Beranda / Lainnya / Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas / 159. TANGISAN USMAN DAN ELLENA (Bagian B)

Share

159. TANGISAN USMAN DAN ELLENA (Bagian B)

Penulis: Aksara Ocean
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-08 03:59:57

159. TANGISAN USMAN DAN ELLENA (Bagian B)

"Ibra sama Om Galuh dulu, ya. Mama mau antar Bang Aksa ke kamar," ujar Ambar pada anaknya.

Ibra mengangguk patuh dan langsung berlari menuju ke arah Galuh, dia terlihat menggelayut manja di pangkuan adik iparku itu.

"Galuh, habis ini makan sama Bang Usman ya." Ambar berucap tegas, sambil berlalu.

Aku dan Galuh berpandangan lalu dia mengangkat bahu pertanda tak bisa melawan perintah Ambar. Melihat itu aku langsung bergegas menyusul Ambar, tidak enak rasanya melihat dia harus menggendong tubuh anakku yang sudah beranjak besar.

"Kamar Abang yang mana?" tanya Ambar sambil menatapku.

"Yang tengah, itu dulu kamar Abang. Sekarang kosong, tapi kalau Abang lagi nginep di sini Abang akan tidur di situ," balasku pelan, sambil membuka pintu kamar.

Dan alangkah terkejutnya aku saat aku membuka pintu, pemandangan yang pertama kali kulihat adalah keberadaan istriku yang sedang berada di atas ranjang.

Dan dengan santai dia tengah memainkan ponselnya, sambi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mul Yani
kenapa tiba tiba Ika berubah bengis?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   160. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas160. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian A)POV ELLENABukankah mempunyai keluarga yang lengkap adalah impian semua orang? Dulu aku merasa sangat bahagia, hidupku terasa sempurna, mempunyai keluarga yang hangat dan juga saling menyayangi satu sama lainnya.Mempunyai suami yang tampan, baik, perhatian, dan juga setia serta bertanggung jawab seperti Bang Galuh. Mertua dan ipar yang baik, penyayang dan juga kompak, juga Abang kandungku satu-satunya yang baik, dan selalu bisa melindungiku. Dan yang terpenting adalah kedua orang tuaku yang menyayangi dan juga bisa mengayomi kami, orang tua terbaik di dunia. Itulah yang sering aku katakan pada orang lain tentang penggambaran Ibu dan Bapak di mataku.Orang tua yang selalu bisa adil, dan juga bijaksana. Mereka tidak pernah membedakan kasih sayang maupun materi yang mereka berikan antara aku dan Bang Usman.Mereka selalu bisa menempatkan posisi mereka di garis netral, tidak berat sebelah dan juga selalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   161. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian B)

    161. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian B)Rasanya bahkan lebih sakit dari yang tadi, mungkin tadi aku tidak bisa menangis lepas di depan Ibu. Tapi saat di depan Bulek Rosma, entah kenapa aku sama sekali tidak bisa menahan tangisanku.Aku bisa merasakan keberadaan Bulek Rosma di sampingku, ranjangku bergoyang pelan saat dia membawa aku ke dalam pelukannya. Dengan lembut dia menepuk punggungku, dan membisikkan kata-kata agar aku sabar dan kuat."Cup, cup, jangan di tahan, Nduk. Tapi kamu harus janji, ini terakhir kalinya kamu menangis. Bisa?" tanya Bulek Rosma padaku.Aku menggeleng pelan, dan Bulek Rosma sontak terkekeh karenanya."Oalah, piye iki?" katanya heran."E—ellen sedih, Bulek," ujarku dengan terbata-bata."Lah, yo Bulek juga sedih. Kehilangan Mas dan Mbak ku sekaligus. Pakdemu, Mas Burhan sudah mendahului kami, dan sekarang Bapakmu. Bulek sekarang sendirian, kamu masih mending punya Usman," kata Bulek Rosma.Nada suaranya terdengar biasa, namun aku tahu dia pasti juga meras

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   162. MENUNTUT WARISAN (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas162. MENUNTUT WARISAN (Bagian A)"Kak, ngapain di situ? Ngalangin jalan aja," Aku dan Bang Galuh sontak menoleh ke belakang dan kami langsung bisa melihat seorang gadis manis, tengah berdiri sambil membawa nampan.Wajahnya merengut lucu, dia terlihat kelelahan. Keringat kecil muncul di wajahnya yang ayu."Minggir," katanya ketus."Lala! Jaga sikapmu!" kataku spontan.Dia berhenti dan berbalik, sambil merengut sepupu jauhku itu menunduk dan kemudian berbisik lirih."Maaf," cicitnya hampir tidak terdengar."Lain kali jangan diulangi, atauuuuu …." "Iya, iya, nggak akan Lala ulangi!" katanya sambil cemberut.Dia langsung bergegas meletakkan nampan berisi beberapa gelas kotor itu ke atas wastafel, dan berbalik pergi sambil melewatiku lagi."Dasar galak! Untung sering ngasih uang jajan!" katanya sambil mengejek.Dan aku hanya bisa menghela nafas panjang saat mendengarnya, dasar sepupu tidak ada akhlak!"Dek, ngapain di situ? Masuk," ujar Bang Usman

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   163. MENUNTUT WARISAN (Bagian B)

    163. MENUNTUT WARISAN (Bagian B)"Yang di peringgannya tanah Kek Soleh, mau Uwak jual untuk biaya Abangmu membuka usaha," katanya lagi."Loh, bukannya tanah yang di samping Atuk Soleh itu di bayar ya? Itu bukan dari Nenek!" balasku dengan tajam."Siapa yang bilang?" tanya Wak Nurma dengan ketus. “Itu dari nenekmu, dari Ibuku!" katanya lagi.“Lah, Aku dan Bang Usman bahkan ikut ke sana waktu membayar tanah itu pada nenek!" kataku tegas.“Tidak, itu warisan dari Nenekmu. Dan Uwak punya hak juga di situ!” katanya semakin ketus."Maaf, ya Wak, bukannya saya mau ikut campur. Tapi tidak elok rasanya kita membicarakan perkara harta saat ini, padahal Bapak dan Ibu baru sore tadi di kebumikan," ujar Bang Galuh dengan tegas."Wah, wah, ini lah sebabnya makanya aku tidak mau orang luar ikut campur dalam masalah keluarga kita!" kata Wak Nurma dengan ketus. "Jangan kau pikir, kau punya hak untuk bicara Galuh!" ujar Wak Nurma lagi.Bang Galuh hanya diam dan tidak menanggapi ucapan Wak Nurma yang ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   164. KERIBUTAN DI PAGI HARI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas164. KERIBUTAN DI PAGI HARI (Bagian A)Tidak terasa sudah tiga hari Bapak dan Ibu meninggalkan kami semua, sisa kesedihan masih terlihat jelas. Bisa dilihat dari suasana mendung yang masih menggelayuti wajah kami.Pagi ini, aku dan Bulek Rosma memasak sayur asam untuk menu sarapan kami pagi ini. Bulek Rosma terlihat sekali sedang berusaha menghiburku dengan guyonan-guyonannya yang receh, namun entah kenapa selalu mampu membuat aku tertawa lepas.Aku bersyukur, setidaknya aku masih dikelilingi orang-orang baik seperti Bulek Rosma dan juga yang lainnya. "Nduk, kamu yang buat sambal terasinya, ya," ujar Bulek Rosma di sela-sela kegiatan kami. "Bulek rindu sama sambal terasi kamu yang jos banget itu," katanya lagi, kali ini sambil terkekeh kecil."Bulek, beneran pengen? Atau cuma ngejek aku?" tanyaku manyun."Loh, kok di bilang ngejek? Di bagian mana dari kata-kata Bulek tadi, yang kamu anggap ngejek?" tanyanya, namun lagi-lagi sambil terkekeh."Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   165. KERIBUTAN DI PAGI HARI (Bagian B)

    165. KERIBUTAN DI PAGI HARI (Bagian B)Ya, Kak Ika dan Kak Nuri merupakan sahabat sejak kecil, kebetulan rumah mereka berada di kampung yang sama. Dan berjodoh pula dengan dua orang lelaki yang memang bersaudara.Untung saja, Kakak Iparku itu tidak mempunyai sifat seperti Kak Nuri. Kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa kami bertengkar setiap saat dan membuat hubungan persaudaraan aku dan Bang Usman merenggang."Tanya saja sama mereka ini, kok bisa-bisanya pagi-pagi begini sudah membuat keributan, dan mengganggu tidur kita!" ujar Wak Nurma semakin ketus sambil menunjuk aku dan Bulek Rosma."Loh, kok jadi kami yang salah, Kak?" tanya Bulek tidak terima.Aku masih diam dan tidak menanggapi, dengan santai aku menggoreng bahan-bahan yang aku butuhkan untuk membuat sambal terasi yang diminta oleh Bulek Rosma. Tidak memperdulikan suara-suara sumbang yang berdengung indah di belakangku, suara Kak Nuri dan juga Wak Nurma masih mendominasi percakapan."Ya Bulek seharusnya mengerti, dong. Aku dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   166. KELUARGA KAK IKA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas166. KELUARGA KAK IKA (Bagian A)"Oi!"Wak Nurma berhenti berjalan dan langsung menatapku dengan pandangan tajam, dia berbalik dan berdiri menghadapku dari jarak sekitar tiga meter."Apa kamu bilang tadi?" tanyanya pelan. "Oi? Sejak kapan keponakan Uwak menjadi tidak sopan seperti ini?" ujarnya lagi dengan nada marah."Hah?" tanyaku pura-pura tidak tahu. Maksud Uwak apa kataku lagi.Wak Nurma masih diam, dia melotot menyeramkan ke arahku. Namun aku tidak peduli dan malah berlagak cuek."Oi, Aksa. Ngapain ke sini Tante belum siap masak, loh. Mama kamu kemana?" tanyaku pelan.Semua orang yang ada di ruangan ini langsung menoleh ke belakang dan di ambang pintu sana terlihatlah keponakanku yang begitu imut tengah mengucek kedua matanya dengan jari-jemarinya yang kecil nan mungil."Kenapa sayang? Kamu haus?" tanyaku pada Aksa.Aku mendekat dan langsung menggendongnya, aku segera duduk di kursi dan ikut membawanya untuk duduk ke atas pangkuanku."Mam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   167. KELUARGA KAK IKA (Bagian B)

    167. KELUARGA KAK IKA (Bagian B)Bang Galuh terlihat berjalan ke arahku, di belakangnya terlihat Bang Usman yang mengekor. "Nunggu kalian, mau makan bareng. Belum makan, kan?" tanyaku pelan."Belum," jawab Bang Galuh manja.Dia langsung duduk di sampingku dan menyandarkan kepalanya di bahuku, sedangkan Bang Usman sudah fokus pada ponselnya dan ikut duduk di kananku.Wajahnya terlihat menakutkan, rahangnya mengeras dan juga matanya menyorot tajam ke arah ponsel."Kenapa, Bang?" tanyaku pelan."Nggak ada apa-apa," sahutnya tak kalah pelan. "Aksa mana, Dek?" tanyanya padaku."Di dalam, aku kasih main ponselku. Lihat youtube," sahutku. "Udah mandi, udah aku suapin makan juga," laporku lagi."Makasih, ya," ujar Bang Usman dengan tulus."Biasalah," kataku sambil mengibaskan tanganku, pertanda tidak masalah. "Memang Kak Ika ke mana?" tanyaku heran."Hahhhhhh …."Bang Usman malah menarik nafas dengan amat panjang, aku langsung meluhat ke arah Bang Galuh untuk meminta penjelasan.Tapi sayang,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11

Bab terbaru

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)

    235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   233. BERCERAI (Bagian B)

    233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   232. BERCERAI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)

    231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)

    229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)

    228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den

DMCA.com Protection Status