Arnold duduk di sebuah kursi di sudut ruangan menunggu ekspresi Kevin dan Gerald keluar dari ruangan wakil direktur. Wajahnya seolah menunggu sebuah peristiwa yang cukup membuatnya penasaran. Perkiraan Arnold salah, mengira mereka akan lama berada di dalam ruangan wakil direktur, ternyata hanya beberapa detik saja mereka keluar dengan wajah yang pucat.
“Hukuman untuk orang licik seperti kalian!” Arnold tertawa sambil menikmati coffee latte buatan salah satu Office Boy. Terlihat Gerald dan Kevin tengah bicara serius. Sepertinya membicarakan kerjasama yang telah dibatalkan. Gerald terlihat tidak bersemangat ditambah emosi yang meluap. “Bagaimana bisa, kerja sama diputus sepihak!” Gerald geram sekali setelah rencana yang selama ini direncanakan secara maksimal ternyata berakhir di tengah jalan. Niat hari ini memperpanjang kontrak ternyata gagal. “Bagaimana bisa secepat ini?” Kevin pun merasa ada yang janggal. Kevin duduk termenung di samping temannya yang frustasi. “Aku bisa dibunuh ayahku jika tahu berakhir seperti ini!” Gumam Gerald yang sudah membayangkan kemarahan ayahnya. Yang ditakutkan Gerald adalah ayahnya yang sudah mempercayakan perusahaan kepadanya. Jika perusahaan mengalami kegagalan, itu karena dirinya. Keduanya memasuki lift yang akan membawa mereka turun ke lantai dasar. Sedangkan Arnold, turun menggunakan lift khusus. Ting Arnold keluar dari lift khusus dan melenggang dengan santai. Dua pasang mata bahkan terkejut melihat Arnold keluar dari lift khusus keluarga pemilik Emrand grup. “Kenapa pecundang memakai lift keluarga Emrand?” Gerald menghentikan langkahnya sejenak usai melihat Arnold menggunakan lift khusus. “Mungkin dia sedang bersihkan lift khusus. Jadi wajar saja, Gerald!” Kevin tetap menganggap Arnold tukang sapu. Padahal semua perusahaan di negeri ini dalam kendalinya. Drrt Tangan Gerald bergetar hebat mana kala sang ayah menghubunginya. Pasti akan kena marah besar. “Hallo, ayah,” Sahut Gerald dengan sangat takut. “Apa yang kau lakukan pada salah satu pewaris Emrand grup?” Teriak Ayah Gerald. Wajah Gerald seketika pucat mendengar suara keras dari sang ayah. “Ma-maksud ayah apa?” Gerald sendiri bingung dengan yang dibicarakan sang ayah. Diedarkannya pandangan ke penjuru ruangan, namun hanya ada Arnold yang sedang berjalan keluar dari lift. “Tidak mungkin jika yang dipikirkan ayah adalah pecundang itu. Dia hanyalah seonggok manusia tidak berguna!” Gumam Gerald dalam hati saat melihat sosok Arnold. “Gerald! Cepat pulang dan selesaikan semua!” Terdengar sekali suara bentakan dari sang ayah melalui ponselnya hingga Gerald mengusap telinga karena teriakan dari ayahnya. Gerald terlihat pucat dengan wajah tegang usai sang ayah menghubunginya. Tentu saja soal pembatalan kontrak dengan Emrand grup akan menjadi masalah besar di perusahaan Light Grup. “Kevin, kamu temanku. Bisakah kamu membantuku?” Gerald meminta bantuan pada Kevin. Kevin menautkan kedua alisnya terkejut dengan permintaan bantuan dari Gerald. “Perusahaanmu lebih besar dari milik Kakek Klein. Mana bisa aku membantumu? Yang ada nyaliku sudah menciut usai melihatmu dibentak dan mendapat hadiah pembatalan kontrak!” Jawab Kevin yang tidak bisa membantu banyak pada sahabatnya ini. Lebih tepatnya sahabat luarnya saja namun lain di hati. Keluarga kaya tidak akan percaya pada rekannya meski posisinya sama dengannya. “Apakah kita bertemu orang lain selain pecundang itu, Kevin? Seingatku aku hanya bertemu pecundang itu!” Gerald menautkan alisnya, mengingat pertemuannya pagi ini. Hari ini mereka hanya bertemu dengan Arnold dan rekan kerja lainnya namun yang dia singgung hanya Arnold bukan yang lain. “Entahlah. Anggap saja ini cobaan perusahaanmu!” Begitu mudahnya Kevin mengucapkan hal itu pada Gerald. Keduanya pun berpisah dan kembali pada mobil milik mereka masing-masing. Gerald menatap Arnold yang tengah asik bicara dengan satpam. “Tentu saja bukan dia direkturnya!” Gerald memastikan sosok Arnold tidak lebih dari tukang sapu meski hatinya mengatakan jika Arnold adalah pewaris Emrand grup. Hari ini adalah kehancuran bagi perusahaan keluarga Light Grup. Dalam setengah hari, setengah dari kekayaannya menurun drastis dan tetap berlanjut karena banyak investor yang menarik kerjasamanya karena putus kontrak dengan Emrand Grup. Dalam sekejap saja, Light group jatuh miskin. Hutang menumpuk di bank dan belum bisa terbayar. Tim kepolisian bahkan menggeledah semua berkas Light group termasuk menahan pemilik Light group. Gerald hanya menatap sang ayah dibawa menggunakan mobil polisi. Sirine meraung-raung memecah keramaian jalanan kota. Kevin tidak terkejut setelah melihat siaran televisi di kamarnya saat ayah dari sahabatnya mendapat musibah yang cukup besar. Drrt Tangan Kevin bergetar ketika Kakek Klein menghubunginya. Harusnya dia kembali ke Shining grup akan tetapi malah bersantai di rumah setelah dari Emrand grup. “Bisa mati aku jika Kakek tahu aku sedang di rumah!” Kevin mulai ketakutan karena pasti akan mendapat kemarahan dari Kakek Klein. Diraihnya ponsel miliknya dan menerima panggilan dari Kakek Klein. “Halo, Kakek!” Sahut Kevin dengan ragu-ragu. “Dasar Brengsek! Dimana kau sekarang! Cepat ke ruang kerja atau jika tidak, akan aku tembak kepalamu!” Suara Kakek Klein terdengar sangat keras memekakkan telinga. Kevin gegas melajukan mobilnya menuju ke Shinning grup. Pikirannya mulai kacau karena harus bersiap menerima kemarahan Kakek Klein. “Pengajuan kerjasama gagal dan sekarang, aku harus menerima hukuman. Aku tidak boleh gagal!” Gumam Kevin saat akan memasuki ruangan Kakek Klein. Pintu terbuka dari dalam, tatapan Kakek Klein terlihat muram saat berhadapan dengan salah satu cucunya. “Masuklah!” Ucap Kakek Klein. Kevin masuk dan duduk tepat berhadapan dengan Kakek Klein. “Bagaimana pengajuannya?” Mendengar pertanyaan dari Kakek Klein membuat mulut Kevin begitu berat untuk berucap. “Maafkan saya, Kakek. Aku gagal! Pengajuan kita ditolak!” Kevin menjawab singkat sambil menunduk. Kemarahan Kakek Klein seketika meledak dan menendang kursi Kevin hingga terjatuh. Kevin beranjak bangun namun sebuah pukulan mendarat di rahangnya. “Dasar bodoh! Begini saja tidak bisa! Gunakan otakmu untuk merayu mereka!” Perintah Kakek Klein pada Kevin. Kakek Klein benar-benar marah sehingga dengan tega menghajar Kevin hingga babak belur. Luka memar memenuhi wajah Kevin. “Kakek tidak mau tahu! Besok datanglah kembali ke Emrand grup. Rayu pemiliknya supaya mau bekerja sama dengan Shinning grup! Emrand grup akan membawa keberhasilan untuk Shining grup jika pengajuan kerjasama diterima!” Suara Kakek Klein begitu keras di ruang kerja. Bahkan memekakkan telinga Arnold. “Bagaimana jika kita gunakan Claire untuk membantuku merayu pemiliknya, Kakek? Claire dijodohkan dengan Arnold, pasti Claire tidak menyukainya. Kita manfaatkan saja Claire untuk merayu dan menjadi simpanan pemilik Emrand grup!” Sebuah rencana licik diucapkan Kevin termasuk memanfaatkan Claire demi berjalannya kerjasama. Kakek Klein diam sejenak, mencerna rencana Kevin yang baru saja didengar. Kakek Klein menautkan kedua alisnya seraya mengusap jambang di dagunya. “Sepertinya itu ide yang bagus. Panggilkan Claire sekarang juga! Kakek akan memberikannya tugas baru!”Ponsel Claire berdering, panggilan dari Kakek Klein saat dirinya tengah mengerjakan pengajuan ke perusahaan lain sebagai bentuk langkah kedua jika pengajuan di Emrand grup gagal. Claire yang diminta datang ke ruang Kakek Klein, segera menghentikan pekerjaannya sejenak. Terdengar suara ketukan dari luar dan Kevin segera mempersilakan Claire masuk. “Ada apa Kakek memanggilku?” Tanya Claire. Panggilan mendadak ini jarang terjadi selain ada sesuatu yang mendesak. “Claire. Kakek ingin tanya padamu!” Ucapan Kakek Klein terdengar cukup serius. “Silakan, Kek!” “Apakah kau mencintai si bodoh itu?” Pertanyaan dari Kakek Klein membuat Claire tidak bisa menjawab. Meski belum ada rasa cinta namun untuk meninggalkan atau bahkan menjauhi Arnold, dia tidak akan bisa. Hatinya belum bisa berpaling meski rasa cinta belum tumbuh untuk Arnold. “Dia suamiku, bukan orang yang bodoh, Kakek!” Jawaban Claire tentu saja menyinggung perasaan Kakek Klein. Kakek Klein membenci orang yang menentangnya termasu
Ternyata Kevin berhasil menghubungi Antoni. Dan yang paling mencengangkan, Antoni mengatakan jika masih berharap cinta Claire. Keduanya bahkan berencana bertemu di sebuah cafe untuk membahas Claire. Sepulang dari rutinitas pekerjaannya, Antoni dan Kevin kini bertemu di sebuah Cafe yang sudah mereka berdua tentukan. Cafe Olivier menjadi tempat tujuan mereka berdua. “Antoni. Apa kau tahu jika Claire menikah namun tidak saling mencintai?” Kevin menyampaikan informasi mengenai kabar pernikahan Claire. Antoni mengusap dagu seraya seraya berkata “Aku masih mencintai Claire, bisakah kau membantuku?” Pertanyaan Antoni menjadi angin segar bagi Kevin. Kevin sudah menduga jika rencana busuknya akan berhasil dengan memanfaatkan Antoni. “Oh, tentu saja! Aku pasti membantumu bersatu dengan Claire. Aku sendiri tidak rela jika sepupuku jatuh kepada pria tidak berguna!” Ucap Kevin. Kevin begitu bangga karena mendapati Antoni masih berharap cinta Claire. Sepasang mata kebetulan memperhatikan Kevin
Gerald memanfaatkan waktu untuk mengganggu Arnold sekedar mencari hiburan untuknya. Hampir saja Arnold terjatuh ketika seorang lelaki memakai jaket hitam menjulurkan kakinya yang panjang hingga membuat Arnold hampir terjatuh.“Hey, Pecundang! Masih ingat aku?” Gerald begitu percaya diri di depan Arnold seolah sedang membusungkan dada. Arnold menautkan kedua alisnya ketika melihat kondisi Gerald. Wajahnya menunjukkan jika sedang frustasi namun disembunyikan di balik tawa.“Kenapa kamu disini? Bukankah kau harus menemani ayahmu di penjara?” Pertanyaan Arnold membuat Gerald marah. Kedua tangannya mengepal kuat karena ingin sekali menghajar Arnold.Gerald tiba-tiba terjatuh karena sebuah pukulan keras dari seseorang hingga membuat bibirnya berdarah.“Tu-tuan Jack. Se-sedang apa anda disini?” Ucap Gerald yang mulai ketakutan dengan munculnya Jack di depannya dengan tiba-tiba.“Memberi pelajaran pada pecundang sepertimu!” Ucap Jack seraya menunjuk wajah Gerald.“A-apa salah saya?” Tanya Ger
Vania terdiam kemudian tertawa seolah Arnold hanya sedang membuat lelucon. Vania menganggap Arnold tengah berhalusinasi ingin menjadi orang kaya. Hal yang mustahil bagi Vania."Jangan pernah bermimpi menjadi orang kaya. Itu hanya mimpi yang tidak akan terjadi!" Ucap Vania seraya mengibas-kibaskan tangannya. Arnold kembali melakukan pekerjaannya, Meski pekerjaan sudah dikerjakan oleh Arnold, Vania tidak hentinya mengoceh serta menghina menantunya. “Harusnya kau pergi dengan perasaan malu, Arnold. Kau hanyalah pria pengangguran!” Pekik Vania seraya menatap nyalang kepada Arnold lalu pergi meninggalkan area belakang. Usai mencuci kaos kaki milik Ibu mertuanya, kini Arnold harus kembali membantu Sebastian menyiapkan sarapan untuk semua keluarga Klein. “Harusnya kau mencari pekerjaan lain yang lebih baik, Tuan. Aku kasihan padamu, setiap hari harus berkutat di dapur dan setelah itu kau harus pergi bekerja sebagai tukang sapu!” Ucap Sebastian seraya memperhatikan salah satu menantu yang
Kevin bergumam sendiri akan sikap waspada jika sampai Claire berhasil mendapatkan kontrak dan menjadi anak kesayangan Kakek Klein. Acara makan malam, semua keluarga berkumpul kecuali Arnold. Seperti biasa, Arnold berkutat dengan pekerjaan di dapur namun bisa mendengarkan perbincangan keluarga di meja makan. “Claire. Kakek memberikan kesempatan kepadamu untuk mengajukan kerjasama dan mendapatkan dana sebesar tiga puluh milyar dollar di Emrand grup! Jika kau berhasil dapat, maka kau akan aku jadikan CEO di Shining grup.” Ucap Kakek Klein ketika makan malam hampir selesai. Kevin diam seraya melirik sinis ke arah Claire. Jabatan yang sangat diinginkannya di Shining grup terancam tidak bisa dimiliki. Kekhawatiran Kevin mulai terlihat karena sejak tadi tangannya tidak bisa berhenti bergerak. Claire merasa ada angin segar ketika sang kakek meminta bantuannya kali ini. Sebelum-sebelumnya, Claire hanya dianggap sebagai cucu yang bekerja di bagian paling rendah di Shining grup. Bahkan j
Arnold mundur beberapa langkah demi menghindari kejadian tidak terduga. Karena sudah dirasa aman, Arnold meraih ponselnya dan meminta Jack untuk mengerahkan anak buahnya menjaga keamanan Claire diam-diam. Tidak trpikirkan oleh Arnold jika ada keluarga yang begitu tega pada keponakannya sendiri, bahkan bersiap membuatnya celaka. "Jack, jangan lupa kau cari tahu tentang Vivian. Dia adalah menantu Kakek Klein. Dia cukup berbahaya!' Ucap Arnold setengah berbisik. Usai mendengar kesediaan Jack akan rencananya, Arnold bisa bernafas lega. Setidaknya masih ada yang bisa diandalkan. Arnold kembali mengendap-endap kembali ke kamarnya. Langkahnya pelan dan berhati-hati supaya Vivian tidak curiga pada siapapun. Arnold kembali ke kamar, dilihatnya Claire tengah tidur lelap dengan piyama warna biru kesukaannya. Bibir Arnold kembali tersenyum melihat kecantikan Claire. "Aku akan selalu menjagamu, Claire. Bahkan harus dengan nyawa!" Gumam Arnold. Suasana pagi di ruang makan cukup tenang ke
Suara Claudia membuat beberala tim keamanan geram akan sikap Claudia. Tim keamanan merasa jika keberadaan Claudia akan mengganggu kenyamanan Claire. Claire menghentikan langkahnya kemudian berbalik menghampiri Claudia. "Apakah taruhanmu tadi masih berlaku?" Tanya Claire pada Claudia. Wajah Claudia seketika berubah pucat ketika Claire menanyakan taruhan yang Claudia katakan. "Sepertinya kau takut dengan ucapanmu sendiri, Clau. Sebaiknya pulang dan beritahu saja apa yang terjadi!" Ucap Claire seraya kembali melangkah pergi keluar gedung menuju ke lokasi parkir. Senyumnya kembali mengembang ketika melihat Arnold sudah berdiri disana. Tanpa basa basi, Claire berlari dan menghamburkan pelukannya pada Arnold tanpa merasa jijik atau risih. "Arnold. Aku berhasil!" Ucap Claire seraya mengusap air matanya. "Sudah aku duga. Pasti kau berhasil, aku adalah orang pertama yang selalu mendoakanmu, Claire!" Ucap Arnold seraya menepuk punggung Claire. "Apa pekerjaanmu menyenangkan hari ini?"
"Kau memang anak tidak tahu diri. Harusnya kau menurut saja pada Kakekmu, Claire!" Pekik Vania usai menampar pipi Claire. Claire memegang pipi kanannya yang terasa panas akibat tamparan Vania. Arnold mencoba diam meski hati ingin membawa Claire pergi. "Claire. Kau bisa menuruti Kakekmu!" Ucap Arnold meski hati tidak rela. "Tidak, Arnold. Aku tidak akan bercerai darimu. Meski kita dijodohkan, tetapi aku nyaman bersamamu!" Pengakuan Claire kembali mengejutkan Vania hingga membuat kepalanya semakin pusing. Kevin dan Vivian tersenyum melihat drama di depannya. Semakin bagus jika Claire tidak bisa memenuhi syarat kedua untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur. "Sepertinya Claire memang tidak bisa memenuhi syarat kedua, Ayah. Sebaiknya kau putuskan saja siapa yang menempati jabatan direktur itu!" Ucap Vivian dengan gaya pongahnya menatap remeh ke arah Vania yang sedang kesal. "Karena Claire tidak bisa menceraikan Arnold, maka jabatan direktur akan diberikan kepada Kevin!" Kepu