“Ternyata saya menemukan anda, Tuan Muda! Kakek anda sudah lama mencari keberadaan anda! Tanda lahir itu, hanya keluarga Thompson yang memiliki. Dan anda adalah bayi yang sengaja dititipkan di panti asuhan demi menyelamatkan anda dari orang-orang jahat!” Ucap Jack sambil menatap wajah Arnold yang mulai kebingungan dengan penjelasannya. Benar saja, Arnold semakin tidak mengerti dengan penjelasan seseorang di sampingnya. Apalagi mengenai keluarganya yang selama ini tidak diketahui.
Selama ini yang dia tahu, dirinya dititipkan ke panti asuhan tanpa tahu keluarganya sampai saat ini hingga Nenek Claire bertemu dengannya dan berakhir menikahkan dengan salah satu cucunya. “Besok datanglah ke Emrand Group. Ayah dan Kakek anda menunggu kedatangan anda!” Jack berucap seraya membungkukkan badan seperti sedang berhadapan dengan orang besar. “Tidak, aku tidak mau! Dan aku bukan siapa-siapa dari seseorang yang anda maksud!” Arnold berdiri dan hanya ada rasa kecewa karena mendapat sebuah lelucon di saat dirinya tengah sendirian. “Tuan Arnold, saya adalah wakil direktur dari Tuan Thompson. Saya mengetahui semua tentang anda. Dan saya menyampaikan hal ini karena saya diperintahkan untuk memberitahu anda!” Ucap Jack seraya tetap berdiri mememperhatikan pewaris perusahaan terbesar dalam kebimbangan besar. “Aku tidak akan percaya. Pasti anda ingin menghibur saya setelah melihat kejadian di acara Kakek Klein, bukan?” Arnold menyangkal sebuah pernyataan dari Jack. Arnold tetap menganggap penjelasan Jack hanya sebuah gurauan belaka. “Datanglah besok ke Emrand Grup pukul sepuluh pagi. Nanti akan saya antarkan anda kepada Tuan Thompson! Jika tidak, maka saya akan mengantarkan Tuan Thompson menjemput anda di rumah si tua Klein!” Ucap Jack sebelum berlalu meninggalkan Arnold sendiri di halte seraya membungkukkan badan seolah lelaki yang lebih muda di depannya. Arnold diam sejenak, sesuatu yang besar tengah dialaminya. Ada rasa ragu namun juga penasaran akan ucapan yang disampaikan Jack. Arnold duduk termangu berusaha mencerna penjelasan dari Jack. Ingin percaya tetapi ada rasa hal itu tidaklah mungkin terjadi. “Apa aku harus mencobanya untuk datang ke perusahaan besar itu?” Arnold berbicara sendiri. “Baiklah, aku akan kesana dengan alasan mencari pekerjaan. Setidaknya tidak ada yang curiga dengan kedatanganku ke Emrand grup!” Arnold kembali meyakinkan dirinya. Tidak berapa lama, sebuah mobil milik istrinya sudah berada tidak jauh darinya. Kaca jendela dibuka dan melihat senyum Claire, tentu saja ini menjadi penyemangat untuknya. “Maafkan aku, membuatmu lama menunggu!” Ucap Claire sambil membuka pintu mobil untuk Arnold. “Tidak masalah, Claire. Ayo kita pulang!” Sahut Arnold seraya masuk ke dalam mobil. Kali ini Clare yang mengemudikan mobil sampai kediaman mereka. Pikiran Arnold masih melayang-layang soal sosok dirinya meski sudah berusaha membuang jauh pikiran naif. Sesampai di rumah, Arnold gegas ke kamar dan membuka lemari pribadinya. Dibukanya dokumen berisi ijazah kuliahnya dulu. “Kamu sedang apa, Arnold?” Claire melihat Arnold membuka dokumen kemudian menyalakan komputer milik Claire. “Aku sedang mencoba melamar sebuah pekerjaan! Ada lowongan dan sepertinya itu bagus untuk mencobanya.” Jawab Arnold. Wajah Claire seketika berubah. Kedua alisnya bertautan seolah tidak percaya dengan ucapan Arnold. “Apa kau yakin akan mendapatkan pekerjaan setelah seluruh pengusaha diundang dan menyaksikanmu dihina oleh Kakek?” Claire kembali membicarakan kejadian yang cukup menyakitkan. Arnold diam dan berpikir sejenak, Kakek Klein memang cukup berpengaruh kepada pengusaha lain. “Ah, tidak masalah! Akan aku coba, Claire!” Arnold meyakinkan Claire untuk tidak mengkhawatirkannya. Keesokan paginya, Arnold sudah berpakaian rapi bersiap menemui Jack seperti yang dikatakan kemarin. Tidak lupa dokumen yang akan dibawa untuk melamar pekerjaan sekalian di perusahaan tersebut. Arnold melajukan motor tuanya sesekali bersiul menandakan hatinya pagi ini. “Tuhan, semoga aku beruntung!” Harapan Arnold ketika dirinya kini berada di depan sebuah gedung yang cukup besar. Entah kenapa pandangan Arnold menjadi suram ketika melihat Kevin berdiri tidak jauh darinya. “Hei, Pengemis! Mau apa kamu kemari?” Ucap Kevin sambil berkacak pinggang dan meludah ke arah Arnold. “Pasti dia akan melamar pekerjaan!” Sahut Gerald dengan tawa yang mencemooh keberadaan Arnold. “Aku pastikan, kau akan diterima menjadi tukang sapu. Lagipula, apakah kau tidak lelah dengan banyaknya pekerjaan rumah. Padahal pekerjaan di rumah sudah cukup banyak!” Gerald yang berada di samping Kevin tidak luput melontarkan hinaan kepada Arnold. Arnold tetap diam dan menatap satu persatu wajah seseorang yang menghinanya. Arnold merasa jika akan ada perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya. “Sudah cukup menghina saya? Sekarang biarkan saya masuk!” Arnold tidak marah dan membiarkan mereka menghinanya. Arnold berlalu meninggalkan mereka berdua dan memasuki pintu masuk gedung yang dijaga tim keamanan yang cukup ketat. Arnold mendadak diam di depan tim keamanan, menunggu reaksi tim keamanan setelah kedatangannya. “Silahkan masuk, Tuan!” Arnold merasa aneh saat tim keamanan mempersilahkan masuk sambil membungkukkan badan seolah dirinya adalah tamu besar. “Pasti ini cara mereka menyambut tamu.” Arnold berpikir jika cara ini adalah hal yang lumrah. Ternyata tidak jauh dari Arnold, Jack telah berdiri menyambut kedatangannya. “Tuan, anda sudah ditunggu ayah dan kakek anda di ruangan!” Jack membungkuk seraya memberi salam kepada pewaris Emrand grup. Jack menghampiri Arnold yang masih kebingungan. Kedua matanya melihat sebuah lukisan besar bergambar bintang dan naga berwarna merah. Mirip seperti tanda lahir di pergelangan tangan kirinya. Kini dirinya berada di depan salah satu ruangan. Jack mengetuk pintu, setelah mendapat jawaban dari dalam, Jack membuka pintu. Dua lelaki berusia tidak muda lagi berdiri tegak di ruang tersebut. Seolah mereka berdua sedang menunggu seseorang yang sangat dinantikannya selama ini. Di salah satu sudut lain, Arnold melihat sebuah foto seorang wanita tengah menggendong bayi. Di tangan bayi terdapat sebuah tanda lahir yang sama dengan miliknya. “Arnold, anakku!” Melson Thompson melihat anak semata wayangnya yang telah lama dia tidak jumpai berdiri di depannya. Begitu pula dengan Thompson, Kakek dari Arnold yang hampir tidak percaya jika sang cucu sudah berada di depannya. Paras Melson bahkan terlihat sangat mirip dengan Arnold. “Apa kau tidak bercanda?” Arnold bertanya kembali, dia khawatir jika ini hanya lelucon yang dibuat orang dewasa untuknya. “Tidak, kau adalah anakku dan seorang pewaris tunggal Emrand grup!” Ucap Melson yang berjalan menghampiri Arnold dan memeluknya bagai ayah yang sangat merindukan putranya. “Ayah sudah mengatur semuanya termasuk mengatur kembalinya salah satu pewaris Emrand grup!” Bisik Melson, bahkan tangisnya hampir pecah. Hanya saja sebagai lelaki, prinsipnya tidak akan menangis di depan orang. Jack masuk ke ruangan menyaksikan kejadian pertemuan antara anak yang selama ini dititipkan di sebuah panti asuhan dan berakhir menjadi orang yang dihinakan oleh keluarga besar istrinya. “Selamat datang, Tuan Muda!” Jack kembali membungkuk seraya memberikan salam penghormatan kepada Arnold. “Jack. Bisa kau tunjukkan posisi cucuku di Emrand Grup?” Thompson meminta Jack memberi tahu posisi Arnold di Emrand Grup. “Baik, Tuan!” Ucap Jack. Jack sebagai asisten pribadi sekaligus Wakil Direktur membuka sebuah dokumen dan membacakan di depan Arnold. “Tuan Arnold. Mulai sekarang, anda adalah Direktur dari Emrand Grup menggantikan Tuan Melson sekaligus ayah anda!” Jack begitu lugas menjelaskan posisi Arnold saat ini. Arnold merasa ini hanya sebuah mimpi, dalam sekejap seorang pembantu menjadi miliarder. Bahkan menjadi orang terkaya mengingat Emrand grup mendominasi usaha di negeri ini. “Arnold. Ini hadiah untukmu!” Ucap Melson seraya mengeluarkan tiga kartu berwarna hitam diberikan kepada Arnold. Arnold memegang tiga kartu yang hanya dimiliki orang tertentu saja. Selama ini hanya beberapa lembar dollar pemberian dari Claire sebagai uang saku untuknya. “Kau bisa gunakan semaumu, Cucuku!” Ucap Thompson. “Maafkan aku, Ayah. Aku bisa menerima posisi ini namun tolong, sembunyikan identitasku! Aku tetap akan kembali ke keluarga Klein menjadi menantunya!” Ucap Arnold yang tidak ingin identitasnya diketahui seseorang akan posisinya sekarang. Melson awalnya tidak setuju, namun dengan alasan yang disampaikan Arnold, akhirnya Melson dan Thompson menyetujui permintaan Arnold. Asalkan Arnold tetap memimpin meski tidak harus selalu di tempat kerja. Usai dengan keperluannya di ruang Direktur, Arnold kembali menuju ke lokasi parkir. Tempat motor tuanya terparkir di sana. Motor tua hasil menabung menjadi saksi perjuangannya sejak masih remaja hingga menjadi miliarder rahasia. “Hei, pecundang! Sudah diterima menjadi tukang sapu disini?” Pekik Gerald yang melihat Arnold hendak berjalan keluar. Gerald berkacak pinggang ketika berhadapan dengan Arnold. “Hei, pria tidak berguna. Apakah kamu diterima menjadi cleaning service disini?” Kevin pun turut menghina Arnold yang baru saja keluar dari ruang Direktur. “Kalian boleh tertawa, tapi setelah ini kalian akan menangis!” Arnold memberi peringatan kepada sepupu dan temannya sebelum pergi. Arnold berlalu meninggalkan saudara sepupunya beserta teman Kevin. Arnold kemudian menghubungi Jack. “Jack, tujuan apa mereka kemari?” Tanya Arnold. melalui sambungan telepon. Arnold ingin tahu tujuan Gerald dari Light grup dan Kevin dari Shining grup. “Mereka selama ini menjalin kontrak dengan Emrand grup!” Sahut Jack di balik telepon genggam. “Batalkan kerjasama dengan mereka. Cari perusahaan yang lain! Aku tidak suka bekerja sama dengan orang yang arogan!” Arnold memberikan sebuah pelajaran kepada dua penerus perusahaan yang tidak pernah beretika baik. Ternyata perintah Arnold berhasil meluluh lantakkan White grup. Jack melaksanakan perintah sesuai yang Arnold inginkan. Kini perusahaan Gerald sudah berada di ujung tanduk karena perilaku buruknya pada orang lain. “Brengsek! Bagaimana bisa kerja sama dibatalkan?”Arnold duduk di sebuah kursi di sudut ruangan menunggu ekspresi Kevin dan Gerald keluar dari ruangan wakil direktur. Wajahnya seolah menunggu sebuah peristiwa yang cukup membuatnya penasaran. Perkiraan Arnold salah, mengira mereka akan lama berada di dalam ruangan wakil direktur, ternyata hanya beberapa detik saja mereka keluar dengan wajah yang pucat. “Hukuman untuk orang licik seperti kalian!” Arnold tertawa sambil menikmati coffee latte buatan salah satu Office Boy. Terlihat Gerald dan Kevin tengah bicara serius. Sepertinya membicarakan kerjasama yang telah dibatalkan. Gerald terlihat tidak bersemangat ditambah emosi yang meluap. “Bagaimana bisa, kerja sama diputus sepihak!” Gerald geram sekali setelah rencana yang selama ini direncanakan secara maksimal ternyata berakhir di tengah jalan. Niat hari ini memperpanjang kontrak ternyata gagal. “Bagaimana bisa secepat ini?” Kevin pun merasa ada yang janggal. Kevin duduk termenung di samping temannya yang frustasi. “Aku bisa dibunu
Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal. Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasu
Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"