“Tidak!” Claudia menampar pipi kanan Davin hingga bunyi tamparan itu terdengar nyaring sampai di luar ruangan. “Siapa yang takut, aku ha-”
“Teruskan! Barusan kamu ngomong nggak takut, tapi kenapa berhenti? Mmm, apa ancamanku tadi benar. Sepuluh detik dan kedudukanmu tidak lagi aman di perusahaan ini.”
Claudia turun jabatan dari yang awalnya sekretaris, menjadi ajudan pribadi Tuan Muda.
Bukan ajudan resmi, tapi ajudan abal-abal, yang mana, istilah itu hanya formalitas belaka.
Arti sebenarnya adalah, babu atau budak yang senantiasa menuruti perintah majikannya, kapan pun dan di manapun. Entah perintah baik ataupun buruk, sang budak harus melakukan hal tersebut.
Tetesan air mata mengalir melewati pelupuk. Kornea dan pupil tercuci bersih.
Katanya, air mata adalah air paling steril di dunia... tapi kenapa rasa sakit yang harus digambarkan dengan air mata?
Claudia sedih dan kembali membaca tulisan itu. Je
Sebenarnya, tadi pagi, Davin diminta datang ke gedung walikota, tapi dia menolak. Pihak admininstrasi langsung memberitahu Davin seluruh jadwal walikota, agar Davin bisa menyesuaikan pertemuan itu dengan jadwalnya sendiri.Tapi, berbicara di telepon, sepertinya tidak sepuas berbincang langsung, face to face.Awalnya, walikota meminta Davin datang ke ruangannya, atau mengirim utusan untuk menyampaikan informasi. Namun, pemuda itu, menolaknya mentah-mentah, lantas menutup telepon secara sepihak.Melvin dan Levy yang menyaksikan hal itu hanya bisa menggelengkan kepala. Sekelas walikota, bahkan tidak dihiraukan Davin.“Persetan dengan jabatan! Jangan kira, hanya karena dia walikota, dia bisa memerintahku sesuka hati. Asal dia tahu, siapa yang butuh dengan Nayama, harus rela meluangkan waktu, tenaga, dan anak buahnya datang menemui kita di sini!”“Harusnya dia yang mengirim utusan, bukan aku!? Toh, kerja sama itu nggak ada imbas baikny
Melvin geleng-geleng melihat keberanian Davin.Belasan tahun mengabdi pada Nayama, baru kali ini ada yang berani menentang ucapan pemerintah, lehih-lebih, yang meminta Davin datang, adalah walikota sendiri.Sejak zaman Tuan Besar Juta memimpin dulu, tidak ada yang seperti Davin, mereka pasti hadir jika dipanggil walikota atau yang jabatannya lebih tinggi lagi. Hanya Davin yang memperlakukan walikota layaknya orang biasa.Tidak membedakan siapapun, mengajarkan arti kesetaraan yang kadang kala dilupakan semua orang, seperti itulah asas yang dipegang Davin.Beberapa jam kemudian, Melvin mendapat pesan dari Pak Cahya, isinya berupa ancaman bila Davin tak kunjung datang ke gedung walikota.“Aku bisa memenjarakan kalian karena pencemaran nama baik walikota. Ingat, ini panggilan resmi dari pemerintah. Kalian tidak boleh menyepelekannya begitu saja. Sekali lagi, ini resmi dari pemerintah, bukan panggilan abal-abal.”Deg!Melvin me
Markus adalah kepala polisi bagian yang dulu pernah hampir memenjarakan Davin karena dituduh melecehkan wanita bernama Claudia Latusia.Julius, yang merupakan anak buah Markus sekaligus paman Claudia, tidak mau menggali bukti. Dia bersikukuh, ingin menghukum Davin dengan hukuman seberat mungkin.Beruntung, Markus mau meminjamkan telepon kantor agar Davin bisa menghubungi Melvin.Andre, yang waktu itu ada tugas di sekitaran markas polisi daerah, segera berangkat menuju kantor polisi pusat bersama tiga pengawalnya, menggunakan jeep khusus anti peluru milik pihak intelejen negara.Lantas bagaimana nasib Julius sekarang?Ya, setelah dipecat secara tidak hormat, lalu video pemecatan itu ditayangkan ke semua stasiun televisi militer negara, hidupnya berubah drastis. Yang awalnya makmur setelah jadi kepala bidang humas, berakhir di trotoar dan kolong jembatan.Julius jatuh miskin, istrinya sakit parah. Dan, yang lebih mengejutkan, Keluarga Latusia
Pakaian polisi dicopot, Markus beserta Julius pergi menggunakan celana panjang dan kaos kasual seperti orang biasa. Mereka tidak membawa surat tugas atau apapun. Semata agar diperbolehkan masuk ke dalam Heaven Garden.Sesampainya di gerbang Heaven Garden, seperti biasa, lima angkatan darat bersenjata menyegat mobil jeep yang ditumpangi empat anggota polisi pusat.Dipimpin Markus, keempatnya keluar dari mobil dan memberi hormat pada para tentara.“Lapor, kami divisi dua kepolisian pusat ingin melaksanakan tugas!” ucap Markus dengan lantangnya.Seorang militer dengan sematan dua bintang di bahunya maju mendekati Markus.“Kami, barusan ditelepon Direktur Kuncoro, meminta agar tidak boleh ada seorang pun utusan pemerintah masuk ke komplek perumahan ini. Kalian datang atas perintah walikota, bukan? Ingat. Satu hal yang perlu kalian camkan di otak kalian!”“Semua yang tinggal di Heaven Garden adalah orang-orang suci,
“Saya tidak tahu, Tuan. Saya hanya melihat jeep tadi putar balik, lalu belok kanan. Entah pergi ke mana. Tapi, kemungkinan besar, mereka kembali ke markas pusat kepolisian.”Mayor Jenderal Andi diam sejenak. Salah satu anak buahnya datang melapor. Dengan seksama, pria itu mendengar, lalu mengangguk paham.“Barusan, anak buah saya menyampaikan informasi tentang keberadaan Markus dan Julius.”“Mereka menunggu di persimpangan dekat gerbang masuk Heaven Garden. Barusan anak buah saya melapor, lalu menahan mereka, siapa tahu Tuan memberi perintah lain. Tapi, kata anak buah saya, mereka sudah mengusir para polisi itu.”Davin menghela nafas, lagi dan lagi. “Kenapa Anda biarkan saja mereka pergi? Anda tidak tahu jika Markus dan bawahannya punya urusan dengan saya. Saya yang meminta mereka ke sini, bukan orang walikota.”“Maaf, Tuan Davin, saya hanya menjalani SOP yang berlaku di sini. Saya tidak mengizi
Davin merobek kertas depan surat yang diberikan Julius, lalu membacanya lantang-lantang.Tertulis, ada tiga tugas yang harus dilaksanakan pihak kepolisian pusat, lebih-lebih Markus selaku komandan tertinggi di sektor dua. Dan, ketiganya membuat Davin geleng-geleng, dia akhirnya percaya, manusia lebih kejam dari iblis.“Ternyata ini ancaman dari walikota, tidak buruk juga,” lirih Davin.“Hmm, berani sekali si Cahya, mau mecat Markus dari kursi kepolisian. Ada juga ancaman teror yang ditujukan pada keluarga kalian berdua. Menarik. Ini sungguh menarik. Baru kali ini aku lihat walikota seberani Cahya.”“Surat ini, kalau diedarkan ke publik, pasti memancing emosi masyarakat. Bagaimana tidak? Satu, dia menggunakan wewenangnya sebagai walikota untuk hal seperti ini. Dua, isi suratnya berupa intimidasi untuk kalian pihak kepolisian, juga pencemaran nama baik Nayama.”Melvin langsung menyela. “Sebentar, Tuan, apa ya
“Hey, kenapa? Tidak suka dengan caraku bicara? Itu memang benar, kan? Niatmu, melempar bukti korupsi saat acara pers berlangsung, agar kamu dianggap sebagai pahlawan ibukota, lalu mendapat medali karena berhasil mengungkap kasus raksasa ini?” “Melvin, diam!?” Davin membentak, membuat suasana hening dalam belasan detik. “Tujuan kita mengundang mereka, bukan untuk debat kusir, tapi menyusun rencana. Ingat, hei, ingat, kita satu tim, satu kubu. Jangan saling cerca, jangan saling hina!” Melvin dan Markus hanya bisa menunduk. Mereka mengucap maaf dalam hati, tapi tidak mau mengucapkannya. Seolah, mereka masih merasa, argumen-argumen mereka adalah yang terbaik, juga paling benar. “Rencana Markus, lumayan bagus. Tapi, menurutku, itu butuh waktu. Mencari bukti tidak semudah mencari ayam di tengah tumpukan nasi. Kecuali, jika bukti-bukti sudah terkumpul, kita bisa melabraknya. Tapi, aku ingin cara yang lebih elegan.” “Kita, pihak kepolisian, sudah menelusuri k
Cara balas dendam sudah dirasa pas, mereka tinggal menyusun rentetan barang yang dibutuhkan agar rencana berjalan sukses.“Di surat itu ada tiga ancaman. Dua di antaranya ancaman penjara karena tuduhan korupsi, penggelapan dana, sabotase media, dan penyalahgunaan wewenang. Itu tidak masalah bagiku. Tapi ancaman terakhir ini... sedikit gawat.”“Apa ancaman terakhirnya?” Melvin tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Cahya mengeluarkan undang-undang baru... perlindungan hukum bagi anggota sipil pemerintah dengan syarat dan kriteria tertentu. Jika ini terjadi, oknum militer dan polisi makin semena-mena menindas rakyat kecil.”Davin melirik Markus. “Bukan berarti aku merendahkan polisi sepertimu... tidak sama sekali. Kamu polisi jujur dan bertanggung jawab. Yang aku maksud di sini adalah oknum.”“Tidak perlu cemas, Tuan, saya bisa memaklumi itu. Memang, banyak oknum berkeliaran di sini. Kantorku saja