Arnold Thompson tengah bersiap menghadiri pesta ulang tahun Kakek istrinya di sebuah gedung mewah. Tidak ada baju mahal yang dia miliki karena selama ini dirinya hanyalah pengangguran bahkan bahkan keluarganya sendiri menyebutnya pria tidak berguna. Baju yang dikenakan hanyalah baju tiruan yang dia dapatkan dari penjual baru bekas.
“Claire, apakah kamu sudah siap?” Arnold bertanya pada Claire yang sedang bercermin. Wanita cantik anak seorang cucu dari pemilik perusahaan terlihat begitu cantik. Memakai gaun dengan warna biru muda ditambah aksesoris di bagian dada membuatnya semakin menawan. Alasan tertentu yang menyebabkan mendiang Nenek Claire menikahkan Claire dengan Arnold. Arnold dan mendiang Nenek Claire berhubungan baik hingga memutuskan menikahkan Claire dengan Arnold. “Arnold. Aku ragu jika kita kesana, pasti kau akan mendapat cacian lagi!” Claire menggigit bibir bawahnya, kedua alisnya bertautan. Di wajahnya, tersirat keraguan. Apalagi Kakeknya selama ini tidak pernah menganggap sosok suaminya seperti keluarga yang lain. Dalam keluarga besar, Sang Kakek menempatkan Arnold di antara pembantu rumah tangga. Arnold tidak lebih dari seorang pembantu di rumahnya. “Tenanglah, Sayang! Kita akan kesana menghadiri pesta ulang tahun Kakek! Aku bahagia sekali untuk pertama kalinya Kakek mengundang kita semua, termasuk aku!” Ucap Arnold meyakinkan keraguan Claire. Sebuah undangan dari keluarga Klein untuk seluruh anggota keluarga termasuk cucu menantu diumumkan tiga hari yang lalu. Arnold merasa Kakek Klein mulai menganggapnya sebagai cucu menantu sehingga sejak siang tadi dirinya sudah bersiap. “Hadiah apa yang bisa kita berikan untuk Kakek, Arnold?” Tanya Claire. Claire menatap suaminya yang sedari tadi begitu santai dan bahagia. “Oh. Aku sudah buatkan kue berbahan dasar teh hijau berkualitas yang tersimpan banyak di dapur. Kakek pasti suka!” Ucap Arnold seraya menunjuk ke meja yang tidak jauh darinya. Claire melihat sebuah kue terbungkus rapi dalam sebuah kotak kue. Penampilannya sangat menarik, namun hati Claire tetap ragu. Arnold merasa jika istrinya tetap merasa ragu. “Tidak perlu ragu begitu. Kita akan berangkat bersama-sama!” Ucap Arnold seraya menenangkan Claire dengan menggenggam erat tangan Claire dan di tangan kirinya membawa sebuah kue untuk Kakek Klein. Pernikahan keduanya karena perjodohan dari mendiang Neneknya Claire ketika keduanya saling mengenal. Hanya saja, setelah Neneknya Claire meninggal, tidak ada lagi anggota keluarga yang menghargai Arnold. Semua menganggap Arnold tidak lebih dari seonggok sampah tidak berguna. Sebelum pesta dimulai, Kakek Klein memerintahkan semua tim keamanan melakukan penjagaan dengan super ketat. Bagaimana tidak, acara ulang tahunnya dihadiri tamu penting. Terlebih lagi tamu yang diundang termasuk tamu yang sangat berpengaruh. “Jika dia datang, maka usirlah dia!” Perintah Kakek Klein kepada seluruh tim keamanan gedung San Diego Hills. Gedung terkenal dengan fasilitas mewah serta penjagaan yang super ketat. Semua tim keamanan mulai berjaga di berbagai titik dan memperhatikan sosok lelaki yang dilarang masuk ke dalam gedung. Claire dan Arnold datang ke lokasi acara pesta ulang tahun Kakek Klein menggunakan mobil hitam milik Claire. Mobil dari hasil kerja kerasnya di bawah perusahaan Shining Grup, Perusahaan milik Kakek Klein. Claire begitu anggun dengan gaun indahnya membuat beberapa tamu undangan yang akan memasuki gedung dibuatnya terpana. Termasuk para pewaris yang juga turut hadir. “Nona Claire, silahkan masuk!” Ucap seorang pelayan kepada Claire seraya membungkukkan badan sebagai salam hormat. Kaki Claire dan Arnold hendak melangkah bersama memasuki pintu ruangan yang dijaga ketat. Akan tetapi, dada Arnold tiba-tiba didorong seorang dari tim keamanan hingga membuatnya mundur beberapa langkah. “Kecuali anda, Tuan!” Ucap pria tersebut. Tatapan tajam dari salah satu tim keamanan diarahkan kepada Arnold. Arnold mundur beberapa langkah memberikan celah untuk Claire mengisi daftar hadir melalui buku digital. Claire tidak percaya dengan sikap arogan tim keamanan yang melarang suaminya masuk. “Tidakkah kau tahu jika dia adalah suamiku? Cucu menantu keluarga ini?” Ujar Claire yang tidak terima suaminya diperlakukan berbeda. Meski belum ada rasa cinta sepenuhnya, akan tetapi Claire tidak rela jika suaminya diperlakukan tidak adil. “Hanya Nona Claire yang diperbolehkan masuk!” Jawab Tim keamanan dengan tegas. “Baiklah, aku juga tidak akan masuk karena suamiku tidak diperbolehkan masuk menghadiri pesta ulang tahun Kakek!” Pekik Claire dengan kedua mata melotot ke arah tim keamanan yang berjaga. Salah satu tim keamanan terlihat mundur beberapa langkah ke belakang dan menghubungi seseorang. Setelah selesai menghubungi seseorang, salah satu tim keamanan kembali menghampiri mereka berdua. “Baiklah. Kalian berdua boleh Masuk!” Akhirnya Tim keamanan membiarkan sepasang suami istri ini masuk ke ruangan. Tanpa curiga sedikitpun, Arnold menggandeng tangan Claire memasuki ruang yang cukup meriah dengan dekorasi mewah. Keduanya masuk ke ruang pesta dengan penuh percaya diri. “Halo cucu dan cucu menantuku! Akhirnya kalian datang juga!” Kakek Klein menyambut kedatangan Arnold dan Claire. Banyak pemuda yang mulai tertarik pada istri Arnold. Meski sudah menikah namun masih terlihat masih gadis. “Kakek, hadiah untukmu!” Ucap kevin saat memberikan sebuah hadiah untuk Kakek Klein. Sebuah diamond berdiameter lima centi menjadi hadiah yang diberikan oleh Kevin. Cucu dari anak keduanya. “Ini sangat indah sekali. Terima kasih, Kevin!” Kakek Klein menerima serta memuji pemberian hadiah dari Kevin. Kevin berlagak sok kaya dengan menatap Arnold yang sedang membawa sebuah kotak berisi kue. “Kakek, ini hadiah untuk Kakek. Aku membuatnya dari pagi supaya hasilnya maksimal!” Arnold memberikan sebuah kue kepada Kakek Klein seperti yang dilakukan Kevin. Senyum Kakek Klein seketika berubah muram. Kakek Klein sengaja melempar kue pemberian Arnold di depan tamu undangan. Claire terkejut bahkan sampai menutup mulutnya saat melihat sikap Kakeknya yang ternyata belum berubah. “Lihatlah! Perkenalkan, dia cucu menantuku, dan dia juga seorang pengangguran!” Pekik Kakek Klein dengan tatapan kebencian kepada Arnold. Semua mata tamu undangan tertuju pada Arnold yang tetap diam berdiri tegak menatap seseorang yang sedang menghinanya. “Dia! Pria miskin yang bermimpi menjadi bagian dari keluargaku!” Suara Kakek Klein terdengar lebih keras. Jari telunjuk Kakek Klein bahkan mengarah ke wajah Arnold. Claire memberi isyarat untuk segera pergi namun Arnold tidak menghiraukannya. “Jika kalian punya cucu atau anggota keluarga tidak berguna. Apa yang akan kalian lakukan?” Kakek Klein bertanya pada tamu undangan, berniat mempermalukan Arnold. Kakek Klein benar-benar belum puas menghina Arnold. Kevin merasa senang ketika suami dari saingan terberatnya dihina. Claire tergolong wanita pekerja keras sehingga posisinya terancam karena Claire. Kevin seringkali menghina Arnold dengan tujuan membuat Claire emosi dan memanfaatkan keadaan. “Tuan Klein. Jika aku punya anggota keluarga seperti dia, aku akan menendangnya dan mencoret namanya dari daftar keluarga!” Gerald, salah satu anak pewaris perusahaan Light Grup ikut memberikan ulasan tentang Arnold. Cukup menyakitkan juga ucapannya. Sosok Arnold kini menjadi bahan hinaan dalam acara penting ini. Seseorang menatap lekat sosok Arnold seolah sangat mengenalnya. Lelaki itu melihat tanda lahir di tangannya berupa tanda bintang yang dimiliki salah satu pewaris saat masih bayi. “Pergilah, pria tidak berguna!” Ucap Kakek Klein dengan tawa mewarnai hinaan dan cacian untuk Arnold. “Ayo kita pergi. Percuma kita disini!” Ucap Claire seraya menggenggam tangan Arnold. Claire geram dengan sikap sang Kakek yang tidak berubah. “Claire! Aku perintahkan kamu untuk tetap di acara ini! Jika tidak, maka aku akan mengeluarkan nama ayah dan Ibumu dari daftar pewaris!” Suara Kakek Klein membuat Claire tertegun. Langkahnya terhenti seketika karena sebuah ancaman yang ditujukan padanya. Claire tentu saja tercengang akan ucapan Kakeknya sehingga terpaksa dia mengurungkan pergi. “Claire. Kau tetaplah disini! Kau adalah cucu yang sangat diandalkan oleh Kakek Klein. Tidak baik jika kamu pergi ikut denganku. Aku tunggu di halte depan!” Ucap Arnold supaya Claire tidak ikut keluar bersamanya. Claire mengangguk meski hati begitu berat. Terpaksa Claire menuruti ucapan suaminya tetap di ruang pesta bersama orang-orang yang cukup berpengaruh di negeri ini. “Hei, pecundang! Bawalah kue jamuan acara ini, kami akan terlihat jahat membuatmu kelaparan saat keluar dari gedung ini!” Suara Kevin terdengar begitu keras ketika kembali menghinanya. Kevin melempar sebuah kue di kaki Arnold. Kevin benar-benar tidak mencerminkan seorang cucu pengusaha kaya. Arnold berjalan cepat keluar dari gedung hingga dirinya kini berada di sebuah halte yang cukup sepi. Arnold duduk sambil melihat lalu lalangnya kendaraan di depannya. “Apakah anda Arnold Thompson?” Sosok Pria tiba-tiba bertanya padanya. Arnold terkejut melihat pria berusia lima puluh tahunan berdiri di sampingnya. Salah satu tamu undangan Kakek Klein di acara pesta ulang tahunnya. “Iya, Saya Arnold Thomson. Bukankah anda Tuan Jack? Pemilik Perusahaan Emrand Grup yang terbesar di negeri ini?” ucap Arnold yang terkejut mendapati seorang pemilik perusahaan terbesar di negeri ini. Bahkan seratus kali lebih besar daripada perusahaan milik Kakek Klein. “Tanda lahir itu, Saya sangat mengenalnya!” Ucap Jack seraya memperhatikan bentuk tanda lahir yang Arnold miliki. Arnold merasa tidak nyaman dengan tatapan Jack sehingga berusaha menutupi tanda lahir di pergelangan tangannya dengan lengan jas yang dikenakan. “Maaf, Tuan Jack. Ini hanya tanda lahir biasa dan siapapun bisa memilikinya,” Sahut Arnold yang berhasil memanjangkan lengan jas hitamnya guna menutupi tanda lahir yang diketahui orang besar. “Ternyata saya menemukan anda, Tuan muda!”“Ternyata saya menemukan anda, Tuan Muda! Kakek anda sudah lama mencari keberadaan anda! Tanda lahir itu, hanya keluarga Thompson yang memiliki. Dan anda adalah bayi yang sengaja dititipkan di panti asuhan demi menyelamatkan anda dari orang-orang jahat!” Ucap Jack sambil menatap wajah Arnold yang mulai kebingungan dengan penjelasannya. Benar saja, Arnold semakin tidak mengerti dengan penjelasan seseorang di sampingnya. Apalagi mengenai keluarganya yang selama ini tidak diketahui. Selama ini yang dia tahu, dirinya dititipkan ke panti asuhan tanpa tahu keluarganya sampai saat ini hingga Nenek Claire bertemu dengannya dan berakhir menikahkan dengan salah satu cucunya. “Besok datanglah ke Emrand Group. Ayah dan Kakek anda menunggu kedatangan anda!” Jack berucap seraya membungkukkan badan seperti sedang berhadapan dengan orang besar. “Tidak, aku tidak mau! Dan aku bukan siapa-siapa dari seseorang yang anda maksud!” Arnold berdiri dan hanya ada rasa kecewa karena mendapat sebuah leluc
Arnold duduk di sebuah kursi di sudut ruangan menunggu ekspresi Kevin dan Gerald keluar dari ruangan wakil direktur. Wajahnya seolah menunggu sebuah peristiwa yang cukup membuatnya penasaran. Perkiraan Arnold salah, mengira mereka akan lama berada di dalam ruangan wakil direktur, ternyata hanya beberapa detik saja mereka keluar dengan wajah yang pucat. “Hukuman untuk orang licik seperti kalian!” Arnold tertawa sambil menikmati coffee latte buatan salah satu Office Boy. Terlihat Gerald dan Kevin tengah bicara serius. Sepertinya membicarakan kerjasama yang telah dibatalkan. Gerald terlihat tidak bersemangat ditambah emosi yang meluap. “Bagaimana bisa, kerja sama diputus sepihak!” Gerald geram sekali setelah rencana yang selama ini direncanakan secara maksimal ternyata berakhir di tengah jalan. Niat hari ini memperpanjang kontrak ternyata gagal. “Bagaimana bisa secepat ini?” Kevin pun merasa ada yang janggal. Kevin duduk termenung di samping temannya yang frustasi. “Aku bisa dibunu
Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal. Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasu
Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa