Arnold menatap wanita itu dari atas ke bawah, seorang atasan begitu congkaknya melihat seorang pelanggan dari penampilan. Arnold melemparkan satu kartu berwarna hitam ke atas meja kasir dan membuat wanita sombong itu terperangah. Termasuk kasir yang terlihat gugup, tidak menyangka jika ada lelaki penampilan biasa namun memiliki kartu hitam yang hanya dimiliki beberapa orang kaya saja. "Si-siapa anda?" Ucap Wanita itu dengan wajah gugup. Terlihat ada sebuah kekhawatiran di wajahnya. "Kau tidak perlu tahu siapa aku, cukup kau berbuat baik saja pada semua pelangganmu!" Jawab Arnold seraya meminta salah seorang karyawan membungkus perhiasan yang dipilihnya. Wanita sombong itu masih tidak percaya dengan lelaki biasa pemilik kartu hitam tersebut dan menghubungi seseorang secara diam-diam. Tidak berapa lama Denise datang ke toko perhiasan miliknya. Arnold hendak keluar usai membayar "Anak kaleng, mencuri kartu dari siapa? Aku rasa itu bukan milikmu!" ucap Denise membuat langkah Arn
Arnold tidak merespon panggilan Denise dan terus melajukan motornya. Dari kaca motir terlihat Denise tengah mengumpat seraya menendang ban mobilnya. Arnold tersenyum simpul dan kembali fokus pada laju motornya. Denis mengumpat dan tidak berselang lama terlihat anggota kepolisian datang. Denise menjadi topik utama dalam pemberitaan hari ini. Arnold bersiul seraya berharap hari baiknya hari ini berjalan lancar. Mengingat hari ini adalah pengangkatan Claire menjadi Direktur di Shining grup. Arnold melajukan motornya hingga sampai ke sebuah toko bunga. Toko bunga yang cukup dikenal meski sekarang sedang sepi. Kedua mata Arnold melihat buket bunga mawar berwarna putih. "Dasar bocah! Lama sekali kau tidak kemari!" umpat wanita paruh baya, sebut saja namanya Merci. Wanita yang sangat dekat dengan Arnold sejak usianya masih kecil. "Hai, Merci. Aku menyukai bunga itu. Bisakah kau memberikannya padaku? Aku ingin memberi kejutan pada istriku!" Ucap Arnold seraya mencium aroma bunga mawa
Baru juga mau memanggil Claire, ternyata sudah ada yang memanggilnya terlebih dulu. Dia adalah Albert, lelaki yang sejak tadi bicara dengan Kevin dan membawa bunga yang sama dengannya. "Disini saja, Kau. Biarkan dia bersama orang yang sepadan!" Ucap Vania seraya menarik lengan baju Arnold. "Baiklah, aku akan disini dan membiarkan Claire menghampirku!" ucap Arnold. Ucapan Arnold tentu saja membuat Vania kesal karena merasa terlaku percaya diri. Arnold mengendalikan suasana hati yang mulai tidak nyaman ketika berkali-kali Claire hendak menghampiri Arnold malah diajak bicara serius dengan Albert. "Albert lebih cocok untuk Claire, dia pria idaman wanita!" ucap Vania seraya tertawa kecil di samping Arnold. "Tapi tetap saja, hati Claire sudah penuh dengan namaku!" ucap Arnold membuat Vania cemberut. Lagi-lagi dibuat kesal oleh jawaban Arnold. Terlihat Jack sedang berbicara dengan Kakek Klein, biasa jadi ada perbincangan penting diantara keduanya. Arnold memastikan Jack untuk me
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa