173. HARTA WARISAN (Bagian B)Kak Nuri dan Bang Diky hanya diam, namun wajah mereka terlihat memerah. Mereka pasti merasakan, kalau harga diri mereka terluka saat ini.Aku tidak pernah mengungkit apapun, aku selalu berusaha menjadi saudara yang baik.Karena aku dan bang Usman hanya berdua, aku berusaha membangun persaudaraan dengan sepupu-sepupuku.Bukannya aku tidak tahu, dan bukannya aku tidak menagih. Aku sudah terlalu sering menagih uang lima belas juta itu pada Bang Diky, namun dia delalu mempunyai alasan untuk menundanya.Sehingga aku berusaha untuk mengikhlaskannya, tapi sekarang malah di katakan aku pelit? Wah, wah, tidak bisa di percaya.Sedangkan aku selama ini diam saja, dan tidak pernah menuntut ganti pada Kak Nuri yang menghilangkan gelang emasku.Gelang yang dipinjamnya saat mau undangan ke kampung halamannya, dia mengatakan malu kalau tidak memiliki emas.Dengan senang hati aku meminjamkan gelang emasku padanya, namun apa yang terjadi?Kak Nuri sama sekali tidak amanah,
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas174. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian A)Semua orang terdiam dan menatap ke arah pintu, di sana berdiri dua sosok orang.Kak Ambar dan Kak Ika, bagaimana ceritanya mereka bisa datang bersamaan aku tidak tahu. Tapi yang jelas mereka saat ini terlihat sedang berjalan menuju ke arah kami."Kak, kapan datang?" tanyaku heran.Karena aku memang tidak ada mendengar suara langkah kakinya, ataupun tanda-tanda kedatangannya. Apa mungkin karena kami terlalu asik berdebat? "Barusan, Kakak cuma nganter lauk buat kalian makan siang. Soalnya Ibu masak rendang jengkol," katanya sambil mengangsurkan satu buah rantang alumunium.Lauk untuk makan siang? Aku otomatis melihat ke arah jam, dan di sana sudah tertera jam setengah dua belas siang.Wah, wah, ternyata perdebatan ini membuang banyak waktu. Dan aku tekankan, aku lapar! Bisa dibilang, aku tidak ada menikmati sarapan semenjak tadi. Nafsu makanku hilang akibat perkataan Wak Nurma dan Bang Diky.Apalagi mengingat s
175. KETAHUAN BELANGNYA (Bagian B)"Apa?!" pekik Kak Ika tiba-tiba.Lalu dia menatapku dan juga Bang Usman dengan pandangan yang sangat sulit diartikan, dia terlihat marah dan juga kecewa. Matanya melirik ke arahku dengan sinis, sebenarnya ada apa, sih? Batinku berteriak penasaran dengan keadaan ini."Kok bisa sih, Bang?" tanyanya dengan nada menuntut pada Bang Usman.Bang Usman sendiri kemudian mengernyit heran, keningnya melipat dalam sama seperti ekspresi yang aku keluarkan. Dia pasti tidak mengerti kenapa Kak Ika bisa seheboh ini."Memangnya kenapa, Dek?" tanyanya heran. "Ya tentu saja bisa, Ellen itu adikku! Anak Bapak dan Ibu juga, wajarlah kalau Bapak dan Ibu membelikan tanah untuknya," katanya lagi dengan nada santai."Kenapa mereka tidak membuat surat itu atas nama Abang saja?" tanyanya lagi.Ahhhhh, jadi begitu? Semua ini hanya berputar pada masalah harta saja ternyata. Aku heran dengan situasi ini, bagaimana bisa orang-orang yang tidak berhak seperti mereka ini, dengan ti
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas176. PENGKHIANATAN KAK IKA (Bagian A)"Kenapa kalian meributkan harta orang, hah?!" tanyaku pelan.Mereka semua terdiam, sudah cukup lama sepertinya aku tidak naik pitam seperti ini.Terakhir kali adalah saat menghadapi keluarga Bang Gery, yang sukses membuat aku emosi tingkat dewa. Orang-orang yang tidak punya malu dan juga serakah.Siapa yang menyangka kalau keluargaku sendiri juga tidak kalah serakah? Memang di luar dugaan sekali!"Ini adalah harta keluargaku, dan kalian semua tidak berhak mencampurinya!" kataku lagi.Mereka semua masih terdiam, Kak Ika menatapku dengan pandangan tajam. Dia seperti hendak menelan bulat-bulat, atau mencincang tubuhku kecil-kecil dan memberikannya pada buaya yang kelaparan."Tidak berhak? Aku istri Abangmu!" katanya ketus."Ya, dan aku Adik kandung suamimu itu!" balasku tak kalah ketus.Mereka semua terperanjat, dan menatapku dengan pandangan tak percaya. Mereka semua pasti kaget karena aku menyebut Kak Ika den
177. PENGKHIANATAN KAK IKA (Bagian B)Aku mengernyit, tidak biasanya Abangku ini bersikap seperti ini. Sebenarnya ada apa, sih?"Kenapa, sih? Coba cerita, dong! Mana tahu aku bisa bantu," tawarku kemudian. "Kak Ambar dan Bang Galuh pergi juga pasti karena mau ngasih kita waktu buat bicara berdua, Bang," kataku lagi."Hahhhh ….""Apaan, sih? Kok lama-lama Abang seperti orang yang frustasi begitu jadinya?" tanyaku sambil terkekeh. "Dek!" panggil Bang Usman dengan nada serius, suaranya berat dan juga dalam.Aku bergidik karena tiba-tiba atmosfer ruangan ini bertambah berat dan juga entah kenapa terasa sesak, Bang Usman yang sedang berada di dalam mode ‘serius’ benar-benar mengerikan."Apa? Kenapa?" balasku ingin tahu."Kalau ... misalnya … andaikata … seumpama … Galuh selingkuh, bagaimana?" tanyanya lagi.Aku mengernyit heran dengan pertanyaan yang Bang Usman keluarkan dan kemudian langsung tertawa hingga berguling di atas sofa."Bang Galuh tidak mungkin melakukannya, Bang. Dia terlalu
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas178. BERCERAI (Bagian A)"Siapa yang akan bercerai?" tanya Kak Ambar lagi.Aku dan Bang Usman saling berpandangan, bingung bagaimana cara mengelak dari pertanyaan yang sangat to the point itu.Bagaimanapun juga, ini adalah aib keluarga dan harus ditutupi dengan rapat. Walaupun Bang Usman memang ingin berpisah dengan Kak Ika, tetapi Kak Ika tetaplah Ibu dari Aksa.Karena penilaian yang buruk dari masyarakat pada Kak Ika yang berselingkuh, bisa membuat mental Aksa menjadi jatuh.Dia masih lah bocah cilik yang belum tahu apa-apa, dan sebisa mungkin kami harus menjaga mentalnya tetap bagus."I—itu …." Bang Usman tergagap dan menatap mataku, meminta tolong secara tidak langsung."Oh, itu loh, Kak. Artis yang main film suka gonta ganti suami itu, Kak," kataku beralasan."Oooh, jangan ada deh yang punya nasib bercerai seperti Kakak, nggak enak jadi janda," katanya sambil terkekeh pelan.Aku dan Bang Usman berpandangan, raut wajah Kak Ambar berubah menj
179. BERCERAI (Bagian B)Eh, selingkuh juga dengan lelaki berinisial 'R' itu! Siapa yang menyangka? Rumah tangga yang terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan duri di dalamnya."Diingatkan, kok. Tapi namanya Abang ketiduran, ya tidak sadar," ujar Bang Usman sambil nyengir."Oh," balas Kak Ambar singkat.Dia sepertinya tidak ingin mencampuri urusan orang lain, walaupun aku tahu kalau dia pasti amat penasaran dengan hal ini.Siapa sih, yang bisa dengan mudahnya percaya begitu saja dengan ucapan Bang Usman? Kak Ambar itu adalah pengamat yang cukup handal, sudah aku buktikan dari dulu-dulu. Ketika dia masih menjadi istri Bang Gery, dan kami belum akur seperti sekarang. Dia sering mengamatiku diam-diam, dan tiba-tiba membuat huru-hara dengan pengamatannya itu.Jadi, pasti amat mudah baginya untuk mengetahui kebohongan Bang Usman saat ini."Enak ya, makan di sini. Nggak mikirin anak dan istri yang belum makan!" Kak Ika berdiri di bibir pintu dan menatap Bang Usman dengan tajam, namun
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas180. POV IKA (Selingkuh dan juga kebencian) (Bagian A)Saat mendengar kabar, kalau Bapak dan Ibu meninggal, aku memang sangat terkejut. Padahal kami baru saja bersama-sama menghadiri acara syukuran di bengkelnya Galuh, suami Ellen, adik iparku.Tidak ada tanda-tanda dan juga prasangka kalau kedua mertuaku itu akan meninggalkan kami sebegini cepatnya, dan aku juga tidak menyangka kalau nasehat yang mereka berikan tempo hari adalah nasehat mereka yang terakhir.Aku segera bergegas menelepon keluargaku dan mengabarkan kalau mertuaku sudah meninggal, dan aku juga secepatnya datang ke klinik. Tempat yang baru saja dibilang Galuh, kalau jenazah Bapak dan Ibu ada di sana.Mereka kecelakaan di jalan pulang, dan mereka berdua menghembuskan nafas terakhir di tempat kejadian perkara."Hallo, Ma!" Aku membuka pembicaraan saat mendengar teleponku telah tersambung.[Em, hallo. Ada apa, Ka?] Tanya Mama dari seberang sana.Aku yakin, Mamaku saat ini baru bangun
235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y
233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k
231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu
229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg
228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den