Share

152. Kenyataan Memang Pahit

“Hey, kenapa? Tidak suka dengan caraku bicara? Itu memang benar, kan? Niatmu, melempar bukti korupsi saat acara pers berlangsung, agar kamu dianggap sebagai pahlawan ibukota, lalu mendapat medali karena berhasil mengungkap kasus raksasa ini?”

“Melvin, diam!?” Davin membentak, membuat suasana hening dalam belasan detik. “Tujuan kita mengundang mereka, bukan untuk debat kusir, tapi menyusun rencana. Ingat, hei, ingat, kita satu tim, satu kubu. Jangan saling cerca, jangan saling hina!”

Melvin dan Markus hanya bisa menunduk. Mereka mengucap maaf dalam hati, tapi tidak mau mengucapkannya. Seolah, mereka masih merasa, argumen-argumen mereka adalah yang terbaik, juga paling benar.

“Rencana Markus, lumayan bagus. Tapi, menurutku, itu butuh waktu. Mencari bukti tidak semudah mencari ayam di tengah tumpukan nasi. Kecuali, jika bukti-bukti sudah terkumpul, kita bisa melabraknya. Tapi, aku ingin cara yang lebih elegan.”

“Kita, pihak kepolisian, sudah menelusuri k

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status