Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania.
"Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang pekerjaannya sama dengannya. “Tidak masalah, Sebastian. Setidaknya aku masih bisa bersama istriku setiap hari!” ucap Arnold seraya menuangkan air ke dalam gelas. Sebastian, sosok asisten rumah tangga keluarga Klein yang bertugas menyiapkan makanan. Sebastian ditolong oleh Arnold hingga mendapat pekerjaan sebagai koki di kediaman keluarga Klein. “Tuan, sebaiknya fokus mengembangkan diri dan pergi dari sini untuk membuktikan jika kau akan sukses di luar sana!” ucap Sebastian seraya berharap Arnold mau menurutinya. “Tidak, Sebastian. Aku akan tetap disini menemani istriku!” Ucap Arnold seraya meyakinkan Sebastian dengan jawaban yang sama. “Tuan. Aku ada sedikit berita dari Tuan Kevin!” Ucap Sebastian seraya membisikkan sesuatu ke telinga Arnold. Arnold diam sejenak, dalam hatinya cukup terkejut mendengar berita cukup mencengangkan. Hanya saja Arnold tetap bersikap biasa meski ada sesuatu yang datang menghantamnya. Arnold menyempatkan waktu mengirim pesan pada Jack untuk mengawasi gerak gerik Antoni. “Tuan. Aku harap kau mengerti yang aku inginkan!” Ujar Sebastian seraya menatap Arnold. Arnold hanya mengangguk pelan kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. Acara sarapan dimulai, Arnold juga turut sarapan bersama di ruang makan bersama keluarga Klein tanpa terkecuali. “Arnold. Berdiri dan makanlah di dapur. Ruang makan ini akan terlihat menjijikkan jika ada kau disini!” Ucap Kakek Klein seraya menatap Arnold dengan tatapan tidak suka. “Aku juga malu sekali memiliki menantu sepertimu. Sungguh, kau sangatlah menjijikkan!” Pekik Vania dengan nada marah. Vania bahkan tidak pernah sudi memiliki menantu seperti Arnold. “Ya. Kau hanyalah pria tidak berguna di keluarga ini dan sebaiknya kau harus enyah dari rumah ini!” Ucap Kevin menambah rasa marah Arnold akan tetapi tetap ditahan. Arnold berdiri seraya membawa piring miliknya. Saat kaki melangkah menjauhi ruang makan, kaki kevin digunakan untuk membuat Arnold terjatuh. Rencana Kevin ternyata berhasil. Arnold terjatuh dengan makanan terurai di lantai. Tawa Kakek Klein pecah melihat Arnold terjatuh dengan makanan terurai di lantai. Bukan saja Kakek Klein yang tertawa, Vania pun tidak lepas menertawakannya. “Lihatlah dirimu, Arnold. Kau tidak lebih dari sampah yang berhamburan!” Ucap Vania seraya tertawa di atas penderitaan Arnold. Sebastian menggeleng pelan, dia sangat menyayangkan sikap orang tersohor itu pada Arnold. Keluarga Shining grup sangat dihormati dan pada kenyataannya sikapnya begitu buruk jika harus menghormati orang lain. “Pengemis! Kau pantas sekali seperti ini!” Ucap Kevin seraya tertawa penuh kemenangan. Arnold meraih piringnya yang terjatuh. Tiba-tiba Sebastian datang dengan membawa sapu untuk membersihkan tumpahan makanan di lantai. Kedua mata Sebastian menatap sikap aneh yang dimiliki keluarga terhormat. Semua berlagak seolah tidak terjadi apa-apa, kecuali Claire. Wajah Claire terlihat sangat muram. Claire hendak berdiri dan berhenti sarapan bersama mereka, akan tetapi suara Kakek Klein membuat Claire ragu. “Habiskan makananmu, Claire! Atau kau akan bernasib sama dengan suamimu yang tidak berguna itu!” Ucap Kakek Klein seraya memberi ancaman pada Claire. Bukan sampai disitu saja Kevin mengganggu Arnold. Bahkan setelah sarapan, diam-diam Kevin ke dapur dan menghamburkan beberapa rempah ke lantai. Hal ini tentu saja membuat Sebastian sangat kesal. Dapur yang semula sudah rapi dan bersih, kini kembali berantakan karena rempah-rempah yang dihamburkan Kevin. “Sebastian! Jangan pernah membersihkan kotoran yang aku buat. Biarkan pria tidak berguna itu yang membersihkannya. Anggap saja dia magang disini!” Ucap Kevin seraya tertawa keras di dapur. Arnold hanya diam memperhatikan sikap Kevin. Diraihnya ponsel miliknya dan menghubungi Jack. Arnold ingin memberi hukuman kecil kepada perusahaan Kakek Klein atas sikap yang dilakukan padanya. “Jack, aku harap kau menolak semua permohonan kerjasama yang diajukan Kevin! Dia bukanlah orang yang tepat!” Ucap Arnold seraya memberi penekanan pada Jack di seberang sana. Kevin dengan langkah yang begitu ringan segera memasuki gedung megah Emrand grup. Gedung milik perusahaan raksasa yang belum ada tandingannya. Dia menagih janji pada Antoni untuk melancarkan usaha keduanya. Perjanjian timbal balik menjadi sebuah rencana demi keberhasilan mereka berdua. Rencana disusun berdasarkan sebuah imbal baik yang seharusnya tidak dilakukan. “Sebentar lagi kau akan menjadi saudaraku, Antoni!” Gumam Kevin seraya melangkahkan kaki ke dalam gedung besar dan megah ini. Langkah Kevin menuju ke ruang Antoni, seperti rencana awal sebelum bertemu dengan Jack. Kevin mengetuk pintu ruangan Antoni dan masuk setelah mendengar suara Antoni mempersilakan dia masuk. Kevin merasa aneh ketika mendapati wajah Antoni begitu muram bahkan terlihat putus asa. “Ada apa denganmu, Antoni?” Kevin bertanya pada Antoni seraya duduk di kursi yang berhadapan dengannya. “Aku dipecat, Kevin. Rencanaku hancur karena Direktur baru itu! Entah darimana mereka tahu rencana kita!” Ucap Antoni seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hatinya begitu kecewa usai mendapat sebuah kabar buruk ketika baru masuk ke ruang kerja. Di depannya kini sudah terdapat sebuah box sebagai tempat beberapa barang pribadinya. “A-apa? Tahu darimana mereka?” Kevin terkejut mendengarnya. Kepalanya berkunang-kunang karena tanpa Antoni, permohonan kerjasama bisa batal. Hanya Antoni yang dijadikan Kevin sebagai jembatan untuk membantu Kakek Klein meraih kerjasama dengan Emrand grup. Benar saja, setelah Kevin mencoba untuk bertemu Jack, namun penolakan pada permohonan mereka pun terjadi. “Pergilah! Kami tidak butuh partner busuk sepertimu!” Ucap anak buah Jack seraya mendorong Kevin hingga mundur beberapa langkah ke belakang. “Tuan Jack. Saya harus jelaskan sebentar atas kesalahpahaman yang terjadi!” ucap Kevin seraya berdiri dan hendak menghampiri Jack yang berdiri di depannya. “Pergi atau kau akan habis disini!” Jack membentak Kevin yang terlihat mulai ketakutan. Kevin menyerah dan memilih pergi dari Emrand grup. Kevin kini duduk merenung di kursi yang berada di tepi kolam. Pikirannya berantakan, karena membayangkan kemarahan Kakek Klein jika dirinya gagal. “Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Kakek? Ditambah lagi Antoni sudah dipecat, dan permohonan ini juga ditolak!” Gumam Kevin seraya melempar batu-batu kecil di sekitar kolam. Kepalanya terasa berat karena semua gagal. Bahkan bertemu Jack saja kehadirannya sudah ditolak. Ponsel bergetar, pertanda sebuah panggilan. Kedua matanya melotot ketika mendapati nomor Kakeknya tengah menghubunginya. “Kakek, bagaimana jika dia marah?” Gumam Kevin seraya menatap ponselnya yang terus saja berdering. “Ha-halo, Kakek!” Ucap Kevin seraya memberanikan diri bersikap santai ketika mendapat panggilan dari Kakek Klein. “Dasar, manusia tidak berguna! Begini saja gagal!!” Suara Kakek Klein menggema di telinga Kevin. “Lalu, apa yang harus aku lakukan, Kakek? Antoni yang menjadi tombak kelancaran rencana kita ternyata sudah dipecat. Bahkan aku berusaha bertemu Jack saja ditolak!” Ucap Kevin. “Kamu memang hanya besar bicara! Seharusnya aku meminta Claire saja yang datang ke Emrand grup!” Ucap Kakek Klein. Perasaan Kevin mendadak hancur ketika dirinya harus digantikan oleh Claire. Sepupu bahkan menjadi saingan terberatnya bisa menjadi ancaman jika saja Claire berhasil mendapatkan kerjasama. “Tidak bisa! Claire tidak boleh mendapat posisi terbaik di Shining grup!”Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
"Kau memang anak tidak tahu diri. Harusnya kau menurut saja pada Kakekmu, Claire!" Pekik Vania usai menampar pipi Claire. Claire memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Vania. Arnold mencoba diam meski hati ingin membawa Claire pergi. "Claire. Kau bisa menuruti Kakekmu!" Ucap Arnold meski hati tidak rela. "Tidak, Arnold. Aku tidak akan bercerai darimu. Meski kita dijodohkan, tetapi aku nyaman bersamamu!" Pengakuan Claire kembali mengejutkan Vania hingga membuat kepalanya semakin pusing. Kevin dan Vivian tersenyum melihat drama di depannya. Semakin bagus jika Claire tidak bisa memenuhi syarat kedua untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur. "Sepertinya Claire memang tidak bisa memenuhi syarat kedua, Ayah. Sebaiknya kau putuskan saja siapa yang menempati jabatan direktur itu!" Ucap Vivian dengan gaya pongahnya menatap remeh ke arah Vania yang sedang kesal. "Karena Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka jabatan direktur akan diberikan kepada Kevin!" Kepu
Mendengar jawaban Kakek Klein, Vivian terlihat murung. Keinginannya ikut andil di Shining grup terancam gagal. Claire diam seraya fokus pada makanannya. Vania tersenyum kecil usai mendengar kenyataan bahwa Kevin tidak akan menjadi direktur. "Lalu, bagaimana nantinya, Kek? kau harus memenuhi janjimu jika aku tidak menjadi direktur!" Ucap Kevim seolah merengek kepada sang Kakek. Brakk Kakek Klein menggebrak meja karena kemarahannya akan sikap Kevin yang selalu memintanya untuk menuruti keinginannya. Vivian dan Vania bahkan terkejut dibuatnya. "Bisakah kau diam dan tidak membahas soal ini? Kalau kau mau, pergilah ke Emrand grup dan minta maaflah pada Tuan Jack!" Ucap Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Bertemu dan mengatakan sejujurnya pada Jack sama saja mencari mati. Kevin hanya pasrah akan apa yang terjadi, namun berbeda dengan Claire. Dia seolah senang atas kegagalan Kevin menjadi direktur yang seharusnya menjadi miliknya. "Terpaksa aku harus bertemu Tuan Jack dan me
Pria itu terlihat emosi ketika Arnold baru saja turun dari motor bututnya. Penampilannya seperti tidak mandi berhari-hari bahkan janggutnya terlihat memanjang tanpa perawatan sedikitpun. "Antoni, mau apa kau kemari?" Tanya Arnold seraya melepas helm yang melindungi kepalanya. "Tidak perlu kau tahu alasanku kemari. Yang jelas, kau tidak pantas untuk Claire!" Pekik Antoni. Dari kejauhan Jack dan beberapa anak buahnya memperhatikan lelaki yang dipecat dari Emrand grup karena keterlibatannya bersama Kevin. "Lalu, apa yang ingin kau sampaikan padaku?" Tanya Arnold membuat Antoni ingin mencekik leher Arnold. Kecantikan Claire membuat Antoni semakin terpesona. Dari kejauhan Jack meminta anak buahnya berjaga-jaga, khawatir terjadi sesuatu pada Arnold karena datangnya Antoni. Arnold memberi isyarat untuk membiarkan Antoni tetap berdiri di depannya dan membiarkan apapun yang akan diucapkannya. "Aku ingin kau bercerai dan memberikan Claire padaku!" Pekik Antoni. Arnold kembali dia
Jack meminta anak buahnya untuk membuka semua tentang Kevin. Track recordnya cukup memprihatinkan, seorang pria dari keluarga kaya tidak mencerminkan sikap yang cukup baik. Kedua mata Arnold tidak sengaja melihat seseorang membawa sebuah kotak biru kepada salah satu resepsionis secara diam-diam. Wajah resepsionis begitu bahagia usai menerima hadiah yang durasa cukup mewah. Padahal harganya tidak terlalu mewah, Arnold bisa membeli kapanpun dan harga berapapun yang dia inginkan. "Apakah aku juga harus seperti itu pada Claire?" Gumam Arnold ketika melihat resepsionis begitu bahagia. "Tapi, apa yang akan dikatakan Claire jika aku membeli hadiah mahal?" Gumam Arnold lagi. Jack memperhatikan Arnold yang tengah menatap pasangan bahagia tersebut. "Tuan, hari ini kita ada pertemuan penting dengan penerus Light grup yang baru. Dia adalah adik dari Gerald, lelaki yang kita hancurkan hidupnya karena telah menghina anda!" Ucap Jack seraya memberikan setelan jas berwarna biru. "Jika ad
Arnold menatap wanita itu dari atas ke bawah, seorang atasan begitu congkaknya melihat seorang pelanggan dari penampilan. Arnold melemparkan satu kartu berwarna hitam ke atas meja kasir dan membuat wanita sombong itu terperangah. Termasuk kasir yang terlihat gugup, tidak menyangka jika ada lelaki penampilan biasa namun memiliki kartu hitam yang hanya dimiliki beberapa orang kaya saja. "Si-siapa anda?" Ucap Wanita itu dengan wajah gugup. Terlihat ada sebuah kekhawatiran di wajahnya. "Kau tidak perlu tahu siapa aku, cukup kau berbuat baik saja pada semua pelangganmu!" Jawab Arnold seraya meminta salah seorang karyawan membungkus perhiasan yang dipilihnya. Wanita sombong itu masih tidak percaya dengan lelaki biasa pemilik kartu hitam tersebut dan menghubungi seseorang secara diam-diam. Tidak berapa lama Denise datang ke toko perhiasan miliknya. Arnold hendak keluar usai membayar "Anak kaleng, mencuri kartu dari siapa? Aku rasa itu bukan milikmu!" ucap Denise membuat langkah Arn
Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa