Beban berat yang kutanggung setelah Ayah menitipkan Ibu dan kedua adikku padaku, rupanya sudah mereka salah artikan. Semua ketahuan dan terlihat wajah aslinya ketika aku sakit. Baca novel kesekian saya di app ini. Happy reading ...!
View MoreBab 35"Tentu saja tentang pertanyaanku waktu itu. Kurasa sepertinya sudah cukup waktu yang kuberikan padamu. Sasty, jadi gimana jawabannya. Aku nungguin kamu selama 8 bulan ini dengan harap-harap cemas, lho." Ibas terus mendesak jawaban atas permintaannya waktu itu. Sesekali dia melirik, namun selebihnya berpandangan ke depan mengingat jalanan sore ini sedikit macet dan Ibas harus tetap mengemudi dengan aman."Apa harus aku jawab sekarang, ya?" Ibas terkekeh sambil menyentuh ujung jilbabku."Kalau nggak sekarang, kapan lagi? Masa' aku harus menunggu sampai 2 atau 3 tahun lagi. Bisa keburu putih rambutku," ujarnya setengah bercanda. "Kita cari tempat yang enak buat ngobrol," kata Ibas lagi.Aku mengalihkan pandangan pada jalanan yang dilewati oleh kendaraan ini, kemudian mobil terus melewati jalan-jalan yang dikelilingi gunung dan lembah, sebelum akhirnya kendaraan itu membawa kami menepi.Ibas memarkirkan mobil di tepi jalan, lalu mengajakku turun kemudian berjalan menyusuri panta
Bab 34"Dari mana kamu? Kenapa sampai sore begini baru pulang?!" Mia langsung menatap suaminya dengan tatapan nyalang dan penuh rasa curiga. Wanita yang pura-pura hamil demi untuk dinikahi Dika itu, selalu saja cemburuan dan curiga manakala suaminya berada di luar rumah."Apa kau tidak lihat keadaanku?" tanya Dika sambil memperlihatkan keadaan dirinya; yang selain lusuh terdapat bercak darah di bagian perut dan juga pergelangan tangannya."Apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan intonasi suara sedikit melembut. Sejak awal mereka menikah, keduanya tidak pernah akur, terlebih setelah borok Mia ketahuan oleh Dika."Seseorang masuk rumah sakit tepat di depan mataku. Dan aku merasa bertanggung jawab hingga mengantarnya ke sana dan menunggunya hingga beberapa jam. Apa jawabanku ini cukup puas untuk membuatmu tenang?!" ujar Dika lagi sambil melepas jaket dan kaos, yang kemudian melemparnya ke keranjang cucian dan masuk ke dalam kamar mandi.Sedikit percaya dengan ucapan Dika, tapi wanit
Bab 33"Kalian benar-benar keterlaluan!" hardik Dika sambil membopong Isma dan menyetop mobil yang lewat. Dia melempar kunci motor miliknya berharap Dion agar ikut menyusul.Seseorang turun dari kendaraan hitam dan terkejut saat Dika meminta bantuan."Ada apa ini?" tanyanya melihat wanita hamil itu sudah bersimbah darah."Tolong antar kami ke rumah sakit," jawab Dika dengan panik. Pria itu kemudian segera membukakan pintu mobil agar Dika dan wanita tersebut bisa masuk. Tak lama kemudian, kendaraan hitam itu segera melaju membelah jalanan kota menuju ke rumah sakit."Bagaimana ini, Dion? Dia pendarahan dan sudah pasti keguguran," ujar Erna dengan cemas sambil menatap mobil yang perlahan menjauh. "Tenang aja, Bu. Aku yakin Isma nggak akan apa-apa," jawab Dion padahal hatinya tak kalah cemas.Pria itu bukan mencemaskan Isma, tapi takut andaikan Raka dan keluarganya kembali menyerang dirinya, dan mungkin saja kali ini membuat nyawanya melayang setelah menyakiti adiknya."Ya udah, cepat k
Bab 32"Oh, Bapak sudah tahu rupanya. Syukurlah, jadi saya tidak perlu repot-repot menjelaskannya lagi pada bapak," balasku setelah memaksa lepas dari pelukannya."Kenapa kau lakukan hal ini padaku, Sasty? Kau sengaja ingin menghindariku, menghindari keluargamu dan keluargaku?" Bertubi-tubi Ibas bertanya yang kutanggapi dengan santai."Jangan salah paham, Pak Ibas. Banyak hal yang sudah saya pikirkan matang-matang dan inilah pilihan saya," jawabku berharap dia mengerti dan menghargai keputusanku untuk pergi."Dengar, Sasty, aku sudah menjelaskan kalau kita sebaiknya menikah saja. Urusan mereka, aku akan turut bertanggung jawab sepenuhnya. Uang yang kuhasilkan lebih dari cukup, hingga kamu tidak perlu menanggungnya sendirian." Panjang lebar Ibas berkata, tapi sama sekali tidak membuatku iba atau terharu."Terima kasih, aku menghargai niat baik Bapak. Tapi itu bukan solusi untuk semuanya. Bapak harus tahu, memang sudah saatnya aku meninggalkan mereka. Lagi pula aku butuh suasana yang b
Bab 31"Kenapa kau datang kemari dengan membawa para preman ini? Dasar perempuan kepa rat, tega-teganya kau membuat Pakde terluka!!" Dion balik menyerangku dengan kata-katanya. Namun aku tidak gentar. Para debt kolektor yang kuajak mendatangi rumah Ibu, menjadi tameng untukku."Kenapa memangnya, bukankah seharusnya kau juga turut membantu ibumu untuk melunasi hutangnya? Lalu kenapa kau malah menyerahkan semuanya padaku, dasar pria tidak berguna!!' ucapku kesal.Apa dia lupa, wanita yang disebutnya keparat ini adalah orang yang didatanginya kemarin pagi, saat hendak memberondong masuk ke dalam rumahku."Kau benar, Mbak. Adikmu yang tidak berguna ini malah memanfaatkanku juga!!" sambar Isma tanpa kuminta. Entah apa maksudnya itu, aku tak tahu. "Sudah, sudah, tidak usah diperpanjang. Sebaiknya sekarang cari solusi. Terutama Anda Pak Harun dan Bu Erna. Lunasi semua hutang-hutangnya, agar kami tidak perlu mendatangi kalian dengan cara kekerasan seperti ini." Pria berjaket kulit yang ber
Bab 30"Ok, jika itu keputusanmu, kebetulan kantor cabang di daerah Surabaya tengah membutuhkan manajer lapangan yang cekatan dan disiplin sepertimu. Ini masih berupa tawaran, jika kamu setuju, dua hari dari sekarang kamu bisa mulai bekerja di sana." Bu Sonia menjelaskan lebih lanjut. "Ya ampun, Bu, serius?" Aku tersenyum dengan mata berkaca-kaca saat kulihat Bu Sonia mengangguk yakin."Tentu saja, Sasty. Masa' untuk berita sebesar ini saya bohong. Tapi ingat, masa percobaannya dua minggu. Kamu bisa survey dulu ke sana, jika dalam dua minggu itu kamu tidak betah dan merasa jika di sana tidak seperti yang kamu pikirkan, maka kamu masih bisa kembali lagi ke kantor pusat," ujarnya lagi. Aku cukup senang dengan tawaran dari Bu Sonia dan menanggapinya dengan antusias.Yes, setelah memikirkan berkali-kali akhirnya benar-benar keputusan ini yang akan kutempuh sekarang. Aku butuh tempat dan kehidupan yang baru untuk memulai segalanya dari awal.Bismillah ….Pembicaraan dengan Bu Sonia tadi s
Bab 29Segera kubereskan berkas-berkas yang bertumpuk di atas meja, kebetulan jam kerja baru saja usai. Seharian ini tidak ada yang mengganggu. Ponsel kunonaktifkan agar tidak ada telepon nyasar yang meminta sedekah dari para benalu. Pun tadi siang aku sengaja tidak pergi ke kantin, setelah sekalian memesan makanan online dengan yang lain.Kalau dihitung dengan jari, pertemuan Ibu dengan dua pria di resto waktu itu, maka hari ini jatuh tempo di mana Ibu harus membayar sebagian besar utangnya. Makanya ponselku aman karena mati.Kuhembuskan nafas sambil meregangkan otot-ototku yang terasa kaku. Di depan pintu, Dika sudah menunggu dengan senyum menghias di bibirnya."Yuk, pergi sekarang," ajaknya sambil berjalan bersisian denganku."Ke mana kita sore ini?" Aku bertanya sambil menyampirkan tas ke bahu. "Nyari tempat nongki. Udah lama kita nggak pergi bersama.""Baiklah sesekali kurasa nggak apa-apa. Semoga nggak ada orang yang motret terus laporin ke istrimu."Dika mengangkat bahu cue
Bab 28"Mau apa kamu kemari?" sergahku. Saat Dion ingin masuk ke dalam rumah, segera kutahan badannya dan mendorongnya dengan kasar. Pria itu hampir terjengkang ke belakang dengan wajah yang memerah, setelah mendapat perlakuan kasar dariku.Biar dia tahu siapa sekarang kakaknya ini. Wanita bodoh yang berubah menjadi kasar akibat perlakuan mereka sebelumnya. "Kenapa Kakak kasar padaku? Awas, aku mau masuk!" Dion tidak menggubris pandanganku yang semakin menajam badannya."Siapa yang menyuruhmu masuk ke rumahku? Pergi kalau tidak ingin kuteriaki maling!" Dion mendecih sinis. Dia melihat penampilanku dari atas hingga ke bawah. Lalu senyum merendahkan tersungging di bibirnya. Senyum yang sama saat dia berhasil mengambil uang tunjangan ketika aku sakit."Mentang- mentang sudah keluar dari rumah, sepertinya banyak sekali orang yang mempengaruhi Kakak hingga melepaskan tanggung jawab dari Ibu dan kami berdua." Dion mendecih. Apa? Aku ingin terbahak mendengar perkataannya."Tanggung j
Bab 27"Anda jangan khawatir, urusan hutang piutang keluarga saya itu bukan urusan Anda maupun urusan Ibas. Lagipula saya tidak tertarik untuk mengambil hati putra Anda. Sebaiknya Anda cari tahu lebih dulu tentang hubungan kami yang tidak lebih dari sekedar atasan dan bawahan! Permisi!"Aku berbalik setelah puas mematahkan argumen wanita itu. Tak memperdulikan meskipun wanita itu menggeram marah. Segera kubanting pintu dan keluar dari rumah mewah yang penghuninya sangat sombong dan dingin itu."Sas, Sasty! Tunggu!" Ibas menarik tanganku hingga aku terpaksa berbalik menatapnya marah."Kenapa Anda membawa saya ke sini hanya untuk dipermalukan, hah? Apakah Anda juga berpikir kalau saya ingin menjerat Anda dan menjadikanmu sebagai suamiku, lalu setelahnya saya akan menjadikan Anda mesin ATM untuk membayar hutang-hutang Ibu saya?! Jika iya, Anda keliru Pak Ibas! Saya tidak membutuhkan Anda. Bahkan saya tidak ingin menjalin hubungan lebih serius dari sekedar atasan dan bawahan!! Camka
Bab 1"Sinta, ayo bangun!" Aku mengetuk pintu kamar adikku yang perempuan. Tapi hingga berkali-kali, gadis itu tidak kunjung juga membuka pintunya. Penasaran, aku membuka pintu kamarnya kemudian menyibak gorden. Kulihat Sinta masih terlelap di bawah selimut tebal."Sinta, bangun dulu. Cepat mandi, sholat dan sarapan. Kamu bisa terlambat kuliah nanti," ujarku sambil mengguncang bahunya.Gadis itu hanya menggeliat dan mengangguk pelan."Iya Kak, bentar lagi. Udah sana keluar, ganggu aja," jawabnya masih dengan mata terpejam. "Ya udah, awas kalau telat nyalahin kakak." Aku segera keluar dari kamarnya sambil memunguti baju kotor yang tercecer.Tak langsung ke dapur, aku memilih mengetuk pintu kamar adik pertamaku. Keadaan Dion tidak jauh berbeda dengan Sinta. Pria bujangan super pemalas itu lebih bebal lagi. Kamarnya bau asap rokok dan bau segala macam aroma menusuk hidung. Dion tampak terlelap dan ngorok. Selimutnya entah ada dimana. Dia tidur hanya mengenakan boxer saja. Dasar an
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments