********“Besok?”Aji dan Bisma serempak berseru tak percaya diiringi pupil mata melebar. Sementara Luna, dia sedang berusaha mengendalikan keterkejutannya setelah Rayan mengatakan bahwa dia dan Nayra akan bertunangan hari Sabtu sore, esok hari.“Gue tahu kalian mau nikah. Tapi nggak nyangka secepet ini. Kalian kecelakaan?”Rayan mendengus sebal saat mendengar celetukan yang keluar dari mulut Bisma tanpa bisa disaring.“Ya elah, Bis. Nggak mungkin kecelakaan. Emang dia brengsek kayak lo?” Sahut Aji dengan tawa meledek. Rayan berdecak kesal melihatnya. Benar-benar menyebalkan sekali teman-temannya ini.“Rayan nggak kayak lo, Bis, yang berani-beraninya uji coba sebelum nikah. Eh, tahu-tahunya malah berhasil.” Sambung Aji lagi. Sontak, hal tersebut langsung mengundang gelak tawa Rayan yang semula terus merengut. Keadaan berbalik begitu saja.Hanya satu orang yang tak menikmati candaan mereka, Luna. Sejak tadi gadis itu hanya bergeming dengan sorot mata sendu. Dunianya seakan berhenti sa
********Ruang bagian tengah rumah orang tua Nayra sudah didekorasi sedemikian rupa dengan nuansa Eropa klasik. Perpaduan warna putih dan gold sebagai backdrop, serta rangkaian bunga di sisi-sisinya menambah kesan elegan dan mewah dekorasi tersebut.Acara tunangan Nayra dan Rayan terkesan tertutup, hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat. Tentu saja ini atas permintaan keduanya yang tidak ingin hubungan mereka terekspose begitu saja, Nayra akan mendapatkan perlakuan berbeda dari rekan satu timnya di rumah sakit jika saja mereka mengetahui bahwa dia adalah calon menantu pemilik RH Hospital. Itu akan sangat tidak nyaman.Semua tamu undangan sudah datang dan duduk di kursi yang telah disediakan. Teman-teman Rayan juga sudah hadir dan duduk manis di sana bersama Noah yang tangannya masih dibalut gips.Luna juga menghadiri pesta itu ditemani ibunya atas permintaan orang tua Rayan, mengingat ibunya Luna adalah pengasuh Rayan yang sudah mereka anggap keluarga. Luna tampak patah hati, na
********Setelah selesai menangani pasien rawat jalan, Nayra duduk di kursi kerja dengan laptop menyala di hadapannya. Nayra menyentuh touchpad dan mulai membuka link untuk menonton drama Korea yang sedang trending saat ini.Namun, di sela-sela menscroll dan membaca beberapa judul drama yang akan dia lihat, matanya tiba-tiba tertuju pada cincin yang kini bertengger di jari manisnya.Sejenak Nayra terdiam, memperhatikan cincin yang dua hari lalu Rayan sematkan di jari manisnya.Acara pertunangan Rayan dan Nayra berjalan dengan lancar. Walaupun Nayra mendapat beberapa teguran dari orang tua dan kakaknya karena bisa-bisanya dia malah tidur dan terlambat di acara sepenting ini. Tapi itu tak mengganggu kelancaran acara, bahkan dalam acara itu telah menghasilkan kesepakatan antar dua keluarga bahwa dalam waktu tiga bulan setelah acara tersebut, pernikahan mereka akan dilangsungkan.Nayra jelas keberatan, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Terbersit pikiran untuk menerimanya dan melupakan semua
23.********Nayra dan Rayan duduk manis di sudut kafe dekat jendela dengan pasta dan minuman yang sudah dihidangkan di meja mereka.Rencana untuk membicarakan pernikahan bersama Rayan hancur seketika. Senyum tipis yang sejak tadi menghiasi wajah cantik Nayra perlahan memudar ketika dia melihat Luna menghampiri meja mereka dengan polosnya.“Ray . . .” Sapa Luna seraya melempar senyum manis ke arah Rayan.“Lho, Luna? Ngapain di sini?”Sama halnya dengan Nayra, Rayan juga nampak terkejut mendapati Luna ada di sana.“Aduh, Ray. Ini kan kafe, ya aku mau cari camilan sambil minum kopi, lah.” Luna tampak terkekeh.“Kebetulan banget kita ketemu di sini, aku nggak nyangka, lho. Ohh, iya, kalian berdua aja?” Tanyanya kemudian, sesekali kepalanya tampak celingukkan, memastikan siapa tahu ada orang lain ikut bergabung dengan Nayra dan Rayan.“Iya, kami berdua aja.” Kini Nayra menimpali dengan sedikit penekanan, berharap Luna mengerti bahwa dia tidak ingin diganggu.“Eung, aku boleh ikut gabung,
********Rayan dan Nayra kini dalam perjalanan pulang ke apartemen, setelah beberapa saat lalu Rayan mengantarkan Luna ke rumahnya.Setelah dirasa suasana mulai tidak enak, Rayan mengajak Nayra untuk pulang. Tapi parahnya, Rayan malah menawarkan diri untuk mengantarkan Luna pulang juga, padahal mereka tidak berangkat bersama sebelumnya. Selain itu, waktu juga belum terlalu malam, masih banyak taksi atau kendaraan umum lain yang bisa Luna naiki.Hati Nayra semakin kesal tatkala Luna mengiyakan tawaran Rayan tanpa banyak berpikir. Padahal, jika memang bisa menjaga perasaan, gadis itu bisa menolak meski pura-pura.“Nay, aku nggak suka ya kamu bersikap kayak gitu sama Luna.”Nayra yang sejak tadi memalingkan wajahnya ke arah luar kaca mobil, kini menoleh ke arah Rayan.“Emangnya aku gimana?” Tanya Nayra malas.“Yaa, kamu bisa, kan, nggak usah jutek-jutek kayak tadi?” Nada bicara Rayan terdengar kesal.Nayra menarik salah salah satu sudut bibirnya membentuk seringai. Rayan tak salah mem
********Keesokan paginya, Nayra berjalan menuju ruangan Rayan dengan senyum mengembang di wajahnya. Sebelah tangannya menggenggam satu botol yoghurt stroberi untuk diberikan pada Rayan, minuman kesukaan laki-laki itu.Mulai sekarang, Nayra bertekad untuk terus meminta pada Rayan membatalkan pernikahan mereka. Nayra akan merengek sampai telinga laki-laki itu panas dan bosan.Sebenarnya Nayra masih sedih karena kejadian semalam. Tapi bersedih tak akan mengubah apa pun. Dia harus bertindak meski kemungkinannya sangat kecil.Tanpa mengetuk, Nayra mendorong pintu ruangan Rayan. Dia berani melakukan itu karena merasa waktu masih terlalu pagi, jadi kemungkinan Rayan belum sibuk dan tidak banyak orang di sekitaran sana. Tapi tubuhnya seketika dibuat mematung di ambang pintu saat melihat Rayan dan Luna sedang sarapan berdua di sana.“Makannya jangan belepotan, dong, Ray. Kamu kayak anak kecil, deh.”Luna terkekeh seraya tangannya terulur membersihkan remahan makanan yang sedikit belepotan di
********Untuk pertama kalinya Nayra menginjakkan kaki di atap gedung rumah sakit itu. Matanya bergerak menyusuri sekitar. Jauh dari tempatnya berdiri, di sana terdapat helipad sebagai landasan helicopter atau ambulance udara yang biasa digunakan untuk penanganan dan medical evacuation dalam keadaan darurat. Fasilitas rumah sakit itu memang tidak bisa di remehkan.Nayra menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas yang hanya sebatas dadanya, tatapannya lurus memandang halaman rumah sakit yang terlihat segar di pagi hari.Gadis itu mengeluarkan tangisnya yang sejak tadi tertahan.Kenapa Rayan seperti ini? Kenapa Rayan bermain-main dan menyiksa perasaannya seperti ini? Kenapa keadaan terlalu sulit untuknya? Kalau bukan karena memikirkan perasaan orang tuanya, Nayra sudah akan pergi dan tak perlu repot memohon pada Rayan untuk melepaskannya.Kenapa Tuhan sangat tidak adil padanya? Apa meninggalkan Rayan saat itu adalah dosa besar sampai dia harus mendapatkan balasan seperti ini? Tapi Nayra j
********Malam hari setelah pulang dari rumah sakit, Nayra berjalan gontai menuju unit apartemen miliknya. Sengaja dia berjalan melewati tangga darurat untuk membuat tubuhnya semakin lelah. Karena dengan begitu, dia bisa cepat tidur tanpa harus memikirkan Rayan yang selalu membuatnya sulit tidur selama tiga malam belakangan ini.“Tengah malam begini, kenapa baru pulang?” Suara dingin dan tatapan tajam seseorang yang seolah siap menerkam menyambut Nayra di depan pintu apartemennya.Nayra terkejut mendapati Rayan yang tengah berdiri di sana. Namun, sebisa mungkin dia sembunyikan rasa keterkejutannya itu. Nayra hanya meliriknya sekilas, tanpa memberi sapaan atau menjawab pertanyaan yang sempat Rayan lontarkan tadi. Nayra melewati Rayan begitu saja dan mulai menekan kode aksesnya pada keypad.“Pergi sana! Aku nggak mau nerima tamu malam-malam gini.” Usir Nayra dengan nada datar. Memang sudah malam, jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.Tapi sepertinya yang diusir tidak
********Sekarang Nayra sudah berada di dalam mobil yang dikendarai Tante Lisa. Entah ke mana wanita paruh baya ini akan membawanya pergi.Sejurus kemudian, Nayra dibuat terkejut saat menyadari jalanan yang dilalui Tante Lisa ternyata menuju ke apartemen Rayan. Benar saja, tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di depan gedung apartemen elit tersebut.“Tan?” Nayra menatap Tante Lisa dengan sorot mata penuh tanya.“Maaf, Nay. Kita ke apartemen Rayan sebentar, ya? Ada barang yang mau Tante ambil dari sana.”Nayra terdiam ragu, sebelum kemudian mengangguk terpaksa.“Ohh, ya udah. Tapi aku nunggu di sini ya, Tan?”“Tapi barang yang mau Tante bawa agak banyak. Kamu bisa bantu Tante, kan?” Tante Lisa memasang wajah memelas, membuat Nayra lagi-lagi tak bisa menolak.“Ya-ya udah, Tan, boleh.”Mengehembuskan napas kasar, dengan penuh keterpaksaan Nayra ikut turun dari mobil dan mengekori Tante Lisa untuk masuk ke dalam apartemen Rayan.Sesampainya di depan pintu apartemen, dengan cekatan jar
********“Aku minta maaf karena belum bisa jadi anak yang baik untuk kalian.” Ucap Nayra tulus setelah dia mengutarakan keinginannya untuk mengakhiri semuanya dengan Rayan. Nayra bahkan kini berlutut di hadapan kedua orang tuanya.“Bangun, Nak.”Bunda menuntun Nayra untuk duduk di sebelahnya.“Sebenarnya ada apa, Nay?” Tanya Bunda lembut seraya merapikan anak rambut Nayra yang sedikit menghalangi wajahnya.“Kak Rayan menerima perjodohan ini untuk balas nyakitin aku karena udah ninggalin dia dulu. Dia nggak tulus mau nikahin aku.”Pada akhirnya, Nayra tidak bisa menahan kegundahan hatinya sendirian, meski tidak dia ceritakan secara keseluruhan.“Nggak mungkin. Selama ini Ayah lihat dia baik-baik aja sama kamu.” Sela Ayah tak percaya, mengingat bagaimana Rayan memperlakukan Nayra dengan baik saat di depannya, Ayah juga sangat suka sikap sopan Rayan.“Iya, tapi dia cuma pura-pura, Yah. Di belakang kalian dia nggak sebaik itu. ”“Ayah nggak percaya. Nayra, masa lalu kalian itu hanya cinta
60.******** “Dokter Nayra . . . .”Giselle tersenyum ramah menyapa Nayra.“Om Rendi ada di dalam nggak, Mbak? Maksud aku, beliau nggak lagi sibuk, kan?” Tanya Nayra sedikit ragu.“Enggak, kok. Kamu bisa langsung masuk saja, Dok.” Giselle mempersilakan Nayra masuk tanpa berniat mengantarnya. Mengingat Nayra adalah calon menantu dari atasannya, maka Giselle sedikit membebaskan gadis itu.“Oke. Makasih, Mbak Giselle.” Ucap Nayra dengan senyum mengembang.Tak langsung mengetuk, sejenak Nayra mematung di depan pintu untuk menenangkan dirinya. Dia meremas tangannya yang mulai berkeringat dingin. Nyali Nayra sedikit menciut membayangkan dia akan kena damprat dari Om Rendi di dalam sana nanti.“Huuft.”Nayra menghembuskan napas panjang, untuk kemudian mengetuk pintu kaca di depannya. Nayra lalu masuk dengan kaki gemetar setelah mendapat sahutan.“Selamat siang, Om.” Sapa Nayra gugup, namun dia berusaha menyembunyikannya. Ini kali pertama dia berhadapan dengan Om Rendi, hanya berdua.“Duduk,
********Bulatan matahari yang menguning telur dan semburat jingga di sore hari seperti menghipnotis siapa pun yang memandangnya.Dengan melihat proses matahari kembali ke peraduannya, bisa menciptakan rasa syukur atas ciptaan Tuhan yang maha segalanya. Bersyukur untuk masih tetap diberi kehidupan sampai sekarang.Rayan, laki-laki tampan dan jangkung dengan balutan jas dokternya berdiri dengan tangan bersedekap pada beton pembatas yang berada di atap rumah sakit sambil memperhatikan pemandangan yang ada di bawahnya. Taman rumah sakit yang luas dengan semua aktivitas orang-orang di sana.Terkadang, matanya memicing untuk menghindari cahaya tipis matahahari sore yang tak sengaja mengenai wajah tampan berkarismanya.Rayan memejamkan mata, meraup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya yang lapang. Rayan, dia membiarkan angin sore menyapa wajah dan memainkan rambut bergaya quiffnya.Rayan termenung dengan wajah gelisahnya. Kepalanya berisik, kejadian beberapa menit yang lalu berput
********Noah memang selalu tahu bagaimana cara menghibur Nayra. Kini mereka duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, menikmati pemandangan dari ketinggian di Bukit Bintang. Tempat itu cukup untuk menghibur hati Nayra yang gamang.Nayra berdecak kagum saat matanya disuguhi keindahan bintang yang bertaburan menghiasi langit malam. Belum lagi pemandangan citylight yang tampak mempesona dari puncak bukit tersebut. Pancaran lampu-lampu kota itu juga bisa didefinisikan sebagai bintang yang menambah keindahan panoramanya.“Ehh.”Nayra terkesiap ketika Noah tiba-tiba menyampirkan jacketnya di sepanjang bahu Nayra agar gadis itu tidak kedinginan.“Kalau kamu hipotermia, itu pasti bakal ngerepotin aku.” Noah langsung menyambar sebelum Nayra membuka suaranya.“Ish, dasar. Padahal, kamu, tuh, cukup diem aja, No. Biar kelihatan romantis gitu.” Dengus Nayra seraya merapatkan jacket Noah ketika udara dingin menusuk kulitnya. Nampak bibir gadis itu juga sedikit memucat karena memang udara di
********Sore hari beringsut malam, Nayra baru keluar dari ruang rapat. Rapat tersebut berjalan lancar. Ternyata Aji sangat berbeda saat dia sedang bekerja, dia benar-benar serius, tak banyak tingkah seperti saat Nayra sedang bersamanya di luar pekerjaan.Nayra berjalan menuju ruangannya, sedikit melompat-lompat lucu seperti kelinci. Kebetulan sekali koridor sedikit sepi.Nayra mengulum senyum tipis, merasa beban di hatinya sedikit terangkat. Noah sudah berbaik hati karena tidak menuntut Nayra untuk membalas perasaannya, Nayra tidak akan membiarkan persahabatannya rusak karena perasaan tidak enak. Maka untuk membalas kebaikan hati Noah, Nayra hanya perlu tetap untuk menjadi sahabat terbaik baginya.Baru saja Nayra akan menyentuh handle pintu, seseorang tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya erat dan menariknya dengan kasar. Dalam hati Nayra menggerutu, karena orang-orang sudah mengejutkannya hari ini.“Ray–”Nayra berusaha melepaskan dirinya dari Rayan yang kini sudah berhasil m
********Nayra duduk terdiam di ruangannya. Matanya menyipit dengan kening berkerut, sesekali sebelah tangannya memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri.“Shit.” Masih jelas dalam ingatanya saat beberapa menit yang lalu Bunda menelepon. Bunda mengatakan kalau Nayra harus segera membereskan barang-barangnya dari apartemen yang dia tinggali saat ini.Ternyata ucapan Rayan yang memintanya pindah itu benar, Nayra kira waktu itu Rayan hanya menggertaknya.“Ayah sama Bunda udah lihat kondisi apartemennya. Rayan bener-bener nyiapin itu buat kamu.”Nayra teringat percakapannya dengan Bunda di telepon tadi. Ternyata Rayan benar-benar licik karena melibatkan orang tuanya.“Kamu cepat beresin barang-barang dan pindah ke sana, Nay. Lagian nggak ada salahnya tinggal di dekat Rayan, biar kalian makin deket. Rayan juga bilang biar dia gampang jagain dan ngawasin kamunya, gitu.” Nayra hanya bisa menahan geram seraya mengepalkan tangannya, Rayan benar-benar telah memanfaatkan orang tuanya untuk
********“Ada masalah?” Hana heran dengan sikap Nayra yang lebih banyak diam dengan wajah murung seharian ini. Sebab, selepas memeriksa pasien biasanya Nayra akan membahas makanan untuk makan siang atau berbagi cerita mengenai drama Korea yang telah dia tonton. Ini tak seperti biasanya.“Ohh? Apa, Han?” Nayra kurang fokus.Hana mengerling, lalu mengulang pertanyaannya. “Kamu lagi ada masalah? Kok diem terus dari tadi?”“Enggak, kok. Aku cuma lagi datang bulan.” “Pantesan.” Hana manggut-manggut mengerti. “Gimana kalau nanti kita cari makanan yang manis atau pedes? Biasanya aku makan itu kalau lagi PMS. Aku jamin nanti mood kamu balik lagi, deh.”“Boleh.” Sahut Nayra tak bersemangat, tapi selipan senyuman tipis tersungging dari bibirnya.Tak ada lagi percakapan setelah itu. hanya terdengar derap kaki mereka yang melangkah menuju ruang ICU untuk memeriksa pasien pasca operasi.Karena fokusnya kurang, Nayra tak memperhatikan keadaan sekitar, hingga akhirnya dia menabrak dan kepalanya m
54.********Keesokan harinya, Nayra datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Hal itu semata-mata dia lakukan untuk menghindari Noah. Meski Noah mengatakan untuk jangan terbebani, tapi tetap saja Nayra butuh waktu untuk bisa menerima semua ini.Dan di sinilah Nayra sekarang, duduk santai menikmati udara pagi di bawah pohon yang ada di taman samping rumah sakit. Pandangannya menerawang kosong, sementara wajahnya tampak sayu dan lelah karena kurang tidur.Permainan jujur-jujuran itu membuatnya terguncang. Kepalanya pusing dengan segala hal yang belum terselesaikan. Nayra ingin lepas dari Rayan dan belum tahu caranya, namun sekarang malah bertambah karena Nayra tidak tahu bagaimana harus menghadapi Noah.Dalam pandangan yang menerawang kosong itu, nampak lingkaran hitam di bawah mata menyatukan gambaran antara rasa lelah dan kesedihan. Berulang kali Nayra menghembuskan napas berat, berharap semua beban di hatinya terbuang bersamaan dengan itu.Nayra menoleh ketika merasakan seseorang men