Share

161. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian B)

161. MASIH BELUM BISA MENERIMA (Bagian B)

Rasanya bahkan lebih sakit dari yang tadi, mungkin tadi aku tidak bisa menangis lepas di depan Ibu.

Tapi saat di depan Bulek Rosma, entah kenapa aku sama sekali tidak bisa menahan tangisanku.

Aku bisa merasakan keberadaan Bulek Rosma di sampingku, ranjangku bergoyang pelan saat dia membawa aku ke dalam pelukannya.

Dengan lembut dia menepuk punggungku, dan membisikkan kata-kata agar aku sabar dan kuat.

"Cup, cup, jangan di tahan, Nduk. Tapi kamu harus janji, ini terakhir kalinya kamu menangis. Bisa?" tanya Bulek Rosma padaku.

Aku menggeleng pelan, dan Bulek Rosma sontak terkekeh karenanya.

"Oalah, piye iki?" katanya heran.

"E—ellen sedih, Bulek," ujarku dengan terbata-bata.

"Lah, yo Bulek juga sedih. Kehilangan Mas dan Mbak ku sekaligus. Pakdemu, Mas Burhan sudah mendahului kami, dan sekarang Bapakmu. Bulek sekarang sendirian, kamu masih mending punya Usman," kata Bulek Rosma.

Nada suaranya terdengar biasa, namun aku tahu dia pasti juga meras
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status