lebih dulu sampai ruangan hari ini. Seharusnya Davian sekarang sudah berada di ruangan. Tika bersiap untuk berbisik, dia mengecilkan s

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   117. What A Nightmare

    Suara-suara aneh tiba-tiba saja terdengar berisik dan mengganggu pendengaran. Belum lagi guncangan kecil yang menyebabkan pergerakan pada tempatnya berada cukup mengusiknya. Kaira yang masih diliputi setengah rasa kantuk terpaksa membuka matanya untuk menemukan sumber gangguan.Matanya terbelalak, saat ini dia menghadap samping. Tepat menyaksikan bagaimana seorang wanita menduduki atau bahkan bisa dikatakan tengah menunggangi suaminya—tepat disampingnya. Pemandangan gila yang membuat Kaira berdebar sakit menyaksikannya. Lenguhan dan kesibukan dari sepasang insan gila disebelahnya cukup membuat Kaira tak bisa menahan air mata dan juga amarah. Namun tetap saja, Kaira tak bisa menggerakkan tubuhnya atau bahkan sekadar mengeluarkan suaranya. Ia kaku dan bisu. Ingin berteriak namun seolah tak bisa keluar apapun.Ketika pasangan gila itu menatap kearahnya, mereka tersenyum, dan itu jelas membuat Kaira semakin diliputi kemarahan. Bagaimana bisa suaminya dan Raina melakukan ini disana?Mata

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   116. Panggilan Suara

    Davian akhirnya kembali ke rumah setelah seluruh urusannya di rumah sakit selesai. Tubuhnya masih lemah, tetapi jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Begitu memasuki rumah, Kaira sigap membantunya duduk di sofa sebelum membawa bantal tambahan agar suaminya lebih nyaman."Pak Aldo, mau minum sesuatu? Teh ataupun soft drink?" Tanya Kaira pada Aldo yang sudah setia membantunya dan mengantar mereka pulang ke rumah dengan selamat.Aldo melirik Davian, memahami makna tatapan Davian dan tersenyum tipis berusah atak terlalu kentara. "Terima kasih, tapi tidak perlu repot, bu. Saya izin untuk langsung pulang ke rumah sekarang," ujarnya menolak halus tawaran Kaira.Tak membiarkan Kaira membujuk atau melakukan percakapan tambahan, Davian menambahkan narasi yang mungkin bisa membantu. "Benar, orang rumah pasti lebih tenang jika kamu berada disana. Terima kasih atas bantuannya ya, Do! Salam buat tante dan semoga lekas sembuh," ujar Davian pada Aldo yang pada akhirnya juga disetujui oleh Kaira. "Ah

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   115. Rekonsiliasi?

    Percakapan dengan Aldo terus berputar di kepalanya. Kaira yakin selama ini dia tidak melakukan sesuatu yang menyalahi aturan, tapi mengapa kemudian dia harus menghadapi segala macam kebetulan di dunia yang luasnya tak terhingga namun ternyata seolah sangat sempit ini?Dokter Raina adalah putri sulung mantan bosnya—putri dari Hanan Suditra?Jadi, dialah putri hilang yang sempat dia dengar desas-desusnya karena berselisih dengan ayahnya itu? Alasannya adalah ini? Karena rasa bersalahnya pada Davian?Mengapa semuanya jadi bertumpukan seperti ini? Itukah yang membuat Hanan Suditra memandangnya remeh sebelumnya? Karena mungkin dia pikir Kaira tidak akan pernah sebanding dengan putrinya untuk mendampingi Davian?"Bu Kaira, anda baik-baik saja?"Lamunannya terketuk, Kaira dengan cepat kembali pada dunia nyata—berada di ruang rawat bersama dengan Davian dan juga dokter yang tengah menjelaskan beberapa hal sebelum memperbolehkan Davian untuk beristirahat di rumah.Kaira melirik dokter dan suam

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   114. Kebetulan?

    "Kamu benar-benar dengan bangga menyebut diri sebagai seorang istri saat bahkan kamu sendiri tidak tahu kesulitan yang Davi tengah hadapi?"Kaira menutup matanya sembari menahan sesak di dada yang terus memenuhinya. Wanita itu duduk di kursi panjang rumah sakit sendirian—memikirkan kembali keganjilan belakangan ini yang tak pernah dia anggap sebagai pertanda apapun. Tapi sentilan sinis dari Raina membuatnya merasa rendah diri. Apa dia benar-benar se-egois itu dan begitu cuek terhadap suaminya sendiri hingga bahkan tidak mengetahui bahwa Davian belakangan ini memang berada dalam kondisi tubuh kurang baik?"Bu Kaira.."Kaira melirik suara yang tiba-tiba menyapanya. Menatap lelaki tinggi dihadapannya yang hadir dengan kedua tangan bertautan dan raut bersalah."Saya minta maaf karena tidak bisa menemani Pak Davian tadi," ucapnya sembari menunduk.Kaira menghela nafas, ini juga bukan salah Aldo sama sekali. "Pak Aldo... Bagaimana kondisi ibu anda?"Aldo tersenyum tipis, "Syukurnya kondisi

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   113. Si Paling Tahu

    "Mas Davian kenapa?"Ketika Dokter Raina keluar, Kaira berusaha keras menata perasaannya. Mengesampingkan seluruh ego dan kecurigaannya sebab yang terpenting saat ini baginya adalah keadaan Davian.Davian menatapnya lama, seolah ada banyak yang ingin dia sampaikan namun semuanya tertahan di ujung lidah. Pada akhirnya, dia hanya bisa menjawab seadanya. "Enggak apa-apa, Kai. Cuma diminta untuk istirahat saja," ujarnya dengan seberkas senyum yang kelihatan dipaksakan.Lama Kaira terdiam sampai akhirnya dia menghela nafas pelan, "Bagaimana tadi kejadiannya? Apa benar seperti yang Dokter Raina katakan?"Davian melihat dan mendengar bagaimana istrinya itu menatapnya datar. Seolah tak ada apapun yang terjadi diantara mereka. Dia bahkan tidak keberatan menyebut kembali nama Raina."Tadi seusai rapat, tiba-tiba saja kepalaku pusing. Sebenarnya perut juga sudah tidak enak sejak pagi. Saat keluar ruangan, tiba-tiba saja aku muntah dan ya seluruhnya gelap."Kaira menghela nafas untuk kesekian ka

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   112. Kecurigaan Berlanjut

    Kaira menatap layar laptop dengan fokus, tangannya lincah mengetik sembari mengecek ulang jadwal dan laporan yang menumpuk di mejanya. Sejak pagi, ia sudah disibukkan dengan berbagai tugas sebagai asisten pribadi Davian, memastikan semua agenda berjalan lancar. Begitu juga delegasi tugas untuk merapikan kembali dokumen di ruangan.Namun, ada satu hal yang membuat pikirannya tidak tenang—Davian belum juga memberi kabar.Sejak siang tadi, suaminya pergi bersama Aldo untuk menghadiri rapat penting di luar kantor. Memenuhi persyaratan dari Mama Tania dan tentu juga Davian bahwa Kaira tidak boleh terlalu banyak bekerja dan juga tidak boleh sering-sering ikut dinas keluar. Makanya untuk saat ini Kaira harus puas untuk jaga kandang dan menyeleksi pekerjaan para staf dan membiarkan Aldo yang wara-wiri bersama suaminya.Awalnya, Kaira tidak terlalu khawatir. Namun, seiring waktu berlalu hingga sore menjelang, Davian belum juga kembali. Berkali-kali ia menghubungi ponselnya, tapi hanya nada sam

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   111. Im Back

    "Kamu kenapa sih, Kai? Mama perhatiin kok dari semalam banyak bengongnya?" Celetukan Mama Tania berhasil membuat Kaira yang tadinya tenggelam dalam bayang kembali naik ke permukaan. Wanita itu mengedipkan matanya beberapa kali sebab mungkin tanpa sadar hanya berdiam diri tanpa berkedip tadinya. Posisi selang dan tanaman yang ia sirami tidak berubah. Mungkin sekitar tiga menit lebih? Kaira hanya menyiram satu pot bunga hingga airnya meluap karena tidak bisa meresap dengan cepat. Mama Tania yang tadinya berinisiatif memotongkan buah untuk sang menantu sudah menyaksikan Kaira bengong disana selama itu. Dia juga beberapa kali menyebut nama Kaira namun menantunya itu seolah tak mendengarnya. Baru setelah berhasil menyentuh pundaknya, Kaira seolah tersadar dan meresponnya.Buru-buru Kaira mengarahkan selang ke tanaman lainnya. Sembari memaksakan sebuah senyuman hanya untuk menenangkan sang mertua yang bisa jadi justru akan menguliknya sampai akar sekarang."Nggak kok, ma. Tadi lagi mikiri

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status