Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.
“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa. “Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold. Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah. “Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba. “Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald. “A-apa salah saya?” Tanya Gerald seraya hendak berdiri dari posisinya yang terjatuh. “Kamu sudah membuat pewaris kami terluka!” Ucap Jack dengan nada yang cukup menakutkan. Gerald kebingungan sehingga mengedarkan pandangan kedua matanya mencari pewaris yang dimaksudkan Jack. "Ti-tidak mungkin!" Ucap Gerald seraya menatap Arnold dari atas ke bawah. “Bawa dia!” Jack memerintahkan anak buahnya membawa Gerald. Arnold kembali berjalan melewati trotoar tanpa mempedulikan Gerald yang dibawa oleh Jack beserta anak buahnya. Arnold kini berada di sebuah rumah mewah. Rumah kediaman keluarga Klein, yang dikenal pengusaha kelas B. Itulah sebabnya demi menaikkan predikat perusahaan, Kakek Klein membuat rencana buruk dengan memanfaatkan Claire. “Masuklah, pecundang!” Ucap satpam yang berjaga di kediaman keluarga Klein seraya menatap sinis ke arah Arnold. Arnold memasuki rumah melalui pintu dapur seperti biasanya. Arnold tidak pernah diizinkan masuk ke rumah melalui pintu utama. Hanya diperbolehkan melalui pintu dapur. Salju turun cukup deras membuat jaket yang dikenakan Arnold sedikit basah. Terlihat salju mulai menebal di halaman belakang. Itu artinya, besok pagi tugas berat menantinya. Arnold menjerang air untuk menyeduh teh. Minum teh panas saat cuaca dingin bisa menghangatkan tubuh. “Pecundang, sibuk sekali di dapur!” Kevin mencibir Arnold. Kevin seakan tidak suka dengan keberadaan Arnold di kediaman Kakek Klein sehingga sangat suka sekali mengganggu Arnold. “Aku hanya membuat teh!” Ucap Arnold seraya menuangkan air panas ke sebuah cangkir yang sudah berisi teh kantong. “Ini adalah teh terakhir untukmu, mungkin sebentar lagi kau akan ditendang Kakek Klein dari rumah ini!” Ucap Kevin. Arnold tidak menghiraukan Kevin dan memilih duduk di depan perapian kecil yang berada di dapur. Cukup menyenangkan bisa menikmati teh panas dan duduk di depan perapian. Ponsel Arnold berdering, Jack memanggilnya saat ini. Arnold segera menerima panggilan dari Jack karena khawatir terjadi apa-apa disana. “Tuan Muda. Bisakah datang ke rumah sakit William Smith? Tuan Thompson sakit dan meminta anda datang!” Suara Jack terdengar parau di seberang sana saat memberikan kabar buruk tentang keluarganya. “Ba-baik, Jack. Aku akan segera kesana!” Diletakkannya kembali cangkir dan segera memakai jaket basah. Arnold berlari ke jalan utama kemudian menghentikan taksi yang akan membawanya ke rumah sakit. Perawat dan dokter yang menjumpai pewaris perusahaan raksasa memberi hormat kepada Arnold. Arnold kini berada di sebuah ruangan VVIP, tempat Tuan Thompson dirawat. “Kakek!” Ucap Arnold seraya menggenggam tangan Tuan Thompson yang terbaring lemah. “Arnold. Kau datang!” ucap Tuan Thompson seraya perlahan membuka kedua matanya. “Iya, aku datang, Kakek!” “Arnold. Jika nanti Kakek sudah tidak ada, kau harus meneruskan Emrand grup. Jack akan selalu mendampingimu!” Ucap Tuan Thompson. “Kau harus sehat, Kakek!” Ucap Arnold seraya meyakinkan tuan Thompson yang hampir putus asa. “Jack. Bilang pada dokter untuk mencari rumah sakit yang paling canggih. Kita akan bawa kakek segera!” Perintah Arnold kepada Jack beserta anak buahnya. Jack bekerja cepat, tidak butuh waktu lama, pemberangkatan Tuan Thompson sebentar lagi dilakukan. “Aku akan meminta Jack membawamu berobat ke rumah sakit yang lebih bagus!” Ucap Arnold seraya menggenggam tangan Tuan Thompson. Arnold meminta Jack mempersiapkan semuanya menuju ke luar negeri demi mendapatkan pengobatan yang lebih canggih lagi. Dokter menyarankan Tuan Thompson melakukan pengobatan di Singapura. Perjalanan menuju ke bandara cukup mulus. Dengan menggunakan pesawat pribadi, Jack membawa Tuan Thompson ke Singapura. Hanya Arnold yang tetap tinggal karena harus menjalankan perusahaan Tuan Thompson secara diam-diam. Arnold kembali ke kediaman Kakek Klein diantar sopir pribadi Tuan Thompson. Pikirannya benar-benar kacau karena keadaan Tuan Thompson. Arnold kembali memasuki kediaman Kakek Klein melalui pintu belakang. Malam begitu dingin dan melelahkan. Arnold membuka pintu kamar dan melihat Claire sudah terlelap dalam tidurnya. [Tuan, Tuan Thompson memintaku tetap berada di sini. Tuan Melson yang menggantikan saya menjaga Tuan Thompson] Sebuah pesan yang dikirimkan Jack untuk Arnold. Ada perasaan lega ketika Jack kembali ke kota ini dan kembali bertugas menggantikan peran dirinya di Emrand grup. Arnold gegas membersihkan diri menggunakan air hangat yang sudah tersedia di setiap kamar. Terasa nyaman ketika air hangat mulai mengguyur tubuhnya ketika cuaca sedang dingin seperti ini. “Claire. Kelak aku akan membawamu pergi dari keluarga ini. Keluargamu tidak cukup tulus menyayangi setiap anggota keluarga!” Ucap Arnold seraya menatap Claire yang tidur di ranjang. Sedangkan dirinya, tidur beralaskan kasur lantai. Baru saja Arnold memejamkan kedua matanya, alarm berbunyi. Itu tandanya dia harus segera bangun dari tidurnya dan kembali berkutat di dapur. Dengan kelopak mata yang menghitam ditambah tubuh yang lelah, Arnold berjalan menuju ke dapur untuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga Kakek Klein. “Arnold. Kau memang tidak berguna. Kenapa kamu tidak mencuci kaos kaki milikku?” pekik seorang wanita paruh baya. Dia adalah Vania, Ibu mertuanya melempar kaos kaki kotor ke wajah Arnold tanpa belas kasihan. Begitulah sikap Vania membuat Arnold muak. Terkadang bersikap baik di depan Claire namun lebih sering bersikap buruk di belakang Claire. “Maafkan aku, Ibu. Aku lupa mencucinya karena kemarin aku terlalu sibuk!” Ucap Arnold seraya meraih kaos kaki dan diletakkan di dalam keranjang. “Harusnya kamu tahu diri dan pergi meninggalkan rumah ini. Kamu tidak cocok tinggal disini! Seperti orang kaya saja kamu bilang sibuk!" Pekik Vania dengan kedua mata melotot ke arah Arnold. Seperti biasa, Arnold tidak lagi menanggapi ucapan Vania. Biar bagaimanapun, Vania adalah Ibu mertuanya dan harus dihormati. "Cepat bersihkan semuanya, setelah itu pergilah! Aku menyesal sudah menuruti permintaan Ibuku. Aku benar-benar gila melihat kalian menikah!" Ucap Vania seraya berkacak pinggang melihat Arnold memungut kaos kaki miliknya. Emosi Arnold hampir meledak karena Vania, namun dia masih bisa mengendalikan diri. "Jika aku kaya, apakah kau akan membiarkan Claire mendampingiku tanpa mengganggu kami lagi?"Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
"Kau memang anak tidak tahu diri. Harusnya kau menurut saja pada Kakekmu, Claire!" Pekik Vania usai menampar pipi Claire. Claire memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Vania. Arnold mencoba diam meski hati ingin membawa Claire pergi. "Claire. Kau bisa menuruti Kakekmu!" Ucap Arnold meski hati tidak rela. "Tidak, Arnold. Aku tidak akan bercerai darimu. Meski kita dijodohkan, tetapi aku nyaman bersamamu!" Pengakuan Claire kembali mengejutkan Vania hingga membuat kepalanya semakin pusing. Kevin dan Vivian tersenyum melihat drama di depannya. Semakin bagus jika Claire tidak bisa memenuhi syarat kedua untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur. "Sepertinya Claire memang tidak bisa memenuhi syarat kedua, Ayah. Sebaiknya kau putuskan saja siapa yang menempati jabatan direktur itu!" Ucap Vivian dengan gaya pongahnya menatap remeh ke arah Vania yang sedang kesal. "Karena Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka jabatan direktur akan diberikan kepada Kevin!" Kepu
Mendengar jawaban Kakek Klein, Vivian terlihat murung. Keinginannya ikut andil di Shining grup terancam gagal. Claire diam seraya fokus pada makanannya. Vania tersenyum kecil usai mendengar kenyataan bahwa Kevin tidak akan menjadi direktur. "Lalu, bagaimana nantinya, Kek? kau harus memenuhi janjimu jika aku tidak menjadi direktur!" Ucap Kevim seolah merengek kepada sang Kakek. Brakk Kakek Klein menggebrak meja karena kemarahannya akan sikap Kevin yang selalu memintanya untuk menuruti keinginannya. Vivian dan Vania bahkan terkejut dibuatnya. "Bisakah kau diam dan tidak membahas soal ini? Kalau kau mau, pergilah ke Emrand grup dan minta maaflah pada Tuan Jack!" Ucap Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Bertemu dan mengatakan sejujurnya pada Jack sama saja mencari mati. Kevin hanya pasrah akan apa yang terjadi, namun berbeda dengan Claire. Dia seolah senang atas kegagalan Kevin menjadi direktur yang seharusnya menjadi miliknya. "Terpaksa aku harus bertemu Tuan Jack dan me
Pria itu terlihat emosi ketika Arnold baru saja turun dari motor bututnya. Penampilannya seperti tidak mandi berhari-hari bahkan janggutnya terlihat memanjang tanpa perawatan sedikitpun. "Antoni, mau apa kau kemari?" Tanya Arnold seraya melepas helm yang melindungi kepalanya. "Tidak perlu kau tahu alasanku kemari. Yang jelas, kau tidak pantas untuk Claire!" Pekik Antoni. Dari kejauhan Jack dan beberapa anak buahnya memperhatikan lelaki yang dipecat dari Emrand grup karena keterlibatannya bersama Kevin. "Lalu, apa yang ingin kau sampaikan padaku?" Tanya Arnold membuat Antoni ingin mencekik leher Arnold. Kecantikan Claire membuat Antoni semakin terpesona. Dari kejauhan Jack meminta anak buahnya berjaga-jaga, khawatir terjadi sesuatu pada Arnold karena datangnya Antoni. Arnold memberi isyarat untuk membiarkan Antoni tetap berdiri di depannya dan membiarkan apapun yang akan diucapkannya. "Aku ingin kau bercerai dan memberikan Claire padaku!" Pekik Antoni. Arnold kembali dia
Jack meminta anak buahnya untuk membuka semua tentang Kevin. Track recordnya cukup memprihatinkan, seorang pria dari keluarga kaya tidak mencerminkan sikap yang cukup baik. Kedua mata Arnold tidak sengaja melihat seseorang membawa sebuah kotak biru kepada salah satu resepsionis secara diam-diam. Wajah resepsionis begitu bahagia usai menerima hadiah yang durasa cukup mewah. Padahal harganya tidak terlalu mewah, Arnold bisa membeli kapanpun dan harga berapapun yang dia inginkan. "Apakah aku juga harus seperti itu pada Claire?" Gumam Arnold ketika melihat resepsionis begitu bahagia. "Tapi, apa yang akan dikatakan Claire jika aku membeli hadiah mahal?" Gumam Arnold lagi. Jack memperhatikan Arnold yang tengah menatap pasangan bahagia tersebut. "Tuan, hari ini kita ada pertemuan penting dengan penerus Light grup yang baru. Dia adalah adik dari Gerald, lelaki yang kita hancurkan hidupnya karena telah menghina anda!" Ucap Jack seraya memberikan setelan jas berwarna biru. "Jika ad