********Bisma yang sedang berjalan di koridor melihat Nayra keluar dari balik pintu darurat dengan penampilan seperti kucing tercebur, tidak bisa untuk tidak menyapanya.“Kenapa basah kayak gitu? Kenapa juga harus lewat pintu darurat? Emang liftnya rusak?” “Tadi aku kehujanan di luar, lifnya nggak rusak, aku cuma mau olahraga.” Jawab Nayra dengan nada malas sembari berjalan bersisian dengan Bisma.“Kamu cepet-cepet ganti baju, deh. Kalau enggak, nanti bisa masuk angin. Lebih parah lagi flu atau demam.”Sudut bibir Nayra sedikit terangkat. Sikap perhatian Bisma yang terdengar cerewet itu cukup membuatnya terhibur. Mengingatkan Nayra pada sang kakak.“Aku tahu.” Bisma mengernyitkan alisnya bingung, sebab tak biasanya dia melihat Nayra dengan wajah masam dan kurang ramah seperti itu.“Kenapa merengut gitu. Ada masalah, Dokter Nayra yang cantik?”Malas menanggapi, Nayra mempercepat jalannya tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Bisma.“Smile, it’s a good day.” Bisma berusaha mensejaj
********“Seharusnya kamu nggak usah datang. Kamu, kan, bisa bilang sama Bunda kalau kamu sibuk.” Tutur Nayra pada Rayan yang kini sibuk memeriksa tekanan darahnya.“Aku nggak sibuk. Lagian aku nggak bisa bohong kayak kamu.”Rayan membereskan sphygmomanometernya, ucapannya penuh nada sindiran.Ingin sekali Nayra menyahuti ucapan Rayan, namun tubuhnya yang sakit tak cukup kuat untuk berdebat. Terlebih, di luar ada Bunda.“Pergi sana. Aku benci sama kamu.” Usir Nayra dengan suara lemah seraya menepis tangan Rayan yang hendak menyentuh dahinya. Nayra memalingkan wajahnya dari Rayan.“Nayra.” Rayan menatapnya tajam.“Aku udah bilang kamu pergi aja.”Rayan menggeram dalam hati, sebisa mungkin menahan emosi yang mulai meluap. Rayan benci sikap penolakan Nayra.“Kamu kayaknya lebih suka Noah yang ngobatin, ya?”Nayra mendelik, lalu mengubah posisinya membelakangi Rayan, dan menarik selimutnya hingga menutupi leher. “Aku rasa itu lebih baik.”Rayan yang tak suka akan jawaban Nayra hanya bisa
********Hari ini Nayra sudah kembali masuk kerja. Tubuhnya benar-benar sehat sekarang. Setelah beristirahat penuh selama dua hari, Nayra merasa semua energi di tubuhnya telah dikembalikan. Dia benar-benar bersemangat untuk menjalankan kembali aktivitasnya.Sebenarnya kemarin Nayra juga sudah sehat, tapi kedatangan Tante Lisa menahannya untuk pergi bekerja. Wanita paruh baya itu memaksa Nayra untuk beristirahat sehari lagi. Entah dari mana wanita paruh baya itu mengetahui dirinya sakit, Nayra tebak mungkin Rayan yang memberitahunya.Seharian Tante Lisa menemani Nayra istirahat, menggantikan Bunda yang harus pulang karena ada urusan mendesak. Di sela-sela menemaninya, Tante Lisa menunjukan katalog baju pengantin untuk pernikahannya dengan Rayan.Melihat Tante Lisa yang begitu antusias, Nayra tak tega untuk tidak menanggapinya. Tante Lida meminta Nayra memilih baju yang akan digunakannya nanti, dan dia mengatakan akan menyiapkan semuanya.“Ahh, tapi mending kamu sama Rayan langsung pili
********Malam harinya, Nayra datang ke restoran yang sudah Rayan reservasi. Tadi sore Rayan menelepon dan mengajak Nayra untuk makan malam di sana. Katanya, itu sebagai pengganti makan malam mereka yang kacau malam itu.Sebenarnya Nayra ingin menolak, tapi lagi-lagi tubuhnya tidak bisa dikendalikan. Mulut Nayra mengiyakan begitu saja menyetujui ajakan Rayan. Tak peduli kekacauan yang sedang terjadi dalam hubungan mereka. Padahal, Nayra masih sakit hati oleh sikap lembut Rayan yang menanangkan Luna di atap tadi siang.Nayra tampil anggun bak peri dari negeri dongeng dengan mengenakan blouse dan rok floral yang matching berbahan flowly. Tak lupa, dia juga memoles wajahnya dengan sedikit make up. Pewarna bibir koral membuat wajah Nayra terlihat lebih segar di keremangan malam.Cukup lama menunggu, Nayra bahkan sudah menghabiskan dua gelas jus. Namun, Rayan tak kunjung datang. Dia lihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah hampi
********Nayra pulang dengan kondisi hati berkecamuk. Dia berjalan gontai melalui tangga darurat. Ingin sekali Nayra menangis saat ini juga, namun dia tak ingin matanya terlihat bengkak besok. Lagi pula, untuk apa menangisi orang seperti Rayan? Mungkin benar, mulai sekarang lebih baik dia membiasakan diri untuk tidak peduli lagi pada Rayan dan mengabaikannya saja. Benar-benar tidak peduli. Harus. Nayra yakin kali ini pasti bisa!Tak langsung masuk ke unitnya, Nayra terus berjalan menuju atap. Karena tadi saat di perjalanan pulang, Noah mengirim pesan dan memintanya untuk datang ke sana. Noah mengatakan ingin menunjukan sesuatu. Sebelumnya Nayra menolak karena mungkin dia akan pulang malam, tapi Noah kembali mengatakan jika dia akan menunggunya sampai Nayra pulang.Jadi, di sinilah Nayra sekarang. Berdiri mematung di atap gedung apartemen, memasang raut wajah terkejut sambil menekap mulutnya dengan telapak tangan begitu mendapati Noah menyambutnya dengan kue dan lagu selamat ulang tah
********“Ikutin aja. . . .”Menghela napas panjang, Noah kemudian berpikir sebentar untuk mengingat-ingat semua momen yang sudah dia lalui bersama Nayra.“Hmm. . ., jujur, sebenarnya aku sebel banget waktu kita masih TK. Kamu suka manggil aku hey, atau lembek. Udah gitu tengil banget lagi manggilnya. Kamu tuh, kayak preman tahu? Mana suka banget gangguin aku lagi.” Noah mendengus di akhir kalimatnya.Nayra tersenyum, ingatannya melayang jauh pada saat dia dan Noah masih berada di taman kanak-kanak.Noah dan Nayra kecil memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jika Noah pendiam, sangat lemah, dan suka dirundung. Maka Nayra adalah anak perempuan yang aktif, sikapnya sedikit angkuh, kuat, dan akan membela siapa saja yang mendapat perlakuan tidak adil, termasuk Noah.“Haha, itu karena dulu kamu emang lembek. Mana ada anak cowok yang dibully, tapi diem aja. Udah gitu ya, kamu, tuh, pendiam banget kayak orang yang nggak bisa ngomong. Makanya aku suka gangguin kamu.” Timpal Nayra.“Sekaran
54.********Keesokan harinya, Nayra datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Hal itu semata-mata dia lakukan untuk menghindari Noah. Meski Noah mengatakan untuk jangan terbebani, tapi tetap saja Nayra butuh waktu untuk bisa menerima semua ini.Dan di sinilah Nayra sekarang, duduk santai menikmati udara pagi di bawah pohon yang ada di taman samping rumah sakit. Pandangannya menerawang kosong, sementara wajahnya tampak sayu dan lelah karena kurang tidur.Permainan jujur-jujuran itu membuatnya terguncang. Kepalanya pusing dengan segala hal yang belum terselesaikan. Nayra ingin lepas dari Rayan dan belum tahu caranya, namun sekarang malah bertambah karena Nayra tidak tahu bagaimana harus menghadapi Noah.Dalam pandangan yang menerawang kosong itu, nampak lingkaran hitam di bawah mata menyatukan gambaran antara rasa lelah dan kesedihan. Berulang kali Nayra menghembuskan napas berat, berharap semua beban di hatinya terbuang bersamaan dengan itu.Nayra menoleh ketika merasakan seseorang men
********“Ada masalah?” Hana heran dengan sikap Nayra yang lebih banyak diam dengan wajah murung seharian ini. Sebab, selepas memeriksa pasien biasanya Nayra akan membahas makanan untuk makan siang atau berbagi cerita mengenai drama Korea yang telah dia tonton. Ini tak seperti biasanya.“Ohh? Apa, Han?” Nayra kurang fokus.Hana mengerling, lalu mengulang pertanyaannya. “Kamu lagi ada masalah? Kok diem terus dari tadi?”“Enggak, kok. Aku cuma lagi datang bulan.” “Pantesan.” Hana manggut-manggut mengerti. “Gimana kalau nanti kita cari makanan yang manis atau pedes? Biasanya aku makan itu kalau lagi PMS. Aku jamin nanti mood kamu balik lagi, deh.”“Boleh.” Sahut Nayra tak bersemangat, tapi selipan senyuman tipis tersungging dari bibirnya.Tak ada lagi percakapan setelah itu. hanya terdengar derap kaki mereka yang melangkah menuju ruang ICU untuk memeriksa pasien pasca operasi.Karena fokusnya kurang, Nayra tak memperhatikan keadaan sekitar, hingga akhirnya dia menabrak dan kepalanya m