Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal.
Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasuk membela Arnold. “Baiklah. Jika Kakek memberikan kompensasi untukmu sebagai ganti rugi menceraikan pria tidak berguna itu bagaimana? Kakek rasa hidupmu cukup mengenaskan memiliki suami yang tidak berguna!” Kakek Klein kembali membujuk Claire untuk meninggalkan Arnold dengan cara yang cukup licik. Menggunakan uang sebagai ganti rugi ketika Claire mau bercerai dengan Arnold. “Terimalah, Claire! Kompensasi dari Kakek tidaklah sedikit. Kamu bisa bersenang-senang tanpa perlu bekerja dengan uang itu! Kau bahkan bisa menarik pria yang lebih baik dari suamimu yang tidak berguna itu!” Kevin membantu Kakek Klein menghasut Claire supaya rencana berjalan lancar. “Maafkan aku, Kakek. Aku tidak bisa melakukannya. Arnold memang pria kurang beruntung, tetapi dia bukanlah pria bodoh seperti yang Kakek ucapkan!” Ucap Claire. Pembelaan Claire pada Arnold merubah suasana hati Kakek Klein menjadi sangat kesal termasuk suasa hati Kevin. Bahkan senyuman Kakek Klein seketika sirna setelah penolakan yang Claire ungkapkan. “Claire. Apa yang bisa kau dapatkan dari pria bodoh itu?” Kevin tidak luput memberikan pertanyaan yang tentu saja tidak bisa dijawab oleh Claire. Bagi Claire, Arnold adalah pria kurang beruntung dan selalu ingin berusaha menjadi lebih baik. “Kevin. Kau tidak berhak atas hidupku dan Arnold! Apapun yang aku dapatkan darinya itu menjadi rahasia kami. Kenapa kau ingin sekali memisahkan kami hanya karena nasib yang berbeda?” Ucapan Claire sontak membuat Kevin menutup mulutnya. Perkiraan mengenai sepupunya ternyata salah. Iming-iming kompensasi yang cukup menggiurkan ternyata gagal. Terpaksa Kakek Klein mencari rencana lain supaya Claire mau menuruti permintaannya untuk bercerai dengan Arnold. Claire keluar dari ruangan Kakek Klein dengan perasaan gelisah. Baru kali ini Kakek Klein bersikeras memintanya bercerai dari Arnold. "Aku tidak akan bercerai, apapun resikonya. Dia pria yang baik dan tidak pantas diceraikan!" Gumam Claire seraya berjalan ke tempat kerjanya. Suasana di ruangan Kakek Klein terlihat lebih seram dari sebelumnya, ditambah wajah Kakek Klein yang murka. Kevin tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menunggu Kakek Klein mengatakan sesuatu. “Kevin!” Suara Kakek Klein kembali memecah keheningan usai mendapat penolakan Claire. “Iya, Kakek!” “Terserah apapun cara yang akan kau lakukan untuk memisahkan mereka berdua. Aku ingin pria bodoh itu segera keluar dari daftar keluarga Klein!” Perintah dari Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Dalam waktu dekat, Kevin harus membuat rencana yang cukup matang supaya bisa memisahkan Claire dan Arnold. “Aku ingin Claire menikah dengan salah satu pewaris Emrand demi berjayanya perusahaan. Tidak masalah meski Claire nantinya hanya menjadi simpanan. Yang jelas, ini semua demi kebaikan bersama!” Kakek Klein melanjutkan keinginannya yang harus segera dikabulkan. Keputusan Kakek Klein sudah bulat dan Kevin harus segera melakukan rencana demi Kakek Klein. Kevin berjalan pelan menuju ke ruang kerjanya. Kepala terasa mau pecah ketika mendapati keputusan Kakeknya begitu berat ditambah sikap Claire yang keras kepala. “Bagaimana jika aku menghubungi Antoni? Dia mantan pacar Claire. Jika aku membuat Arnold cemburu dengan sosok Antoni, aku pastikan dia akan menceraikan Claire!” Ucap Kevin. "Ya. Jika Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka akan aku buat Arnold yang menceraikan Claire!" Ucap Kevin dengan senyum licik tersungging di bibirnya. Sebuah ide licik akhirnya muncul. Kevin berencana menggunakan mantan Claire supaya hubungan pernikahannya kandas. Tanpa berpikir panjang, Kevin segera menghubungi Antoni yang saat ini sedang menjabat sebagai wakil direktur di Royal Grup yang dikenal memiliki kerjasama paling lama dengan Emrand grup. Bagi Kevin ini tidak masalah mencari batu loncatan sementara, asalkan nanti berakhir menjadikan Claire seorang istri direktur perusahaan terbesar di Emrand Grup. “Hallo, Antoni. Apa kabarmu?”Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
"Kau memang anak tidak tahu diri. Harusnya kau menurut saja pada Kakekmu, Claire!" Pekik Vania usai menampar pipi Claire. Claire memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Vania. Arnold mencoba diam meski hati ingin membawa Claire pergi. "Claire. Kau bisa menuruti Kakekmu!" Ucap Arnold meski hati tidak rela. "Tidak, Arnold. Aku tidak akan bercerai darimu. Meski kita dijodohkan, tetapi aku nyaman bersamamu!" Pengakuan Claire kembali mengejutkan Vania hingga membuat kepalanya semakin pusing. Kevin dan Vivian tersenyum melihat drama di depannya. Semakin bagus jika Claire tidak bisa memenuhi syarat kedua untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur. "Sepertinya Claire memang tidak bisa memenuhi syarat kedua, Ayah. Sebaiknya kau putuskan saja siapa yang menempati jabatan direktur itu!" Ucap Vivian dengan gaya pongahnya menatap remeh ke arah Vania yang sedang kesal. "Karena Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka jabatan direktur akan diberikan kepada Kevin!" Kepu
Mendengar jawaban Kakek Klein, Vivian terlihat murung. Keinginannya ikut andil di Shining grup terancam gagal. Claire diam seraya fokus pada makanannya. Vania tersenyum kecil usai mendengar kenyataan bahwa Kevin tidak akan menjadi direktur. "Lalu, bagaimana nantinya, Kek? kau harus memenuhi janjimu jika aku tidak menjadi direktur!" Ucap Kevim seolah merengek kepada sang Kakek. Brakk Kakek Klein menggebrak meja karena kemarahannya akan sikap Kevin yang selalu memintanya untuk menuruti keinginannya. Vivian dan Vania bahkan terkejut dibuatnya. "Bisakah kau diam dan tidak membahas soal ini? Kalau kau mau, pergilah ke Emrand grup dan minta maaflah pada Tuan Jack!" Ucap Kakek Klein membuat nyali Kevin menciut. Bertemu dan mengatakan sejujurnya pada Jack sama saja mencari mati. Kevin hanya pasrah akan apa yang terjadi, namun berbeda dengan Claire. Dia seolah senang atas kegagalan Kevin menjadi direktur yang seharusnya menjadi miliknya. "Terpaksa aku harus bertemu Tuan Jack dan me
Kakek Klein terlihat berjalan kesana kemari sambil menunggu kabar dari Kevin. Kevin tidak serius akam perintah Kakek Klein, melainkan hanya berpura-pura mencari tahu alamat alex berada. "Aku tidak bisa melacaknya, Kek. Lagipula, biarkan saja mereka berdua pergi! Aku disini untuk mendedikasikan hidupku padamu!" Ucap Kevin sambil melirik ke arah Vivian. Ibu dan anak terlihat saling melempar senyum karena rencana sudah berhasil. "Baiklah, urus semua sampai kontrak berakhir. Aku tidak ingin mengecewakan Emrand grup untuk yang pertama kalinya!" Ucap Kakek Klein seraya menunjuk ke arah Kevin. Kakek Klein berlalu meninggakkan ruang kerjanya, kini tinggalah Kevin dan juga Vivian. "Kau hebat, Kevin! Shining grup akan menjadi milikmu!" Ucap Vivian seolah memberi selamat atas keberhasilan Kevin menjadi direktur Shining grup. Kevin membuka dokumen dan mulai mempelajari semua kontrak antara Shining grup dan Emrand grup. Betapa terkejutnya, ketika dirinya sama sekali tidak memahami perja
Kedua mata Claiee seakan tidak percaya dengan seseorang yang menyapanya di pesawat. Ingin rasanya tertawa, kesal bahkan ingin ungkapkan rasa rindu tiga hari tanpa kabar. "Arnold, bagaimana bisa kau ada disini?" Tanya Claire seakan hampir tidak percaya. Arnold duduk tepat di kursi sebelah Claire. Meski pendingin udara menyala cukup dingin, namun keringat membanjiri tubuh Claire. Arnold meraih saputangan dari jas yang dikenakan kemudian mengusap keringat Claire. Bibir mereka perlahan tersenyum, andai tidak berada di tempat umum, ingin rasanya Claire memeluk Arnold. "Kenapa berkeringat, Claire? Apa kau sakit?" Tanya Arnold. "Kau jahat padaku, Arnold. Aku membencimu!" Ucap Claire dengan wajah cemberut seraya melipat kedua tangannya di dada. "Kau selalu membuatku gemas, Claire. Aku sama sekali tidak nyaman harus berjauhan denganmu!" Ucapan Arnold sukses membuat hati Claire meleleh. Perlahan Arnold mengungkap isi hati meski belum sepenuhnya. Di kursi seberang, Alex hanya tersenyum me
Claire diam seraya mengamati pemilik tubuh yang dikenali dari belakang. Claire terpaksa menghentikan langkahnya dan membiarkan Jack melanjutkan urusannya dengan wanita tersebut. "Maafkan saya, Tuan. Ampuni saya!" Terdengar gadis itu meminta ampun pada Jack. Gadis itu terlihat mengerikan dengan pakaiannya yang seksi namun seolah sudah dirobek. Jack hanya diam dan tetap membiarkan gadis itu merengek minta ampunan. Karena sebuah janji yang diucapkan gadis itu akhirnya Jack memaafkannya. Tidak berapa lama gadis itu pun berhenti berlutut kemudian berbalik. Nyaris saja jantung Claire keluar dari tempatnya ketika melihat wajah Denise babak belur. Claire diam dan mengalihkan pandangannya sejenak dari Denise. "Apa yang diperbuat olehnya?" Gumam Claire. Denise pergi dengan kepala menunduk, tidak seperti biasanya saat masih menjadi tuan putri di keluarga besar Light grup. Kesombongan Denise telah musnah karena keangkuhannya. Claire menatap punggung Denise semakin menjauh dan menghilang di
Kiriman buket bunga yang datang membuat Claire heran. Sebuah nama pengirim terselip, namun ketika Claire membukanya, wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. "Dari Albert. Sebaiknya aku letakkan saja di sudut sana!" Ucap Claire seraya membawa buket bunga tersebut ke salah satu sudut ruangan yang tidak akan dijamahnya. Bunga itu teronggok sia-sia di sudut ruang kerja tanpa ada yang mau menjamah. Ceklek Pintu dibuka dari luar tanpa ijin pada pemilik ruangan. Ternyata Kakek Klein datang dengan wajahnya yang datar. "Claire. Berkatmu, semua berjalan lancar!!" Ucap Kakek Klein tanpa ekspresi sedikitpun. "Kakek, terima kasih sudah mempercayakan Emrand grup padaku!" Ucap Claire tanpa ada senyum di bibirnya. Claire paham jika sang kakek tidak pernah tulus padanya. "Kakek akan memperpanjang jabatanmu tanpa halangan apapun meski kau melakukan kesalahan." Ucap Kakek Klein seraya memasukkan tangan kanannya di saku celana. "Apa maksud Kakek?" Tanya Claire seraya menautkan kesua ali
Claire menengok kepada pemilik suara tersebut. Ternyata Jack berada tidak jauh darinya seraya membungkuk memberikan salam. Tentu saja sikap Jack membuat Claire terkejut apalagi Clairr merasa jabatannya tidak ada apa-apanya dibanding Jack. "Oh begitu, Tuan! Maafkan saya, saya akan pergi kalau begitu!" Ucap Claire dengan raut wajah kecewa yang disembunyikan di balik senyumnya. "Tidak apa, Nona. Apakah Nona Claire baik-baik saja?" Tanya Jack memastikan isi hati Claire. "Ada sedikit kecewa, Tuan. Mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu besar pada Arnold. Ini bukan salah Arnold jadi jangan pernah pecat dia!" Ucap Claire dengan kepala menunduk. Kedua matanya menatap bekal untuk Arnold yang berada di tangannya. Kedua mata Jack memperhatikan sesuatu yang dibawa Claire. Jack merasa Claire akan memberikan sesuatu pada Arnold. "Apakah itu untuk Tuan Arnold?" Tanya Jack pada Claire. "Tu-tuan Arnold?" Claire mengulangi pertanyaan Jack yang menyebut Arnold dengan sebutan Tuan. "Oh,
Kedua mata Arnold membulat sempurna ketika mendapat sebuah panggilan dari Jack. Arnold seketika berdiri seraya meraih jaket tebal hadiah dari Claire. Ditatapnya Claire tengah tertidur dengan pulas dan dirinya saat ini harus segera memenuhi panggilan Jack. Arnold menulis sebuah pesan dan meletakkannya di meja rias Claire. Arnold berjalan tergesa-gesa supaya sampai di pintu belakang. Jack menyambut kedatangan Arnold ketika sudah sampai di tepi jalan. "Tuan, kita ke singapura sekarang!" Ucap Jack seraya membuka pintu mobil untuk Arnold. Tidak ada yang bisa Arnold ucapkan selain mengikuti ucapan Jack. Ke Singapura mendadak sama saja terjadi hal buruk pada sang Kakek. Selama perjalanan menuju bandara, tidak hentinya Jack melantunkan doa untuk semua keluarganya suoaya diberikan kesehatan dan umur panjang. Tidak berapa lama mobil hitam yang membawa Arnold dan Jack sudah sampai di bandara. Gegas Arnold bersama anak buahnya menuju ke sebuah ruang pribadi yang terdapat boarding pass yang me
Hampir saja batu yang dibawa lelaki itu mengenai kepala Arnold. Dengan sigap, Arnold menangkis dan mendorong pria itu hingga terjatuh. Arnold menghampiri pria tersebut kemudian membuak topeng penutupnya. Tidak disangka, lelaki yang cukup lama tidak dia jumpai ternyata berada di depannya dengan kondisi memprihatinkan. "Gerald!" Gumam Arnold seraya menautkan kedua alisnya. Gerald mendorong Arnold hingga mundur beberapa langkah ke belakang. Gerald tengah berada dalam luapan emosi yang cukup besar. "Aku akan membunuhmu, Pecundang! Kau penipu!" Teriakan Gerald menggema di tempat pemakaman yang cukup sepi. Gerald kembali menyerang Arnold namun dengan mudahnya Arnold menghalau semua serangan Gerald. Dari kejauhan, Jack menatap dua orang lelaki tengah bertarung. Arnold yang mengetahui keberadaan Jack, segera memberi isyarat untuk tetap diam tanpa membantunya. Gerald tersungkur, kepalanya membentur batu nisan hingga darah mengalir. Nafas Gerald tersengal-sengal seraya menatap ke arah
Kedua mata Claire membulat sempurna ketika seseorang sedang menghampirinya. Kevin kini tengah berdiri seraya berkacak pinggang menatap kesal pada Arnold. "Apa maksudmu, Kevin? Aku sedang bersama suamiku dan kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu!" Ucap Claire dengan wajah dingin. Kevin tidak kehabisan akal, dia mencari cara untuk mengajaknya pulang ke rumah dan menjalankan sebuah rencana. Kedua mata Kevin menatap lekat sebuah kalung berlian yang melingkar di leher jenjang Claire. Kevin tidak menyangka jika Claire bisa memiliki kalung indah yang menjadi impian Vivian. "Kalung itu, darimana kau mendapatkannya?" Pertanyaan Kevin membuat bibir Claire sedikit terangkat. Ada perasaan bahagia ketika mendapati sepupunya itu merasa isi dengannya. "Ini hadiah dari Arnold!" Jawaban yang membuat bibir Kevin menganga seolah tidak percaya dengan jawaban Claire. Kevin menatap Arnold yang sedang tersenyum kecil ke arahnya. "Tidak mungkin. Kalung yang kau pakai pasti palsu!" Pekik Kevin
Suara tembakan mengejutkan Arnold dan Claire yang sedang menikmati es krim. Arnold dan Claire menengok ke kanan dan ke kini memastikan tidak ada kejadian buruk di sekitarnya. "Seperti suara tembakan, Arnold!" Ucap Claire. "Aku juga berpikir begitu, hanya saja tidak ada apapun di sekitar kita, Claire. Ayo cepat habiskan es krimnya!" ucap Arnold meminta Claire segera menghabiskan makanannya. Claire mengangguk kemudian kembali menikmati es krim di tangannya. "Aku bahagia hari ini, Arnold. Akhirnya Kakek mau memberikan jabatan Direktur padaku!" Ucap Claire. Senyum Claire membuat hati Arnold berbunga-bunga saat ini. "Ya. Akhirnya Kakek mau menepati janjinya padamu setelah membuat sebuah kesalahan fatal!" Ucap Arnold. "Ya, Kakek sudah berubah!" Gumaman Claire terdengar jelas di telinga Arnold. Claire masuk pada perangkap kakeknya sendiri. Menjadi seorang direktur yang nantinya harus mengerjakan semua yang dibutuhkan. "Aku yakin, kau pasti bisa membawa shining grup menjadi perusa