Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas176. PENGKHIANATAN KAK IKA (Bagian A)"Kenapa kalian meributkan harta orang, hah?!" tanyaku pelan.Mereka semua terdiam, sudah cukup lama sepertinya aku tidak naik pitam seperti ini.Terakhir kali adalah saat menghadapi keluarga Bang Gery, yang sukses membuat aku emosi tingkat dewa. Orang-orang yang tidak punya malu dan juga serakah.Siapa yang menyangka kalau keluargaku sendiri juga tidak kalah serakah? Memang di luar dugaan sekali!"Ini adalah harta keluargaku, dan kalian semua tidak berhak mencampurinya!" kataku lagi.Mereka semua masih terdiam, Kak Ika menatapku dengan pandangan tajam. Dia seperti hendak menelan bulat-bulat, atau mencincang tubuhku kecil-kecil dan memberikannya pada buaya yang kelaparan."Tidak berhak? Aku istri Abangmu!" katanya ketus."Ya, dan aku Adik kandung suamimu itu!" balasku tak kalah ketus.Mereka semua terperanjat, dan menatapku dengan pandangan tak percaya. Mereka semua pasti kaget karena aku menyebut Kak Ika den
177. PENGKHIANATAN KAK IKA (Bagian B)Aku mengernyit, tidak biasanya Abangku ini bersikap seperti ini. Sebenarnya ada apa, sih?"Kenapa, sih? Coba cerita, dong! Mana tahu aku bisa bantu," tawarku kemudian. "Kak Ambar dan Bang Galuh pergi juga pasti karena mau ngasih kita waktu buat bicara berdua, Bang," kataku lagi."Hahhhh ….""Apaan, sih? Kok lama-lama Abang seperti orang yang frustasi begitu jadinya?" tanyaku sambil terkekeh. "Dek!" panggil Bang Usman dengan nada serius, suaranya berat dan juga dalam.Aku bergidik karena tiba-tiba atmosfer ruangan ini bertambah berat dan juga entah kenapa terasa sesak, Bang Usman yang sedang berada di dalam mode ‘serius’ benar-benar mengerikan."Apa? Kenapa?" balasku ingin tahu."Kalau ... misalnya … andaikata … seumpama … Galuh selingkuh, bagaimana?" tanyanya lagi.Aku mengernyit heran dengan pertanyaan yang Bang Usman keluarkan dan kemudian langsung tertawa hingga berguling di atas sofa."Bang Galuh tidak mungkin melakukannya, Bang. Dia terlalu
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas178. BERCERAI (Bagian A)"Siapa yang akan bercerai?" tanya Kak Ambar lagi.Aku dan Bang Usman saling berpandangan, bingung bagaimana cara mengelak dari pertanyaan yang sangat to the point itu.Bagaimanapun juga, ini adalah aib keluarga dan harus ditutupi dengan rapat. Walaupun Bang Usman memang ingin berpisah dengan Kak Ika, tetapi Kak Ika tetaplah Ibu dari Aksa.Karena penilaian yang buruk dari masyarakat pada Kak Ika yang berselingkuh, bisa membuat mental Aksa menjadi jatuh.Dia masih lah bocah cilik yang belum tahu apa-apa, dan sebisa mungkin kami harus menjaga mentalnya tetap bagus."I—itu …." Bang Usman tergagap dan menatap mataku, meminta tolong secara tidak langsung."Oh, itu loh, Kak. Artis yang main film suka gonta ganti suami itu, Kak," kataku beralasan."Oooh, jangan ada deh yang punya nasib bercerai seperti Kakak, nggak enak jadi janda," katanya sambil terkekeh pelan.Aku dan Bang Usman berpandangan, raut wajah Kak Ambar berubah menj
179. BERCERAI (Bagian B)Eh, selingkuh juga dengan lelaki berinisial 'R' itu! Siapa yang menyangka? Rumah tangga yang terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan duri di dalamnya."Diingatkan, kok. Tapi namanya Abang ketiduran, ya tidak sadar," ujar Bang Usman sambil nyengir."Oh," balas Kak Ambar singkat.Dia sepertinya tidak ingin mencampuri urusan orang lain, walaupun aku tahu kalau dia pasti amat penasaran dengan hal ini.Siapa sih, yang bisa dengan mudahnya percaya begitu saja dengan ucapan Bang Usman? Kak Ambar itu adalah pengamat yang cukup handal, sudah aku buktikan dari dulu-dulu. Ketika dia masih menjadi istri Bang Gery, dan kami belum akur seperti sekarang. Dia sering mengamatiku diam-diam, dan tiba-tiba membuat huru-hara dengan pengamatannya itu.Jadi, pasti amat mudah baginya untuk mengetahui kebohongan Bang Usman saat ini."Enak ya, makan di sini. Nggak mikirin anak dan istri yang belum makan!" Kak Ika berdiri di bibir pintu dan menatap Bang Usman dengan tajam, namun
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas180. POV IKA (Selingkuh dan juga kebencian) (Bagian A)Saat mendengar kabar, kalau Bapak dan Ibu meninggal, aku memang sangat terkejut. Padahal kami baru saja bersama-sama menghadiri acara syukuran di bengkelnya Galuh, suami Ellen, adik iparku.Tidak ada tanda-tanda dan juga prasangka kalau kedua mertuaku itu akan meninggalkan kami sebegini cepatnya, dan aku juga tidak menyangka kalau nasehat yang mereka berikan tempo hari adalah nasehat mereka yang terakhir.Aku segera bergegas menelepon keluargaku dan mengabarkan kalau mertuaku sudah meninggal, dan aku juga secepatnya datang ke klinik. Tempat yang baru saja dibilang Galuh, kalau jenazah Bapak dan Ibu ada di sana.Mereka kecelakaan di jalan pulang, dan mereka berdua menghembuskan nafas terakhir di tempat kejadian perkara."Hallo, Ma!" Aku membuka pembicaraan saat mendengar teleponku telah tersambung.[Em, hallo. Ada apa, Ka?] Tanya Mama dari seberang sana.Aku yakin, Mamaku saat ini baru bangun
181. POV IKA (Selingkuh dan juga kebencian) (Bagian B)[Bagus! Memang begitu seharusnya!] Ujar Mama di seberang sana.Dan setelah berbasa-basi sebentar, aku menutup panggilan dan mendudukkan diri di bibir ranjang.Memikirkan semuanya, memikirkan bagaimana selanjutnya. Memikirkan rencana hebat agar harta warisan ini jatuh ke tangan suamiku, sehingga aku bisa menikmatinya dengan sepuas hati.~Aksara Ocean~Hari sudah sore saat pemakaman Bapak dan Ibu selesai dilaksanakan, aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku sangat sedih dan menangis histeris saat jenazah Bapak dan Ibu di kuburkan, di satu sisi aku sangat kehilangan, dan di sisi lainnya aku merasa lega. Setidaknya aku tidak perlu lagi berpura-pura dihadapan mereka, aku tidak harus menjadi menantu sempurna lagi untuk mereka.Bang Usman tidak mampu membendung tangisannya, begitupun dengan Galuh, aku bisa melihat adik iparku itu tadi menyembunyikan tangisnya.Namun, Ellen tidak sempat melihat Bapak dan ibu di kuburkan, dia berulang
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas182. POV IKA (Ruri pinjam uang) (Bagian A)Tidak terasa sudah hari ketiga semenjak kepergian bapak dan ibu, di pagi hari ini keluargaku datang dan turun di rumahku.Aku berpamitan kepada Bang Usman dan pulang ke rumah untuk menemui keluargaku, yang kebetulan ikut ke sini hanya Mama dan juga adik perempuanku beserta suaminya. Bang Usman tadi berpesan agar membawa keluargaku ke sini, tapi mana mereka mau. Toh, mereka ke sini untuk melihatku, bukan untuk takziah.Tapi, aku hanya mengiyakan saja kata-kata dari Bang Usman, agar dia senang dan mau mengizinkan aku untuk pulang."Ma!" Aku memeluk Mama dan mencium pipinya, aku sangat rindu karena memang sudah lama tidak bertemu dan berpelukan seperti ini."Dari mana kamu? Mama nunggu lama banget!" protes Mama sambil mencubit lenganku."Dari rumah Bapak, kan masih suasana duka, Ma. Nanti malam itu, masih malam ketiga," ujarku sambil membuka pintu rumah.Mama dan adikku masuk sambil mengedarkan pandangan
183. POV IKA (Ruri pinjam uang) (Bagian B)"Tapi cepat ya, Kak. Aku mau segera punya usaha, punya grosir besar di desa. Biar nggak ada lagi orang yang menghina kami!" ujar Ruri lagi sambil merengek manja.Aku menatapnya sambil tersenyum dan mengangguk, impiannya begitu sederhana. Agar tidak ada lagi yang menghina mereka! Agar mulut orang-orang di desa bungkam.Aku tahu, banyak orang yang menjengkali Mama dan Ruri karena kami dulu memang keluarga yang biasa-biasa saja.Bisa dibilang semenjak aku menikah dengan bang usman, kehidupan kami menjadi lebih baik dari hari kehari.Bang Usman bukan tipe menantu yang perhitungan pada keluarga istrinya, dia cukup rendah hati dan juga baik.Dia tidak segan memberikan bantuan untuk membangun rumah Mama dan juga membelikan sepetak kebun sawit, agar hasilnya bisa digunakan Mama untuk kebutuhan sehari-hari.Cukup? Jelas cukup, bahkan berlebih jika untuk Mama sendiri, tapi semenjak ada Amar dan Ruri, Mama sering kekurangan dan memintaku untuk mengirim