“Ternyata saya menemukan anda, Tuan Muda! Kakek anda sudah lama mencari keberadaan anda! Tanda lahir itu, hanya keluarga Thompson yang memiliki. Dan anda adalah bayi yang sengaja dititipkan di panti asuhan demi menyelamatkan anda dari orang-orang jahat!” Ucap Jack sambil menatap wajah Arnold yang mulai kebingungan dengan penjelasannya. Benar saja, Arnold semakin tidak mengerti dengan penjelasan seseorang di sampingnya. Apalagi mengenai keluarganya yang selama ini tidak diketahui.
Selama ini yang dia tahu, dirinya dititipkan ke panti asuhan tanpa tahu keluarganya sampai saat ini hingga Nenek Claire bertemu dengannya dan berakhir menikahkan dengan salah satu cucunya. “Besok datanglah ke Emrand Group. Ayah dan Kakek anda menunggu kedatangan anda!” Jack berucap seraya membungkukkan badan seperti sedang berhadapan dengan orang besar. “Tidak, aku tidak mau! Dan aku bukan siapa-siapa dari seseorang yang anda maksud!” Arnold berdiri dan hanya ada rasa kecewa karena mendapat sebuah lelucon di saat dirinya tengah sendirian. “Tuan Arnold, saya adalah wakil direktur dari Tuan Thompson. Saya mengetahui semua tentang anda. Dan saya menyampaikan hal ini karena saya diperintahkan untuk memberitahu anda!” Ucap Jack seraya tetap berdiri mememperhatikan pewaris perusahaan terbesar dalam kebimbangan besar. “Aku tidak akan percaya. Pasti anda ingin menghibur saya setelah melihat kejadian di acara Kakek Klein, bukan?” Arnold menyangkal sebuah pernyataan dari Jack. Arnold tetap menganggap penjelasan Jack hanya sebuah gurauan belaka. “Datanglah besok ke Emrand Grup pukul sepuluh pagi. Nanti akan saya antarkan anda kepada Tuan Thompson! Jika tidak, maka saya akan mengantarkan Tuan Thompson menjemput anda di rumah si tua Klein!” Ucap Jack sebelum berlalu meninggalkan Arnold sendiri di halte seraya membungkukkan badan seolah lelaki yang lebih muda di depannya. Arnold diam sejenak, sesuatu yang besar tengah dialaminya. Ada rasa ragu namun juga penasaran akan ucapan yang disampaikan Jack. Arnold duduk termangu berusaha mencerna penjelasan dari Jack. Ingin percaya tetapi ada rasa hal itu tidaklah mungkin terjadi. “Apa aku harus mencobanya untuk datang ke perusahaan besar itu?” Arnold berbicara sendiri. “Baiklah, aku akan kesana dengan alasan mencari pekerjaan. Setidaknya tidak ada yang curiga dengan kedatanganku ke Emrand grup!” Arnold kembali meyakinkan dirinya. Tidak berapa lama, sebuah mobil milik istrinya sudah berada tidak jauh darinya. Kaca jendela dibuka dan melihat senyum Claire, tentu saja ini menjadi penyemangat untuknya. “Maafkan aku, membuatmu lama menunggu!” Ucap Claire sambil membuka pintu mobil untuk Arnold. “Tidak masalah, Claire. Ayo kita pulang!” Sahut Arnold seraya masuk ke dalam mobil. Kali ini Clare yang mengemudikan mobil sampai kediaman mereka. Pikiran Arnold masih melayang-layang soal sosok dirinya meski sudah berusaha membuang jauh pikiran naif. Sesampai di rumah, Arnold gegas ke kamar dan membuka lemari pribadinya. Dibukanya dokumen berisi ijazah kuliahnya dulu. “Kamu sedang apa, Arnold?” Claire melihat Arnold membuka dokumen kemudian menyalakan komputer milik Claire. “Aku sedang mencoba melamar sebuah pekerjaan! Ada lowongan dan sepertinya itu bagus untuk mencobanya.” Jawab Arnold. Wajah Claire seketika berubah. Kedua alisnya bertautan seolah tidak percaya dengan ucapan Arnold. “Apa kau yakin akan mendapatkan pekerjaan setelah seluruh pengusaha diundang dan menyaksikanmu dihina oleh Kakek?” Claire kembali membicarakan kejadian yang cukup menyakitkan. Arnold diam dan berpikir sejenak, Kakek Klein memang cukup berpengaruh kepada pengusaha lain. “Ah, tidak masalah! Akan aku coba, Claire!” Arnold meyakinkan Claire untuk tidak mengkhawatirkannya. Keesokan paginya, Arnold sudah berpakaian rapi bersiap menemui Jack seperti yang dikatakan kemarin. Tidak lupa dokumen yang akan dibawa untuk melamar pekerjaan sekalian di perusahaan tersebut. Arnold melajukan motor tuanya sesekali bersiul menandakan hatinya pagi ini. “Tuhan, semoga aku beruntung!” Harapan Arnold ketika dirinya kini berada di depan sebuah gedung yang cukup besar. Entah kenapa pandangan Arnold menjadi suram ketika melihat Kevin berdiri tidak jauh darinya. “Hei, Pengemis! Mau apa kamu kemari?” Ucap Kevin sambil berkacak pinggang dan meludah ke arah Arnold. “Pasti dia akan melamar pekerjaan!” Sahut Gerald dengan tawa yang mencemooh keberadaan Arnold. “Aku pastikan, kau akan diterima menjadi tukang sapu. Lagipula, apakah kau tidak lelah dengan banyaknya pekerjaan rumah. Padahal pekerjaan di rumah sudah cukup banyak!” Gerald yang berada di samping Kevin tidak luput melontarkan hinaan kepada Arnold. Arnold tetap diam dan menatap satu persatu wajah seseorang yang menghinanya. Arnold merasa jika akan ada perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya. “Sudah cukup menghina saya? Sekarang biarkan saya masuk!” Arnold tidak marah dan membiarkan mereka menghinanya. Arnold berlalu meninggalkan mereka berdua dan memasuki pintu masuk gedung yang dijaga tim keamanan yang cukup ketat. Arnold mendadak diam di depan tim keamanan, menunggu reaksi tim keamanan setelah kedatangannya. “Silahkan masuk, Tuan!” Arnold merasa aneh saat tim keamanan mempersilahkan masuk sambil membungkukkan badan seolah dirinya adalah tamu besar. “Pasti ini cara mereka menyambut tamu.” Arnold berpikir jika cara ini adalah hal yang lumrah. Ternyata tidak jauh dari Arnold, Jack telah berdiri menyambut kedatangannya. “Tuan, anda sudah ditunggu ayah dan kakek anda di ruangan!” Jack membungkuk seraya memberi salam kepada pewaris Emrand grup. Jack menghampiri Arnold yang masih kebingungan. Kedua matanya melihat sebuah lukisan besar bergambar bintang dan naga berwarna merah. Mirip seperti tanda lahir di pergelangan tangan kirinya. Kini dirinya berada di depan salah satu ruangan. Jack mengetuk pintu, setelah mendapat jawaban dari dalam, Jack membuka pintu. Dua lelaki berusia tidak muda lagi berdiri tegak di ruang tersebut. Seolah mereka berdua sedang menunggu seseorang yang sangat dinantikannya selama ini. Di salah satu sudut lain, Arnold melihat sebuah foto seorang wanita tengah menggendong bayi. Di tangan bayi terdapat sebuah tanda lahir yang sama dengan miliknya. “Arnold, anakku!” Melson Thompson melihat anak semata wayangnya yang telah lama dia tidak jumpai berdiri di depannya. Begitu pula dengan Thompson, Kakek dari Arnold yang hampir tidak percaya jika sang cucu sudah berada di depannya. Paras Melson bahkan terlihat sangat mirip dengan Arnold. “Apa kau tidak bercanda?” Arnold bertanya kembali, dia khawatir jika ini hanya lelucon yang dibuat orang dewasa untuknya. “Tidak, kau adalah anakku dan seorang pewaris tunggal Emrand grup!” Ucap Melson yang berjalan menghampiri Arnold dan memeluknya bagai ayah yang sangat merindukan putranya. “Ayah sudah mengatur semuanya termasuk mengatur kembalinya salah satu pewaris Emrand grup!” Bisik Melson, bahkan tangisnya hampir pecah. Hanya saja sebagai lelaki, prinsipnya tidak akan menangis di depan orang. Jack masuk ke ruangan menyaksikan kejadian pertemuan antara anak yang selama ini dititipkan di sebuah panti asuhan dan berakhir menjadi orang yang dihinakan oleh keluarga besar istrinya. “Selamat datang, Tuan Muda!” Jack kembali membungkuk seraya memberikan salam penghormatan kepada Arnold. “Jack. Bisa kau tunjukkan posisi cucuku di Emrand Grup?” Thompson meminta Jack memberi tahu posisi Arnold di Emrand Grup. “Baik, Tuan!” Ucap Jack. Jack sebagai asisten pribadi sekaligus Wakil Direktur membuka sebuah dokumen dan membacakan di depan Arnold. “Tuan Arnold. Mulai sekarang, anda adalah Direktur dari Emrand Grup menggantikan Tuan Melson sekaligus ayah anda!” Jack begitu lugas menjelaskan posisi Arnold saat ini. Arnold merasa ini hanya sebuah mimpi, dalam sekejap seorang pembantu menjadi miliarder. Bahkan menjadi orang terkaya mengingat Emrand grup mendominasi usaha di negeri ini. “Arnold. Ini hadiah untukmu!” Ucap Melson seraya mengeluarkan tiga kartu berwarna hitam diberikan kepada Arnold. Arnold memegang tiga kartu yang hanya dimiliki orang tertentu saja. Selama ini hanya beberapa lembar dollar pemberian dari Claire sebagai uang saku untuknya. “Kau bisa gunakan semaumu, Cucuku!” Ucap Thompson. “Maafkan aku, Ayah. Aku bisa menerima posisi ini namun tolong, sembunyikan identitasku! Aku tetap akan kembali ke keluarga Klein menjadi menantunya!” Ucap Arnold yang tidak ingin identitasnya diketahui seseorang akan posisinya sekarang. Melson awalnya tidak setuju, namun dengan alasan yang disampaikan Arnold, akhirnya Melson dan Thompson menyetujui permintaan Arnold. Asalkan Arnold tetap memimpin meski tidak harus selalu di tempat kerja. Usai dengan keperluannya di ruang Direktur, Arnold kembali menuju ke lokasi parkir. Tempat motor tuanya terparkir di sana. Motor tua hasil menabung menjadi saksi perjuangannya sejak masih remaja hingga menjadi miliarder rahasia. “Hei, pecundang! Sudah diterima menjadi tukang sapu disini?” Pekik Gerald yang melihat Arnold hendak berjalan keluar. Gerald berkacak pinggang ketika berhadapan dengan Arnold. “Hei, pria tidak berguna. Apakah kamu diterima menjadi cleaning service disini?” Kevin pun turut menghina Arnold yang baru saja keluar dari ruang Direktur. “Kalian boleh tertawa, tapi setelah ini kalian akan menangis!” Arnold memberi peringatan kepada sepupu dan temannya sebelum pergi. Arnold berlalu meninggalkan saudara sepupunya beserta teman Kevin. Arnold kemudian menghubungi Jack. “Jack, tujuan apa mereka kemari?” Tanya Arnold. melalui sambungan telepon. Arnold ingin tahu tujuan Gerald dari Light grup dan Kevin dari Shining grup. “Mereka selama ini menjalin kontrak dengan Emrand grup!” Sahut Jack di balik telepon genggam. “Batalkan kerjasama dengan mereka. Cari perusahaan yang lain! Aku tidak suka bekerja sama dengan orang yang arogan!” Arnold memberikan sebuah pelajaran kepada dua penerus perusahaan yang tidak pernah beretika baik. Ternyata perintah Arnold berhasil meluluh lantakkan White grup. Jack melaksanakan perintah sesuai yang Arnold inginkan. Kini perusahaan Gerald sudah berada di ujung tanduk karena perilaku buruknya pada orang lain. “Brengsek! Bagaimana bisa kerja sama dibatalkan?”Arnold duduk di sebuah kursi di sudut ruangan menunggu ekspresi Kevin dan Gerald keluar dari ruangan wakil direktur. Wajahnya seolah menunggu sebuah peristiwa yang cukup membuatnya penasaran. Perkiraan Arnold salah, mengira mereka akan lama berada di dalam ruangan wakil direktur, ternyata hanya beberapa detik saja mereka keluar dengan wajah yang pucat. “Hukuman untuk orang licik seperti kalian!” Arnold tertawa sambil menikmati coffee latte buatan salah satu Office Boy. Terlihat Gerald dan Kevin tengah bicara serius. Sepertinya membicarakan kerjasama yang telah dibatalkan. Gerald terlihat tidak bersemangat ditambah emosi yang meluap. “Bagaimana bisa, kerja sama diputus sepihak!” Gerald geram sekali setelah rencana yang selama ini direncanakan secara maksimal ternyata berakhir di tengah jalan. Niat hari ini memperpanjang kontrak ternyata gagal. “Bagaimana bisa secepat ini?” Kevin pun merasa ada yang janggal. Kevin duduk termenung di samping temannya yang frustasi. “Aku bisa dibunu
Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal. Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasu
Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa