Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal.
Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasuk membela Arnold. “Baiklah. Jika Kakek memberikan kompensasi untukmu sebagai ganti rugi menceraikan pria tidak berguna itu bagaimana? Kakek rasa hidupmu cukup mengenaskan memiliki suami yang tidak berguna!” Kakek Klein kembali membujuk Claire untuk meninggalkan Arnold dengan cara yang cukup licik. Menggunakan uang sebagai ganti rugi ketika Claire mau bercerai dengan Arnold. “Terimalah, Claire! Kompensasi dari Kakek tidaklah sedikit. Kamu bisa bersenang-senang tanpa perlu bekerja dengan uang itu! Kau bahkan bisa menarik pria yang lebih baik dari suamimu yang tidak berguna itu!” Kevin membantu Kakek Klein menghasut Claire supaya rencana berjalan lancar. “Maafkan aku, Kakek. Aku tidak bisa melakukannya. Arnold memang pria kurang beruntung, tetapi dia bukanlah pria bodoh seperti yang Kakek ucapkan!” Ucap Claire. Pembelaan Claire pada Arnold merubah suasana hati Kakek Klein menjadi sangat kesal termasuk suasa hati Kevin. Bahkan senyuman Kakek Klein seketika sirna setelah penolakan yang Claire ungkapkan. “Claire. Apa yang bisa kau dapatkan dari pria bodoh itu?” Kevin tidak luput memberikan pertanyaan yang tentu saja tidak bisa dijawab oleh Claire. Bagi Claire, Arnold adalah pria kurang beruntung dan selalu ingin berusaha menjadi lebih baik. “Kevin. Kau tidak berhak atas hidupku dan Arnold! Apapun yang aku dapatkan darinya itu menjadi rahasia kami. Kenapa kau ingin sekali memisahkan kami hanya karena nasib yang berbeda?” Ucapan Claire sontak membuat Kevin menutup mulutnya. Perkiraan mengenai sepupunya ternyata salah. Iming-iming kompensasi yang cukup menggiurkan ternyata gagal. Terpaksa Kakek Klein mencari rencana lain supaya Claire mau menuruti permintaannya untuk bercerai dengan Arnold. Claire keluar dari ruangan Kakek Klein dengan perasaan gelisah. Baru kali ini Kakek Klein bersikeras memintanya bercerai dari Arnold. "Aku tidak akan bercerai, apapun resikonya. Dia pria yang baik dan tidak pantas diceraikan!" Gumam Claire seraya berjalan ke tempat kerjanya. Suasana di ruangan Kakek Klein terlihat lebih seram dari sebelumnya, ditambah wajah Kakek Klein yang murka. Kevin tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menunggu Kakek Klein mengatakan sesuatu. “Kevin!” Suara Kakek Klein kembali memecah keheningan usai mendapat penolakan Claire. “Iya, Kakek!” “Terserah apapun cara yang akan kau lakukan untuk memisahkan mereka berdua. Aku ingin pria bodoh itu segera keluar dari daftar keluarga Klein!” Perintah dari Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Dalam waktu dekat, Kevin harus membuat rencana yang cukup matang supaya bisa memisahkan Claire dan Arnold. “Aku ingin Claire menikah dengan salah satu pewaris Emrand demi berjayanya perusahaan. Tidak masalah meski Claire nantinya hanya menjadi simpanan. Yang jelas, ini semua demi kebaikan bersama!” Kakek Klein melanjutkan keinginannya yang harus segera dikabulkan. Keputusan Kakek Klein sudah bulat dan Kevin harus segera melakukan rencana demi Kakek Klein. Kevin berjalan pelan menuju ke ruang kerjanya. Kepala terasa mau pecah ketika mendapati keputusan Kakeknya begitu berat ditambah sikap Claire yang keras kepala. “Bagaimana jika aku menghubungi Antoni? Dia mantan pacar Claire. Jika aku membuat Arnold cemburu dengan sosok Antoni, aku pastikan dia akan menceraikan Claire!” Ucap Kevin. "Ya. Jika Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka akan aku buat Arnold yang menceraikan Claire!" Ucap Kevin dengan senyum licik tersungging di bibirnya. Sebuah ide licik akhirnya muncul. Kevin berencana menggunakan mantan Claire supaya hubungan pernikahannya kandas. Tanpa berpikir panjang, Kevin segera menghubungi Antoni yang saat ini sedang menjabat sebagai wakil direktur di Royal Grup yang dikenal memiliki kerjasama paling lama dengan Emrand grup. Bagi Kevin ini tidak masalah mencari batu loncatan sementara, asalkan nanti berakhir menjadikan Claire seorang istri direktur perusahaan terbesar di Emrand Grup. “Hallo, Antoni. Apa kabarmu?”Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
"Kau memang anak tidak tahu diri. Harusnya kau menurut saja pada Kakekmu, Claire!" Pekik Vania usai menampar pipi Claire. Claire memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Vania. Arnold mencoba diam meski hati ingin membawa Claire pergi. "Claire. Kau bisa menuruti Kakekmu!" Ucap Arnold meski hati tidak rela. "Tidak, Arnold. Aku tidak akan bercerai darimu. Meski kita dijodohkan, tetapi aku nyaman bersamamu!" Pengakuan Claire kembali mengejutkan Vania hingga membuat kepalanya semakin pusing. Kevin dan Vivian tersenyum melihat drama di depannya. Semakin bagus jika Claire tidak bisa memenuhi syarat kedua untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur. "Sepertinya Claire memang tidak bisa memenuhi syarat kedua, Ayah. Sebaiknya kau putuskan saja siapa yang menempati jabatan direktur itu!" Ucap Vivian dengan gaya pongahnya menatap remeh ke arah Vania yang sedang kesal. "Karena Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka jabatan direktur akan diberikan kepada Kevin!" Kepu
Mendengar jawaban Kakek Klein, Vivian terlihat murung. Keinginannya ikut andil di Shining grup terancam gagal. Claire diam seraya fokus pada makanannya. Vania tersenyum kecil usai mendengar kenyataan bahwa Kevin tidak akan menjadi direktur. "Lalu, bagaimana nantinya, Kek? kau harus memenuhi janjimu jika aku tidak menjadi direktur!" Ucap Kevim seolah merengek kepada sang Kakek. Brakk Kakek Klein menggebrak meja karena kemarahannya akan sikap Kevin yang selalu memintanya untuk menuruti keinginannya. Vivian dan Vania bahkan terkejut dibuatnya. "Bisakah kau diam dan tidak membahas soal ini? Kalau kau mau, pergilah ke Emrand grup dan minta maaflah pada Tuan Jack!" Ucap Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Bertemu dan mengatakan sejujurnya pada Jack sama saja mencari mati. Kevin hanya pasrah akan apa yang terjadi, namun berbeda dengan Claire. Dia seolah senang atas kegagalan Kevin menjadi direktur yang seharusnya menjadi miliknya. "Terpaksa aku harus bertemu Tuan Jack dan me