Home / Lainnya / Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas / 167. KELUARGA KAK IKA (Bagian B)

Share

167. KELUARGA KAK IKA (Bagian B)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2022-07-11 02:25:43

167. KELUARGA KAK IKA (Bagian B)

Bang Galuh terlihat berjalan ke arahku, di belakangnya terlihat Bang Usman yang mengekor.

"Nunggu kalian, mau makan bareng. Belum makan, kan?" tanyaku pelan.

"Belum," jawab Bang Galuh manja.

Dia langsung duduk di sampingku dan menyandarkan kepalanya di bahuku, sedangkan Bang Usman sudah fokus pada ponselnya dan ikut duduk di kananku.

Wajahnya terlihat menakutkan, rahangnya mengeras dan juga matanya menyorot tajam ke arah ponsel.

"Kenapa, Bang?" tanyaku pelan.

"Nggak ada apa-apa," sahutnya tak kalah pelan. "Aksa mana, Dek?" tanyanya padaku.

"Di dalam, aku kasih main ponselku. Lihat youtube," sahutku. "Udah mandi, udah aku suapin makan juga," laporku lagi.

"Makasih, ya," ujar Bang Usman dengan tulus.

"Biasalah," kataku sambil mengibaskan tanganku, pertanda tidak masalah. "Memang Kak Ika ke mana?" tanyaku heran.

"Hahhhhhh …."

Bang Usman malah menarik nafas dengan amat panjang, aku langsung meluhat ke arah Bang Galuh untuk meminta penjelasan.

Tapi sayang,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   168. NGEYEL (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas168. NGEYEL (Bagian A)Aku yang hendak maju untuk melabrak orang-orang di depan sana, sontak berhenti saat merasakan tanganku di tarik oleh seseorang.Saat aku menoleh, aku bisa melihat Bang Galuh yang menggeleng pelan. Pertanda agar aku tidak melanjutkan kegaduhan ini.Tapi bagaimana bisa aku tetap sabar? Sedangkan di depan sana, aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri, kalau masakanku sudah dihabiskan oleh Bang Diky, Kak Nuri, serta Wak Nurma.Masakan yang susah payah aku buat, dengan niat untuk dinikmati bersama-sama dengan suamiku dan yang lainnya malah sudah habis. Sepanci sayur asam yang aku masak, kini tinggal kuahnya saja. Bahkan sambal terasi yang susah payah aku ulek dengan cobek, tinggal kenangan.Ya Allah, bolehkah aku berkata kasar? "Bagaimana bisa kalian menghabiskan semuanya? Sedangkan kami belum makan!" ujar Bulek Rosma lagi.Dia terlihat benar-benar tengah menahan amarah saat ini, aku bisa melihat kalau Bulek Rosma seper

    Last Updated : 2022-07-11
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   169. NGEYEL (Bagian B)

    169. NGEYEL (Bagian B)Suara Bang Galuh terdengar di sela-sela langkahku, dia mengejarku hingga ke kamar.Aku tidak menghiraukan panggilannya dan malah mempercepat langkah kakiku, merasa kesal luar biasa dengan tingkah laku Wak Nurma dan juga anak-anaknya.Sesampainya di kamar aku langsung menghapuskan tubuhku ke atas tempat tidur, dan mataku langsung bisa melihat Bang Galuh yang memasuki kamar sambil memelototi aku."Dek, kamu kok nggak sopan begitu, sih?" katanya sambil ikut menghempaskan tubuhnya di sampingku.Mataku memicing tajam melihatnya, sehingga Bang Galuh bergerak tidak nyaman di tempat duduknya karena melihat pandanganku yang seolah mau menelannya hidup-hidup."Nggak sopan? Nggak sopan Abang bilang?" tanyaku mendengus. "Yang nggak sopan itu ya mereka, bukan aku!" kataku lagi."Tapi kan, nggak harus marah-marah, Dek," balasnya lembut."Abang lebih membela mereka, daripada aku? Aku istri Abang loh," kataku mengingatkan.Aku mendengus kesal, merasa terkhianati luar biasa deng

    Last Updated : 2022-07-11
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   170. KELUARGA SOMPLAK (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas170. KELUARGA SOMPLAK (Bagian A)Aku dan Bang Usman berpandangan dan kemudian kompak menatap wajah Wak Nurma yang saat ini sedang tersenyum senang, entah apa yang dipikirkannya sehingga bisa tersenyum selebar itu.Padahal dia baru saja mengucapkan kata-kata yang sangat tidak masuk akal, menjual tanah? Hah, lucu sekali. Tanah yang bukan miliknya, dan dia mau menjualnya dengan sangat santai. Apa dia tidak berpikir? Kalau aku dan Bang Usman jelas tidak akan mengizinkan hal itu."Maksud Uwak apa?" tanyaku pelan.Aku sudah tidak berminat untuk melanjutkan makan, lontong sayur yang biasanya menjadi favoritku teronggok begitu saja di atas meja makan.Tanganku bersedekap di dada, dan menatap wajahnya dengan pandangan tajam. Atmosfer di ruangan ini tiba-tiba berubah dengan sangat drastis.Lebih dingin dan juga terasa sangat pengap, Bulek Rosma terlihat membereskan meja makan. Makanannya juga tidak habis, dia pasti merasa tidak nyaman dengan ucapan yang

    Last Updated : 2022-07-11
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   171. KELUARGA SOMPLAK (Bagian B)

    171. KELUARGA SOMPLAK (Bagian B)"Wah, wah, ini dia. Bagaimana aku bisa santai kalau milik kami, mau di rebut seenaknya?" tanyaku mulai terpancing emosi."Dek!" Bang Galuh memegang tanganku dan menggeleng pelan."Milik kalian? Sudah jelaskan? Ibuku bilang itu punya nenek, dan kebetulan suratnya atas nama Ibumu," kata Bang Diky semakin nyolot."Ya Allah, Bang. Kalau nggak tahu apa-apa, ya mbok jangan komentar," kataku heran."Maksud kamu apa, hah?" tanyanya dengan nada keras.Aku hanya tersenyum kecil sambil menyandarkan tubuhku ke sandaran kursi, dan langsung menatap Bang Diky yang tengah emosi dengan pandangan mengejek."Abang bahkan tidak tahu kalau tanah itu sudah dibayar oleh Ibuku, yang tahu ya aku dan Bang Usman. Kami yang ada di sana saat transaksi jual beli itu terjadi," kataku lagi.Bang Diky terlihat menoleh ke arah Wak Nurma dan menatap Ibunya itu untuk meminta pertolongan, apalagi aku bisa melihat tangan Kak Nuri yang mencubit kecil pinggang Bang Diky."Bisa saja kalian bo

    Last Updated : 2022-07-11
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   172. HARTA WARISAN (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas172. HARTA WARISAN (Bagian A)"APA?!" Wak Nurma, Bang Diky, dan Kak Nuri, kompak berteriak histeris.Wah, wah, mereka benar-benar keluarga yang harmonis sekali. Sangat kompak di bidang apapun, memojokkan orang lain, mencemooh, dan mau merebut harta orang lain.Kompak sekali!Mata mereka melotot ke arahku, dan juga langsung menatapku dengan tajam. Namun aku sama sekali tidak gentar!Dan membalas tatapan mereka dengan pandangan yang tajamnya melebihi omongan tetangga, aku tidak takut shay!"Apa maksud kamu?!" tanya Wak Nurma naik pitam."Kurang jelas, Wak? Kan, sudah kubilang tadi. Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulanginya lagi," kataku sambil tersenyum lebar.Mereka kembali melotot marah saat melihat senyumku yang amat lebar, harga diri mereka pasti terasa seperti diinjak-injak.Sudah susah payah menuntut harta, eh malah tidak berjalan sesuai dengan yang mereka harapkan. Kasihan!"ELLEN!" Bang Diky dan Wak Nurma kompak berteriak ka

    Last Updated : 2022-07-12
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   173. HARTA WARISAN (Bagian B)

    173. HARTA WARISAN (Bagian B)Kak Nuri dan Bang Diky hanya diam, namun wajah mereka terlihat memerah. Mereka pasti merasakan, kalau harga diri mereka terluka saat ini.Aku tidak pernah mengungkit apapun, aku selalu berusaha menjadi saudara yang baik.Karena aku dan bang Usman hanya berdua, aku berusaha membangun persaudaraan dengan sepupu-sepupuku.Bukannya aku tidak tahu, dan bukannya aku tidak menagih. Aku sudah terlalu sering menagih uang lima belas juta itu pada Bang Diky, namun dia delalu mempunyai alasan untuk menundanya.Sehingga aku berusaha untuk mengikhlaskannya, tapi sekarang malah di katakan aku pelit? Wah, wah, tidak bisa di percaya.Sedangkan aku selama ini diam saja, dan tidak pernah menuntut ganti pada Kak Nuri yang menghilangkan gelang emasku.Gelang yang dipinjamnya saat mau undangan ke kampung halamannya, dia mengatakan malu kalau tidak memiliki emas.Dengan senang hati aku meminjamkan gelang emasku padanya, namun apa yang terjadi?Kak Nuri sama sekali tidak amanah,

    Last Updated : 2022-07-12
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   174. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas174. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian A)Semua orang terdiam dan menatap ke arah pintu, di sana berdiri dua sosok orang.Kak Ambar dan Kak Ika, bagaimana ceritanya mereka bisa datang bersamaan aku tidak tahu. Tapi yang jelas mereka saat ini terlihat sedang berjalan menuju ke arah kami."Kak, kapan datang?" tanyaku heran.Karena aku memang tidak ada mendengar suara langkah kakinya, ataupun tanda-tanda kedatangannya. Apa mungkin karena kami terlalu asik berdebat? "Barusan, Kakak cuma nganter lauk buat kalian makan siang. Soalnya Ibu masak rendang jengkol," katanya sambil mengangsurkan satu buah rantang alumunium.Lauk untuk makan siang? Aku otomatis melihat ke arah jam, dan di sana sudah tertera jam setengah dua belas siang.Wah, wah, ternyata perdebatan ini membuang banyak waktu. Dan aku tekankan, aku lapar! Bisa dibilang, aku tidak ada menikmati sarapan semenjak tadi. Nafsu makanku hilang akibat perkataan Wak Nurma dan Bang Diky.Apalagi mengingat s

    Last Updated : 2022-07-12
  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   175. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian B)

    175. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian B)"Apa?!" pekik Kak Ika tiba-tiba.Lalu dia menatapku dan juga Bang Usman dengan pandangan yang sangat sulit diartikan, dia terlihat marah dan juga kecewa. Matanya melirik ke arahku dengan sinis, sebenarnya ada apa, sih? Batinku berteriak penasaran dengan keadaan ini."Kok bisa sih, Bang?" tanyanya dengan nada menuntut pada Bang Usman.Bang Usman sendiri kemudian mengernyit heran, keningnya melipat dalam sama seperti ekspresi yang aku keluarkan. Dia pasti tidak mengerti kenapa Kak Ika bisa seheboh ini."Memangnya kenapa, Dek?" tanyanya heran. "Ya tentu saja bisa, Ellen itu adikku! Anak Bapak dan Ibu juga, wajarlah kalau Bapak dan Ibu membelikan tanah untuknya," katanya lagi dengan nada santai."Kenapa mereka tidak membuat surat itu atas nama Abang saja?" tanyanya lagi.Ahhhhh, jadi begitu? Semua ini hanya berputar pada masalah harta saja ternyata. Aku heran dengan situasi ini, bagaimana bisa orang-orang yang tidak berhak seperti mereka ini, dengan ti

    Last Updated : 2022-07-12

Latest chapter

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)

    235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   233. BERCERAI (Bagian B)

    233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   232. BERCERAI (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)

    231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)

    229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)

    Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg

  • Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas   228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)

    228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den

DMCA.com Protection Status