Share

Bab 6.

Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.

“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.

“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.

Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.

“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.

“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.

“A-apa salah saya?” Tanya Gerald seraya hendak berdiri dari posisinya yang terjatuh.

“Kamu sudah membuat pewaris kami terluka!” Ucap Jack dengan nada yang cukup menakutkan. Gerald kebingungan sehingga mengedarkan pandangan kedua matanya mencari pewaris yang dimaksudkan Jack. 

"Ti-tidak mungkin!" Ucap Gerald seraya menatap Arnold dari atas ke bawah.

“Bawa dia!” Jack memerintahkan anak buahnya membawa Gerald. Arnold kembali berjalan melewati trotoar tanpa mempedulikan Gerald yang dibawa oleh Jack beserta anak buahnya.

Arnold kini berada di sebuah rumah mewah. Rumah kediaman keluarga Klein, yang dikenal pengusaha kelas B. Itulah sebabnya demi menaikkan predikat perusahaan, Kakek Klein membuat rencana buruk dengan memanfaatkan Claire.

“Masuklah, pecundang!” Ucap satpam yang berjaga di kediaman keluarga Klein seraya menatap sinis ke arah Arnold.

Arnold memasuki rumah melalui pintu dapur seperti biasanya. Arnold tidak pernah diizinkan masuk ke rumah melalui pintu utama. Hanya diperbolehkan melalui pintu dapur.

Salju turun cukup deras membuat jaket yang dikenakan Arnold sedikit basah. Terlihat salju mulai menebal di halaman belakang. Itu artinya, besok pagi tugas berat menantinya. Arnold menjerang air untuk menyeduh teh. Minum teh panas saat cuaca dingin bisa menghangatkan tubuh.

“Pecundang, sibuk sekali di dapur!” Kevin mencibir Arnold. 

Kevin seakan tidak suka dengan keberadaan Arnold di kediaman Kakek Klein sehingga sangat suka sekali mengganggu Arnold.

“Aku hanya membuat teh!” Ucap Arnold seraya menuangkan air panas ke sebuah cangkir yang sudah berisi teh kantong.

“Ini adalah teh terakhir untukmu, mungkin sebentar lagi kau akan ditendang Kakek Klein dari rumah ini!” Ucap Kevin. 

Arnold tidak menghiraukan Kevin dan memilih duduk di depan perapian kecil yang berada di dapur. Cukup menyenangkan bisa menikmati teh panas dan duduk di depan perapian.

Ponsel Arnold berdering, Jack memanggilnya saat ini. Arnold segera menerima panggilan dari Jack karena khawatir terjadi apa-apa disana.

“Tuan Muda. Bisakah datang ke rumah sakit William Smith? Tuan Thompson sakit dan meminta anda datang!” Suara Jack terdengar parau di seberang sana saat memberikan kabar buruk tentang keluarganya.

“Ba-baik, Jack. Aku akan segera kesana!” Diletakkannya kembali cangkir dan segera memakai jaket basah. 

Arnold berlari ke jalan utama kemudian menghentikan taksi yang akan membawanya ke rumah sakit.

Perawat dan dokter yang menjumpai pewaris perusahaan raksasa memberi hormat kepada Arnold. Arnold kini berada di sebuah ruangan VVIP, tempat Tuan Thompson dirawat.

“Kakek!” Ucap Arnold seraya menggenggam tangan Tuan Thompson yang terbaring lemah.

“Arnold. Kau datang!” ucap Tuan Thompson seraya perlahan membuka kedua matanya.

“Iya, aku datang, Kakek!” 

“Arnold. Jika nanti Kakek sudah tidak ada, kau harus meneruskan Emrand grup. Jack akan selalu mendampingimu!” Ucap Tuan Thompson.

“Kau harus sehat, Kakek!” Ucap Arnold seraya meyakinkan tuan Thompson yang hampir putus asa.

“Jack. Bilang pada dokter untuk mencari rumah sakit yang paling canggih. Kita akan bawa kakek segera!” Perintah Arnold kepada Jack beserta anak buahnya. 

Jack bekerja cepat, tidak butuh waktu lama, pemberangkatan Tuan Thompson sebentar lagi dilakukan.

“Aku akan meminta Jack membawamu berobat ke rumah sakit yang lebih bagus!” Ucap Arnold seraya menggenggam tangan Tuan Thompson.

Arnold meminta Jack mempersiapkan semuanya menuju ke luar negeri demi mendapatkan pengobatan yang lebih canggih lagi. Dokter menyarankan Tuan Thompson melakukan pengobatan di Singapura.

Perjalanan menuju ke bandara cukup mulus. Dengan menggunakan pesawat pribadi, Jack membawa Tuan Thompson ke Singapura. Hanya Arnold yang tetap tinggal karena harus menjalankan perusahaan Tuan Thompson secara diam-diam.

Arnold kembali ke kediaman Kakek Klein diantar sopir pribadi Tuan Thompson. Pikirannya benar-benar kacau karena keadaan Tuan Thompson.

Arnold kembali memasuki kediaman Kakek Klein melalui pintu belakang. Malam begitu dingin dan melelahkan. Arnold membuka pintu kamar dan melihat Claire sudah terlelap dalam tidurnya.

[Tuan, Tuan Thompson memintaku tetap berada di sini. Tuan Melson yang menggantikan saya menjaga Tuan Thompson] Sebuah pesan yang dikirimkan Jack untuk Arnold. Ada perasaan lega ketika Jack kembali ke kota ini dan kembali bertugas menggantikan peran dirinya di Emrand grup.

Arnold gegas membersihkan diri menggunakan air hangat yang sudah tersedia di setiap kamar. Terasa nyaman ketika air hangat mulai mengguyur tubuhnya ketika cuaca sedang dingin seperti ini.

“Claire. Kelak aku akan membawamu pergi dari keluarga ini. Keluargamu tidak cukup tulus menyayangi setiap anggota keluarga!” Ucap Arnold seraya menatap Claire yang tidur di ranjang. Sedangkan dirinya, tidur beralaskan kasur lantai. 

Baru saja Arnold memejamkan kedua matanya, alarm berbunyi. Itu tandanya dia harus segera bangun dari tidurnya dan kembali berkutat di dapur.

Dengan kelopak mata yang menghitam ditambah tubuh yang lelah, Arnold berjalan menuju ke dapur untuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga Kakek Klein.

“Arnold. Kau memang tidak berguna. Kenapa kamu tidak mencuci kaos kaki milikku?” pekik seorang wanita paruh baya. 

Dia adalah Vania, Ibu mertuanya melempar kaos kaki kotor ke wajah Arnold tanpa belas kasihan. Begitulah sikap Vania membuat Arnold muak. Terkadang bersikap baik di depan Claire namun lebih sering bersikap buruk di belakang Claire.

“Maafkan aku, Ibu. Aku lupa mencucinya karena kemarin aku terlalu sibuk!” Ucap Arnold seraya meraih kaos kaki dan diletakkan di dalam keranjang.

“Harusnya kamu tahu diri dan pergi meninggalkan rumah ini. Kamu tidak cocok tinggal disini! Seperti orang kaya saja kamu bilang sibuk!" Pekik Vania dengan kedua mata melotot ke arah Arnold.

Seperti biasa, Arnold tidak lagi menanggapi ucapan Vania. Biar bagaimanapun, Vania adalah Ibu mertuanya dan harus dihormati.

"Cepat bersihkan semuanya, setelah itu pergilah! Aku menyesal sudah menuruti permintaan Ibuku. Aku benar-benar gila melihat kalian menikah!" Ucap Vania seraya berkacak pinggang melihat Arnold memungut kaos kaki miliknya. Emosi Arnold hampir meledak karena Vania, namun dia masih bisa mengendalikan diri.

"Jika aku kaya, apakah kau akan membiarkan Claire mendampingiku tanpa mengganggu kami lagi?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status