Share

5. Dorongan Bude Mita

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-14 14:09:19

Di balik jendela rumah yang sederhana, Bude Mita tak bisa menahan binar matanya saat melihat mobil mewah yang dikendarai keluarga Rajendra tadi. Mobil itu berkilau di bawah lampu jalanan kampung,  memantulkan kemewahan yang tak pernah ia bayangkan akan hadir di depan rumahnya. Senyumnya melebar penuh antusiasme.

"Terima saja, Kaira!" Desaknya penuh harap, sambil melirik  keponakannya yang tampak gelisah. Di dalam hatinya, Bude Mita merasa ini adalah kesempatan emas—kesempatan untuk mengangkat derajat keluarga dan mempermudah hidupnya.

Dengan langkah mantap, Bude Mita mendekati Kaira yang tengah duduk termenung di ruang tamu. "Kaira, kamu lihat kan?  Mobilnya saja sudah mewah begitu, bisa kamu bayangkan betapa beruntungnya kamu jika menikah dengannya?" ujar Bude Mita dengan nada penuh semangat.

Seolah pembaca profil profesional, Bude Mita kembali menegaskan tentang Davian.

"Usianya sudah matang. Tiga puluh dua tahun itu tidak terpaut terlalu jauh sama kamu. Pekerjaannya sebagai arsitek juga bagus. Belum lagi latar belakang keluarganya memang sudah kaya sejak orok. Secara fisik juga tampan dan tegap begitu. Bude kalau masih muda sih tidak akan pikir dua kali untuk menerima pinangannya," tutur Bude Mita bersemangat.

Kaira hanya terdiam, hatinya masih kacau oleh berbagai pikiran. Namun, Bude Mita tak berhenti di situ. Ia duduk di samping Kaira dan meraih tangan keponakannya dengan penuh kelembutan, tetapi juga dengan tekanan yang terasa.

"Sudahlah, Nduk. Jangan terlalu lama berpikir. Ini kesempatan yang tak datang dua kali. Dengan menikah dengan Davian, hidupmu akan berubah. Kamu tidak perlu lagi repot-repot bekerja keras, dan keluarga kita juga akan lebih dihormati," Bude Mita semakin mendesak.

Kaira menunduk, merasakan beban yang semakin berat. Ia tahu niat Bude Mita, tetapi hatinya masih dipenuhi kebimbangan. Bude Mita melanjutkan, kali ini dengan nada yang sengaja dilembutkan, namun tetap menekan, "Kamu sudah dewasa. Jangan biarkan kesempatan ini lewat begitu saja. Kalau kamu terus menunda-nunda, kapan lagi kamu akan menikah?"

Ucapan itu bagaikan pisau yang menusuk hati Kaira. Ia tahu bahwa  Bude Mita memang silau harta. Ia juga tahu, keluarga Alvero merupakan keluarga terpandang dengan kekayaan yang mungkin sesuai ekspektasi budenya itu. Tapi tetap saja, ini hidupnya! Kaira tidak bisa menjalani kehidupan hanya karena berpatok harta saja.

"Sudahlah, Mit! Kamu jangan mendesaknya begitu! Biarkan Kaira mengenal Davian perlahan dan mengambil keputusannya sendiri. Kita jangan terlalu banyak ikut campur," nasehat ayah Kaira.

Raut Bude Mita mengeras, seolah dia tidak sependapat dengan kakaknya itu.

"Mas itu terlalu memanjakan Kaira! Atau mas justru gak rela ya kalau putri mas menikah? Kita semua nggak mau Kaira nantinya dicap perawan tua! Mas harusnya tadi langsung saja menerima pinangannya! Dilihat dari sudut manapun, keluarga mereka itu kaya dan baik. Kaira pasti tidak akan menyesal menikah di keluarga seperti itu," ucap Bude Mita penuh penekanan. 

Kaira sudah gatal sekali ingin berkomentar. Namun dia melihat kembali wajah sang ibu yang seolah bisa membaca pikirannya. Wanita itu menggeleng padanya, meminta Kaira untuk tidak melemparkan kalimat menyakitkan yang mungkin hendak dia tujukan pada budenya itu.

Suasana di ruang tamu sudah tidak lagi kondusif. Kaira dengan segala beban pikirannya memilih untuk pamit dan istirahat di kamar lebih awal. Tidak hanya karena dia lelah sebab perjalanan pulang tadi pagi, tapi juga drama demi drama yang entah mengapa menghampirinya secara bersamaan hari ini.

Wanita dengan rambut panjang itu merebahkan dirinya di kasur single ukuran 120 x 200 senti itu. Netranya menatap langit-langit kamarnya yang sederhana. Kamar yang sama dimana beberapa tahun yang lalu Kaira berguling-guling sebab salting saat bertukar pesan dengan kekasih backstreetnya selama SMA—Alvero. 

Masa-masa dimana dia merasakan bunga-bunga kasmaran. Alvero adalah pacar pertamanya, sekaligus satu-satunya bahkan hingga kini mereka telah berusia dua puluh lima tahun. Melupakan masa-masa manisnya bersama Alvero terang saja tidak mudah baginya. Apalagi dengan perpisahan mereka  yang disebabkan karena terbentang jarak dan waktu. Kala itu, Alvero memilih untuk kuliah di luar negeri sementara Kaira diterima di sebuah Universitas Negeri di ibukota. 

Alasan perpisahan mereka cukup klasik tapi tetap menyisakan luka yang menganga. Setelah sekian lama berupaya menyembuhkan dan menyibukkan diri, mengapa tiba-tiba Alvero datang lagi dan parahnya langsung melamar dia untuk kakaknya sendiri? Apa yang sebenarnya Alvero tengah pikirkan?

Suara ketukan halus di pintu membuyarkan lamunan Kaira. Wanita itu tersenyum saat adik sepupunya masuk dengan sebuah senyuman kecil . Kaira ingat tadi sore Aira bilang bahwa malam ini dia ingin tidur dengan kakak sepupunya itu karena dia benar-benar rindu Kaira. 

"Aku ganggu Mbak Kaira, nggak?" 

Aira penuh sopan santun, jauh berbeda dengan ibunya yang seolah selalu menekan Kaira. 

Kaira menggeleng lalu menggeser tubuhnya untuk menyisakan space di ranjangnya. Dia lantas menepuk sisi yang kosong, "Sini! katanya mau cerita banyak sama mbak?!"

Aira tersenyum lebar lalu langsung berbaring tepat disebelah kakak sepupunya itu. Aira sangat menyayangi Kaira karena wanita itulah yang kerap merawatnya saat kecil. 

"Mbak Kaira beneran kenal dengan Mas Alvero?" Tanya Aira tiba-tiba.

Alih-alih menceritakan tentang dirinya, sepertinya malam ini Aira justru akan mengulik tentang kakak sepupu kesayangannya itu. 

Kaira mengangguk, "Iya, teman SMA," ujarnya. Mengikuti skenario Alvero tadi.

Aira lantas mengeluarkan ponselnya dari saku lalu masuk kedalam laman sosial media miliknya. Wanita itu mengetikkan nama Alvero di jajaran pengikut Kaira namun tidak dia temukan sama sekali.

"Kok nggak saling follow?" Tanya Aira serius.

Kaira tersenyum kecil, "Cuma kenal saja. Aku juga tidak tahu akun media sosial miliknya," ujar Kaira asal. 

Menyandang status sebagai generasi Z, Aira dengan cepat mencari nama Alvero dan menemukan akunnya. Pas sekali akun Alvero tidak dikunci sehingga bisa dia intai dengan mudah.

Kaira ikut memandangi guliran layar di ponsel Aira. Alvero punya cukup banyak postingan yang diisi dengan jepretan tempat-tempat hasilnya berkeliling dunia. Lelaki itu memang selalu bercita-cita untuk menjajaki berbagai macam tempat, itu juga yang membuatnya untuk mengambil kuliah diluar negeri. 

Salah satu postingan yang turut menarik perhatian Kaira adalah dimana Alvero berpose mesra dengan seorang wanita cantik. Captionnya pun dibubuhi emotikon hati.

"Nah ketemu!"

Aira berhenti pada sebuah postingan yang berisi jepretan foto keluarga dimana username Davian ikut ditandai disana. Sayangnya, akun Davian digembok sehingga mereka tidak bisa melanjutkan aktivitas stalking tersebut dengan bebas. 

"Ah, nggak asik!" Keluh Aira. 

Kaira tertawa kecil menanggapi. Bersamaan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdenting.

"Kaira, tolong save nomor saya, Davian."

Bab terkait

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   6. Pagi-Pagi Sekali

    Sebagai pengangguran, Kaira tidak punya alasan untuk tetap berdiam diri saja di rumah. Terutama karena kedua orang tuanya bekerja, begitupula adik-adik sepupunya yang berangkat sekolah. Wanita itu tidak mau berduaan saja di rumah dengan bibinya yang toxic. Bisa habis seluruh kesabarannya jika harus mendengarkan ocehan menyebalkan dari wanita bermuka seribu itu.Dengan kaos santai dan celana panjang serta rambut yang dibiarkan tergerai dan wajah polos tanpa makeup. Kaira tampil sederhana dan siap keluar rumah setelah selesai menyiapkan sarapan dan bersih-bersih pagi. Dia melangkahkan kakinya menuju warung sang ibu yang tidak jauh dari rumahnya. Berniat untuk membantu disana daripada dia bosan di rumah. Ibunya sudah lebih dulu sibuk meladeni para pelanggan. Meskipun hanya warung sepetak kecil, barang yang dijual adalah kebutuhan sehari-hari yang sangat mudah terjual. Daripada harus ke pasar atau ke kota lagi untuk belanja bulanan, kebanyakan warga desa lebih memilih untuk berbelanja di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   7. Bincang Berdua

    Alunan musik oldies memenuhi pendengaran Kaira selama perjalanan di mobil Davian. Gap generasi tak terasa sebab Kaira justru punya selera musik yang sama sehingga dia sangat nyaman dengan pilihan playlist hari ini. Davian disebelahnya mengemudi dengan tenang. Pria berkacamata itu tersenyum tipis saat indra pendengarannya menangkap bahwa sesekali Kaira menggumamkan lirik lagu yang terputar.“Kamu tahu lagu-lagu Richard Marx?” Buka lelaki itu memancing pembicaraan setelah menemukan bahwa Kaira nampaknya cukup familiar dengan lagu-lagu yang terputar sejak tadi.Kaira mengangguk, “Sedikit. Ayah masih sering mendengarkannya di waktu-waktu senggang,” jawabnya. Mendengar jawaban Kaira membuat Davian kembali tersenyum tipis. Lelaki itu membiarkan lagu selanjutnya terputar, kali ini dari salah satu penyanyi paling jaya pada masanya. “Playlist saya sepertinya mirip dengan playlist ayah kamu, ya?” Gurau Davian. “Lagu-lagu ini juga dirilis saat mas belum lahir. Kondisi kita mungkin tidak jau

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   8. Win-win Solution

    Kaira melirik Davian yang nampak duduk dengan tenang diseberangnya, sementara Alvero baru saja mengambil tempat tepat disebelah sang kakak. Posisi mereka layaknya tengah melakukan interview kandidat karyawan baru—sayangnya Kaira lah yang seolah tengah duduk di kursi panas menghadapi dua bos besar. "Apa kabar, Kai?"Alvero mengumbar senyuman mematikan yang beberapa tahun lalu berhasil menjeratnya. Lelaki itu tak banyak berubah, hanya tampilannya saja yang tentu sudah kehilangan fitur-fitur remajanya. Cara lelaki itu memanggilnya pun terdengar masih semanis dahulu. Hanya saja Kaira tahu, perasaan mereka sudah tentu tidak lagi sama. Kaira tidak berniat memberikan jawaban lisan. Wanita itu hanya mengangguk dengan senyuman kecil yang dipaksakan. Jelas duduk bertiga seperti ini merupakan sebuah tekanan besar baginya. "Ada yang perlu Alvero sampaikan sebelum kamu memutuskan nantinya," Ujar Davian dengan senyuman tipis. Lelaki itu lantas bangkit dari kursinya dan menepuk pundak sang adik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   9. Permohonan Mantan

    Kaira tidak bisa menahan kekagetannya. Dia tidak salah dengar, kan? Nama yang diucap oleh Alvero terdengar sangat tidak asing baginya.“Cindy Airatama?”Anggukan Alvero semakin membuat jantungnya mencelos. Kaira cukup kaget mendengar bahwa selama ini mantan kekasihnya ternyata berhubungan dengan teman duduknya semasa SMA? Astaga yang benar saja? Takdir macam apa yang tengah menjerat mereka?Dia hampir tak bisa berkata-kata, respon apa yang harus Kaira berikan selain tampang kaget yang secara gamblang sudah dia sajikan? “Mama tidak akan membiarkanku menikahinya selama Kak Davian belum menikah. Kamu tahu aturan seperti apa yang berlaku dalam keluargaku, kan?” Kaira ingat sempat saling berbagi kisah keluarga masing-masing. Dia tahu betapa ‘ningrat’ nya aturan keluarga Rajendra jika dilihat dari sudut pandang Alvero. “Bahkan meskipun aku mengatakan tentang ini, dia tidak serta merta merestui hubunganku dengan Cindy dan membiarkanku menikahinya. Aku tetap harus menunggu Davian menikah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   10. Kesempatan Aneh bin Ajaib

    Kaira duduk termenung di tepi jendela kamarnya, memandang ke luar tanpa benar-benar melihat apa pun. Udara sore yang sejuk menelisik melalui celah tirai, tetapi pikirannya tenggelam dalam pusaran pertimbangan yang rumit. Sisa percakapan tadi siang kembali membayang dalam benaknya, memaksa hatinya untuk menimbang-nimbang keputusan yang bisa mengubah hidupnya.Wanita itu sudah lama tidak berselancar di media sosial. Namun hari ini, pada akhirnya dia mencoba untuk mengintip akun mantan dan mantan teman sebangkunya dahulu. Kaira dan Cindy memang tidak saling follow, namun setidaknya Cindy tidak mengunci akunnya. Setelah menelisik hampir satu per satu foto yang diposting di akun media sosial milik Cindy, Kaira dapat menyimpulkan bahwa Cindy dan Alvero memang sudah sejak lama saling berhubungan. Bahkan foto pertama Alvero yang diposting di akun media sosial Cindy hanya berselang tiga bulan setelah Kaira dan Alvero putus hubungan waktu itu. Dia tersenyum getir. Bukan masalah belum move on a

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   11. Panggilan Mendadak

    "Mbak, bagi duit jajan dong!"Kaira yang tengah berselancar di platform pencari kerja memutar tubuhnya melirik sang adik sepupu yang berdiri dengan congkak di belakang sofa tempatnya duduk. Aidan sudah mengenakan seragamnya serampangan, berdiri dengan sebelah tangan yang menadah padanya. Pandangan heran Kaira dibawanya lagi pada jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Alis wanita itu mengerut heran. Mengapa Aidan masih di rumah di jam-jam ini sementara seingatnya Aira si kembaran sudah berangkat pukul enam pagi tadi? Bukankah mereka berada di sekolah dan bahkan kelas yang sama?"Kamu kok belum berangkat?" Kaira tentu saja tidak bisa menahan rasa penasarannya. Saat ini kedua orang tuanya sudah berangkat, begitu juga Aira yang sempat berpamitan padanya tadi, tapi bagaimana dengan Aidan yang tiba-tiba saja muncul?Laki-laki yang baru menginjak tujuh belas tahun itu berkacak pinggang, "Ini mau berangkat. Jadi mana duitnya? Makin lama dong berangkatnya kalau mbak nggak kasih duit

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   12. Perjalanan Bertemu Camer

    Kaira baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu rumah ketika Davian bersandar tepat di mobil hitam mengilapnya. Lelaki itu mengenakan kemeja warna coklat tua yang digulung sebatas siku dan celana kain warna hitam yang memberikan kesan rapi namun tetap modis. Netra mereka tak sengaja langsung bertubrukan tadi yang membuat Kaira buru-buru membuang wajah karena detak jantungnya tiba-tiba saja menjadi terlalu cepat.Davian mengangkat tangan kanannya, dengan kaku mengucapkan salam saat Kaira mulai berjalan kearahnya. "Kamu sudah sarapan?" Davian bertanya basa-basi. Sesungguhnya mereka berdua diliputi kecanggungan yang berat pasca tiga hari pertemuan terakhir mereka waktu itu. Davian sendiri tak punya banyak pengalaman dalam mendekati wanita, apalagi Kaira yang berbeda dari wanita-wanita disekitarnya yang biasanya cenderung lebih agresif. Kaira mengangguk mengiyakan. "Kita jalan sekarang?" Tanya Davian sedikit lebih tenang dan langsung dibalas oleh anggukan kecil Kaira lagi. Gadis it

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   13. Proklamasi Keputusan

    Mobil Davian berhenti di basement sebuah mal. Tante Tania tadi menghendaki untuk langsung bertemu di tempat belanja tersebut sebab dia sempat menghadiri temu dengan beberapa klien di salah satu resto disana.“Apa kabar, Kaira?” Wanita itu bergegas memeluk Kaira dengan mata berbinar, segera setelah mereka bertemu.Kaira membalasnya dengan senyuman canggung, wanita itu belum terbiasa berada di tengah-tengah keluarga Rajendra seperti ini. Dia masih menjawab seadanya dan menunjukkan kehati-hatiannya.“Kita makan dulu, yah! Baru setelah itu mulai belanja,” ungkap Tante Tania yang hanya bisa diangguki oleh Kaira. Wanita itu menurut saja dan kini duduk disebelah tante Tania sementara Davian berada diseberangnya.Tante Tania nampak sangat antusias dan cukup aktif dalam mengajaknya bicara hingga Kaira lama kelamaan jadi semakin nyaman. Mereka bahkan tanpa sadar tertawa akan beberapa topik yang membuat Davian menyimpulkan sebuah senyum. Jarang sekali dia melihat sang mama mau memulai topik dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09

Bab terbaru

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   94. Makan Tengah Malam

    Kaira membalut rambut panjangnya yang basah dengan handuk. Wanita itu keluar dari kamar mandi dan langsung menemukan aroma lezat menguar di seluruh kamar. Di meja, terlihat Davian tengah sibuk merapikan teko listrik yang mungkin sudah sempat pria itu gunakan. Kaira mendekat sebab aromanya berhasil memancing indra penciumannya yang mengirimkan sinyal ke tubuhnya bahwa dia sudah benar-benar lapar sekarang.Davian tersenyum menemukan istrinya berdiri tidak jauh dengan wajah excited. Dia tidak bisa memesan makanan secara room service disini karena ada batasan waktu yang ditetapkan oleh hotel. Untung saja tadi dirinya membelia dua cup mie dan juga beberapa makanan ringan pendamping yang setidaknya bisa mereka makan malam ini. "Ayo makan! Kita belum makan malam tadi," ajak Davian yang kini sudah merapikan dan menyiapkan makanan malam mereka. Meskipun hanya dua cup mie, tapi makanan tambahannya cukup banyak dan Kaira rasa sepertinya cukup bagi mereka. Uap panas mengepul dari cup itu, memenu

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   93. Menginap

    Hujan deras mengguyur tanpa henti, menutupi pandangan jalan di depan mereka. Petir sesekali menyambar, disusul oleh gemuruh yang mengguncang udara. Di dalam mobil, Kaira duduk dengan cemas sambil memegang ponsel, mencoba mencari informasi tentang kondisi jalan. Davian, di sisi lain, memegang setir dengan penuh perhatian, memastikan kendaraan mereka tetap aman meski jalanan licin.Saat melewati tikungan tajam, lampu mobil menerangi pemandangan yang membuat mereka terdiam sejenak. Sebuah pohon besar tumbang, melintang di tengah jalan, menghalangi sepenuhnya jalur menuju kota.Davian menghela napas panjang dan menginjak rem, menghentikan mobil dengan hati-hati. Ia menatap Kaira, yang kini menatap balik dengan ekspresi khawatir."Ada jalur alternatif lain, tapi kita harus putar balik cukup jauh," ujar Kaira sembari menggigiti kuku jarinya. "—Apa sebaiknya kita menunggu hujannya reda dulu? Aku khawatir mas akan sangat kesulitan dengan jarak pandang terbatas seperti ini," sambung Kaira kha

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   92. Diterima Tanpa Syarat

    Di dalam mobil yang melaju tenang di bawah langit malam, suasana terasa begitu sunyi. Hanya deru mesin dan desahan napas yang terdengar. Kaira duduk di kursi penumpang, menunduk sambil memeluk tas kecilnya dengan erat. Matanya menerawang kosong, tetapi bibirnya bergetar seperti menahan emosi yang sudah lama membuncah.Davian meliriknya sesekali dari kursi pengemudi. Tangannya yang kuat menggenggam setir dengan tenang, tetapi hatinya gelisah. Ia tahu betul badai yang berkecamuk di dalam hati istrinya. Kejadian di kantor polisi tadi cukup untuk membuat siapa pun terpukul.Dia menyadari seberapa keras Kaira berjuang selama ini. Sayangnya, dia menutup mata tentang apa yang ada dibelakangnya. Bahwa selama ini Kaira masih berjuang untuk keluarganya, bukan sekedar untuk egonya sendiri. Namun justru seperti tidak dihargai?Sejujurnya, Davian pun turut menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia menjadi suami yang tidak peka terhadap penderitaan istrinya selama ini?“Kaira,” panggil Davian

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   91. Suami Bicara

    Kemunculan ayah dan ibu Kaira jelas mengejutkan bagi mereka. Pertama, kasus Aidan ini sebenarnya tengah berusaha ditutupi oleh Bude Mita. Itu sebabnya hanya dia dan Kaira yang tahu tentang ini. Bude Mita memaksa Kaira untuk datang sebab dia yakin Kaira pasti bisa mengurus surat-surat untuk Aidan. Biasanya, Kaira juga tidak akan melibatkan kedua orang tuanya sebab dia tidak pernah ingin menyusahkan mereka.Bude Mita memanfaatkan sikap Kaira yang satu itu untuk diam-diam mendapatkan keuntungannya sendiri.Tapi siapa yang menyangka bahwa seluruh keluarga akan berkumpul disini sekarang? Mendengarkan apa yang seharusnya masih tersembunyi dibawah tangan.Sebelum-sebelumnya, ayah dan ibu Kaira memang tahu bahwa putri mereka turut memberikan uang kepada keluarga budenya itu. Tapi mereka tidak tahu bahwa nominal dan bahkan kejadian semacam ini sampai terjadi. "Kamu sudah tua, tapi masih bersikap tidak tahu malu seperti ini? Kamu benar-benar tidak menganggap kakakmu sendiri, huh?!" Ayah Kaira

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   90. Perdebatan

    Mata Bude Mita membelalak tidak percaya. Kali ini sebab mendengar dari mulut putra kesayangannya sendiri bagaimana tiba-tiba pria muda itu balik menyalahkannya."Kamu ini gimana sih, Aidan? Kamu mau sok membela kakak sepupu kamu yang pelit dan gak berguna ini?" Kesalnya.Aidan memejamkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya dengan amarah. Kali ini mungkin sudah habis batas kesabarannya. Pria muda itu menjambak rambutnya keras lalu kembali menatap mama dan kakak sepupunya itu secara bergantian. "Mbak Kaira sudah membantu kita selama ini. Jumlahnya cukup untuk biaya sekolah! Aku bahkan tidak pernah kekurangan uang jajan sebab Mbak Kaira selalu memberi lebih, belum lagi uang bulanan yang masih aku terima dari Pakde. Uang untuk mama dan Aira pun terpisah. Bukankah kita sudah hidup sangat senang dan nyaman disana, ma? Jadi mengapa mama balik menyalahkan Mbak Kaira untuk hal ini?" Tanya Aidan panjang. Aidan melanjutkan bicaranya, "Mama mau tahu kenapa aku melakukan ini, kan?"Dia menat

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   89. Kantor Polisi

    Sore itu, hujan rintik-rintik menyelimuti kota, namun hati Kaira jauh lebih bergemuruh daripada cuaca di luar. Napasnya memburu ketika ia turun dari mobil dan berlari menembus jalanan menuju kantor polisi. Meninggalkan sang suami yang terus berteriak memanggil namanya khawatir sementara saat ini Davian masih harus memarkirkan mobilnya.Telepon dari seorang petugas barusan membuat dunia Kaira runtuh—Aidan yang selama ini dia usahakan untuk penuhi kebutuhannya, justru diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam jaringan judi online.Kaira menahan gemuruh amarah dan kecewa dalam dirinya. Apa yang sebenarnya Aidan lakukan? Apa yang anak itu butuhkan sampai dia harus menempuh dan berada disini? Apa uang yang selama ini dia kirimkan masih kurang?Begitu tiba, Kaira melangkah masuk ke ruang interogasi, dan di sana, ia menemukan Aidan duduk dengan wajah penuh penyesalan namun tak berdaya. Adik sepupunya itu bahkan masih menggunakan seragam sekolahnya. Entah apa yang dia lakukan dan bagaimana di

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   88. Celotehan Tak Masuk Akal

    Bude Mita Calling...Kaira memilih mendiamkan panggilan dari budenya itu. Ini entah sudah keberapa kalinya hari ini wanita itu menghubunginya sejak pagi, bahkan tanpa peduli bahwa Kaira saat ini tengah dalam jam kerja.Sebuah bentuk profesionalitas. Sekalipun perusahaan tempatnya bekerja sekarang adalah milik suaminya dan semua karyawan telah mengetahui pasal itu, Kaira tidak bisa seenaknya. Ralat, dia tidak mau bersikap seenaknya. Bekerja tetaplah bekerja. Kaira membalikkan ponselnya sehingga tak lagi melihat layarnya bercahaya akibat panggilan terus menerus yang Bude Mita alamatkan padanya. Serius! Kaira tidak paham lagi dengan isi kepala bibinya satu itu! Belakangan ini dia terus menerus meminta uang pada Kaira entah untuk apa. Masalahnya, Kaira ingat bahwa dia telah memberikan uang bulanan pada Budenya tersebut seminggu lalu dengan nominal yang bahkan tiga kali lipat dari yang bisa dia beri biasanya. Belum lagi untuk adik-adiknya, Kaira sudah melipatgandakan jumlahnya. "Buat apa

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   87. Bukankah Tidak Apa?

    "Sudahlah, yang terpenting mamamu benar-benar merestui kita, kan?"Cindy memainkan kancing kemeja Alvero yang kini tengah bersandar di ranjang dashboard kamar apartemennya. Kepalanya bersandar pada dada bidang Alvero sembari menikmati kebersamaan mereka yang belakangan ini sudah sangat jarang dia dapatkan begini. Alvero hanya memandang satu titik gelap di dinding. Nampak tak tergoyahkan meskipun sejak tadi Cindy memberikan kode-kode menggoda dengan memainkan jemari dan bibirnya di dada Alvero. Sudah hampir tiga puluh menit berada di ranjang kamar Cindy, dan mereka benar-benar hanya tiduran tanpa banyak bicara serius setelah pengumuman keputusan Mama Rajendra petang tadi. Cindy hanya bisa diam saat mendengar wanita yang selama ini menghalangi pernikahannya dengan Alvero pada akhirnya memberikan restu bersyarat. Berbeda dengan Alvero yang nampak tidak puas dan bahkan sampai berani setengah membentak mamanya sendiri. Sejujurnya, Cindy sudah cukup bersyukur dengan keputusan itu. Setida

  • Mendadak Dilamar Kakak Mantan   86. Tantrum Kecil

    Di dalam mobil yang melaju perlahan menembus jalanan malam, suasana terasa sunyi. Hanya suara lembut dari mesin mobil yang mengisi kekosongan di antara mereka. Davian duduk di kursi pengemudi, kedua tangannya memegang setir dengan erat, matanya fokus menatap jalan. Sementara itu, Kaira duduk di sampingnya, termenung sambil memandang ke luar jendela.Kaira menghela napas panjang, membiarkan pikirannya kembali pada kejadian di rumah keluarga Rajendra. Keputusan Mama Rajendra untuk merestui hubungan Alvero dan Cindy tadi benar-benar mengejutkannya. Namun, syarat yang menyertainya—agar pasangan itu tetap tinggal di Indonesia—telah memicu reaksi yang tidak biasa dari Alvero.Kaira berbicara pelan, "Alvero terlihat... sangat kesal tadi. Apa menurut mas itu karena syarat Mama?"Davian tidak langsung menjawab. Ia mengubah posisi duduknya sedikit, mencoba mengendurkan ketegangan di bahunya. Setelah beberapa detik, ia akhirnya berbicara dengan nada rendah, "Iya, mungkin."Kaira menoleh, memanda

DMCA.com Protection Status