********Siang harinya, Nayra mengganti seragam scrubnya yang tadi dia gunakan di ruang bedah dengan seragam scrub baru yang biasa digunakan staf medis di luar ruang operasi. Dia memandang dirinya dari pantulan cermin yang ada di ruangannya.“Kenapa kamu cantik banget?” Nayra memuji dirinya sendiri sembari mengetuk-ngetuk cermin yang memantulkan bayangan dirinya “Sayang banget orang secantik kamu kalau harus nikah sama si brengsek Rayan.” Lalu bibirnya merengut lucu.Tak lama, perhatian Nayra teralihkan saat ponselnya berbunyi tanda seseorang menghubunginya. Dengan cepat tangannya meraih benda pipih yang tergeletak di atas meja kerjanya.Wajah Nayra seketika menjadi khawatir, cemas, dan takut menjadi satu setelah menjawab panggilan telepon tersebut. Dia menyambar jas dokter yang tersampir di kursi kerjanya, untuk kemudian berlari turun menuju UGD.Kaki Nayra terus bergerak-gerak tak sabaran saat mendapati pintu lift di depannya tak kunjung terbuka, hingga akhirnya dia memilih untuk me
********Nayra saat ini duduk berhadapan di sofa ruang kerja Rayan, setelah tadi laki-laki yang kini menjadi atasannya itu meminta untuk ikut ke ruangannya.Nayra menghembuskan napas kasar. Pikirnya Rayan pasti akan meminta bantuannya untuk mengoperasi jantung orang penting. Seperti halnya beberapa hari yang lalu, dia diminta untuk mengoperasi jantung salah satu Dewan Direksi rumah sakit ini, alasannya tentu saja karena Nayra adalah dokter spesialis jantung terbaik di sana.Nayra sebenarnya tidak suka dimintai seperti itu, sebab dia jadi seolah pilih-pilih pasien. Padahal, tujuan Nayra menjadi dokter sepenuhnya adalah untuk kemanusiaan tanpa memandang pasien dari statusnya. Di mata Nayra, semua pasien adalah sama. Tck, otak Rayan memang politik sekali.“Siapa sekarang? Pejabat Pemerintah? Artis? Presiden? Jadwal operasi aku cukup padat. Coba minta dokter lain aja.” Ucap Nayra setelah beberapa saat terdiam.Rayan bergeming. Sejak mereka datang ke ruangan itu, Rayan hanya sibuk menatap
********Rayan menarik wajahnya dengan napas yang sama memburu dengan Nayra.Gadis itu membuka mata, menatap Rayan dengan tatapan sayu, dadanya naik turun berusaha mengatur napasnya yang semula berantakan.“Ini yang kedua.” Lirih Nayra dengan suara serak. Sementara Rayan terdiam dengan sebelah tangan turun mengelus pinggang Nayra.“Ke depannya nggak akan terhitung.” Balas Rayan dengan suara tak kalah serak, kemudian memiringkan kepalanya untuk menjangkau bibir Nayra. Tapi belum sempat bibirnya menyentuh, Nayra lebih dulu memalingkan wajah.“T–tunggu.” Cegat Nayra.“Kenapa?” Tanya Rayan lirih.Nayra mendongak untuk menatap Rayan, lalu berucap lirih. “Kenapa kamu ngelakuin ini?”“Karena kamu calon istri aku.” Jawab Rayan. Lalu dengan cepat menempelkan bibirnya pada bibir Nayra. Mengecupnya, memaksa bibir Nayra untuk terbuka hingga bisa leluasa menghisap itu semua.Tangan Nayra yang semula berada di pinggang Rayan terkulai lemas di kedua sisi pahanya. Dia kembali dibuat terkejut atas sik
********“Besok?”Aji dan Bisma serempak berseru tak percaya diiringi pupil mata melebar. Sementara Luna, dia sedang berusaha mengendalikan keterkejutannya setelah Rayan mengatakan bahwa dia dan Nayra akan bertunangan hari Sabtu sore, esok hari.“Gue tahu kalian mau nikah. Tapi nggak nyangka secepet ini. Kalian kecelakaan?”Rayan mendengus sebal saat mendengar celetukan yang keluar dari mulut Bisma tanpa bisa disaring.“Ya elah, Bis. Nggak mungkin kecelakaan. Emang dia brengsek kayak lo?” Sahut Aji dengan tawa meledek. Rayan berdecak kesal melihatnya. Benar-benar menyebalkan sekali teman-temannya ini.“Rayan nggak kayak lo, Bis, yang berani-beraninya uji coba sebelum nikah. Eh, tahu-tahunya malah berhasil.” Sambung Aji lagi. Sontak, hal tersebut langsung mengundang gelak tawa Rayan yang semula terus merengut. Keadaan berbalik begitu saja.Hanya satu orang yang tak menikmati candaan mereka, Luna. Sejak tadi gadis itu hanya bergeming dengan sorot mata sendu. Dunianya seakan berhenti sa
Episode 1. Awal yang Pahit********“Kenapa aku harus jadi korban perjanjian konyol kalian?”Nayra bangkit dari duduknya dengan sentakan penuh, membuat kursi meja makan yang didudukinya terdorong ke belakang beberapa senti. Bola matanya yang jernih memandang kecewa kedua orang tuanya.“Nggak! Ayah boleh bikin perjanjian sebanyak apa pun dengan teman Ayah itu, tapi Ayah nggak berhak ngelibatin aku.”Nayra menahan geram, dia merasa ditipu. Beberapa waktu lalu, sang ayah merengek memintanya kembali ke Indonesia dengan alasan tidak ingin jauh dari anak-anaknya di hari tua. Nayra menurutinya, bahkan rela melepaskan karir cemerlangnya di John Hopkins.Dan sekarang? Ayah mendadak membahas tentang perjodohan yang bermula dari perjanjian konyol bersama sahabatnya–Rendi, keduanya berjanji akan menjodohkan anak mereka saat dewasa nanti. Begitu umur kedua anak mereka dewasa, saat itulah perjodohan dilakukan, dan itu saat ini. Baru saja, dengan sangat entengnya lelaki tua itu mengatakan ingin Nayr
Episode 2.Tak Ingin Dia********“Lho, kalian saling kenal?” Tante Lisa yang pertama memecah hening yang terjadi di sana. Dia menginterupsi kegiatan Nayra yang bergeming menatap Rayan. Gadis itu sedikit terperanjat.“Enggak.”“Iya.”Nayra dan Rayan menyahut bersamaan dengan ucapan berbeda, membuat para orang tua mengernyit bingung. Nayra langsung menatap protes Rayan yang dibalas kedikkan bahu tak acuh.“Sebatas senior dan junior. Kami satu SMA.”“Kami pernah pacaran.” Sambar Rayan cepat, membuat mata Nayra membelalak.“Serius, Ray?” Tante Lisa berbinar senang, pun dengan yang lainnya.“Nggak, Tan!”“Iya, Ma.”Lagi, Nayra dan Rayan menyahut dengan ucapan berbeda. Nayra menoleh cepat dan menatap geram Rayan yang memasang ekspresi santai.“Bagus kalau begitu.” Sahut Om Rendi senang. “Kalian bisa balikan dan cepat-cepat menikah. Nggak perlu ada pendekatan-pendekatan lagi. Kita skip itu.”“Aku setuju.” Seru Rayan sambil bergerak duduk di antara orang tuanya.Nayra meradang, menatap Rayan d
Episode 3. Lari Sejauh Mungkin********“Amazed banget, kan?” Kata Rayan, menghentikan aktivitas Nayra yang sedang mengayun-ayunkan kakinya di atas jembatan kecil dengan kolam ikan hias yang asri di bawahnya.Nayra menoleh, melihat si pemilik suara itu. Sebenarnya, Nayra tidak perlu melakukannya, karena dia sudah hafal betul. Mana mungkin dia bisa melupakan suara yang selalu mengisi hari-harinya, meski sembilan tahun tak mendengarnya.“Kebetulan yang agak menyenangkan, kan?” Imbuh Rayan dan mengambil duduk di sebelah Nayra, kakinya yang panjang menjuntai nyaris menyentuh air.“Nggak sama sekali.” Nayra membuang muka, nada suaranya terdengar datar. Rayan hanya tersenyum kecil.Sejenak, keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Hanya sahutan napas dan gemericik air kolam yang memecah keheningan di antara mereka. Nayra tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Kedatangan Rayan membuatnya terkejut, bingung, dan sedih bercampur menjadi satu.“Aku maafin kamu.”Nayra yang sedang mem
Episode 4. Siapa Dia?********“Berhenti bersikap manis untuk mendapatkan perhatian orang tua aku! Stop ngasih orang tua aku hadiah atau apa pun itu.”Nayra melempar buket bunga anggrek putih dan goodie bag berisi tas dengan merk terkenal tepat ke atas meja kerja milik laki-laki berjas dokter yang duduk di hadapannya. Dengan tatapan yang sama sekali tidak menakutkan, Nayra melotot marah, rahangnya mengetat, menahan emosi.Ternyata Rayan serius dengan ucapannya menerima perjodohan. Sudah dua minggu sejak pertemuan keluarga waktu itu, Rayan gencar melakukan pendekatan dengan orang tua Nayra. Sikap manis dan hangat yang ditunjukkan Rayan membuat mereka semakin mendorong Nayra untuk menerima laki-laki itu sebagai calon suaminya.Bukannya terenyuh, tapi Nayra malah merasa ada yang tidak beres dengan sikap Rayan, hingga membuat hatinya gelisah.“Kak, kamu denger aku nggak, sih?” Kesal Nayra seraya merampas berkas di tangan Rayan, lalu duduk di hadapannya. Rayan langsung menatap Nayra tak s