"Lancang sekali berani memikirkan hal seperti itu terhadap capo dei capi? Apa kau tidak tahu malu?" kecam seorang ketua mafia dari daerah kota S.
"Hum. Benar. Benigno Mensina, apa kau punya pikiran saat mengatakan hal seperti itu? Menggantikan Capo dei Capi katamu? Lalu siapa yang kau pikir akan menggantikannya? Dirimu itu?" Ketua Mafia dari daerah kota A ikut pula menimpali. Benigno sebelumnya sudah menduga pasti akan ada penolakan dari anggota lain entah itu mendominasi atau tidak. Tapi Benigno pula tidak peduli. Dia yakin di antara ratusan anggota SMG pasti masih ada yang sependapat dengannya. Apalagi mereka adalah orang-orang dengan latar belakang mafia. Kebanyakan pasti memiliki sifat serakah baik itu dalam bidang harta atau jabatan. "Tidak harus diriku, siapa pun boleh saja. Kita bisa saja memilihnya secara demokratis melalui pemungutan suara, kan?" usul Benigno dengan percaya diri. Ketua mafia dari kota A terkekeh. <"Sepertinya kita harus menyiapkan lagi bodyguard tambahan yang berfungsi sebagai pemantau untuk mengantisipasi terjadinya perampokan seperti Mensina Casino cabang via Agrigento," kata Ethan.Ethan selaku General Manager kini sedang berbicara dengan Kepala HRD Mensina Casino cabang pelabuhan, tempatnya bekerja."Bodyguard seperti apa? Dan ditempatkan dimana? Masalahnya bukan apa-apa, jumlah bodyguard yang kita punya saat ini pun masih kurang di setiap sift-nya. Karena dua bodyguard yang berada di Via Agrigento tertembak, kita terpaksa harus mengirim bodyguard dari sini ke Agrigento," kata HRD itu."Itu sebabnya aku mendatangimu. Aku ingin kau mencarikan lagi bodyguard yang lain. Yang memiliki sertifikat. Dan kalau bisa cari yang memiliki kemampuan lebih. Dan ah, ya ... tunggu sebentar!" Ethan menyela sebentar percakapan mereka saat ponselnya berbunyi. Ia melihat pada layar ponsel dan melihat kontak Dean Corio muncul dan melakuk
"Arabella, apa pria yang semalam datang mengantarmu ke sini kekasihmu?" tanya Margaretha pada putri angkatnya itu."Ah, bukan." Arabella menggelengkan kepalanya."Lalu, kalau begitu apa dia teman kencanmu? Bukannya kau masih berhubungan dengan Benigno Mensina. Kau masih kekasihnya, kan?" tanya Margaretha.Arabella menggelengkan kepalanya."Tidak lagi?"Arabella menghela napas dalam-dalam."Yang benar? Tuan Mensina mencampakkanmu? Apa dia memutuskan hubungan kalian?"Arabella masih tak bergeming, membuat Margaretha menjadi salah paham dengan sikap diam wanita itu."Jadi, benar dia telah mencampakkanmu? Bajingan itu! Apa dia tak menghargai kau yang sudah setia padanya selama beberapa tahun ini? Sekarang dia malah membuangmu begitu saja? Arabella! Jangan mau diperlakukan tidak adil olehnya. Kau harus berbuat sesuatu!"Margaretha menggoncang-goncang tubuh Arabella. Wanita itu sejak jadi kekasih Benigno Mensina tak pernah murung seperti ini. Biasanya Arabella hanya akan mengadu kesal padan
"Di mana Arabella, Crys?" tanya Benigno dengan tatap curiga.Crystal menatap Benigno malas. "Aku tidak tahu, kenapa Papa bertanya padaku?" tanya Crystal kesal.Melihat raut kesal di wajah Crystal itu malah membuat Benigno semakin curiga. "Kau tidak tahu? Tetapi kenapa wajahmu terlihat kesal begitu? Kalian bertengkar lagi?" tanya Benigno. Kali ini ia sendiri yang menunjukkan raut wajah kesal pada putrinya itu."Dia pergi," jawab Crystal ketus.Percuma juga berbohong, toh ayahnya juga akan tahu meski dia tidak berkata apa-apa.Sementara itu Benigno semakin meradang saat mendengar jawab ketus dari putrinya itu."Pergi? Kau mengusirnya?!"Crystal memutar bola matanya."Papa, ayolah! Aku tahu kau sudah mulai menyukai jalang itu. Tapi itu tidak berarti Papa harus menuduhku seperti itu, kan?""Papa tidak menuduhmu tanpa alasan. Kalau memang Arabella pergi dari sini, penyebab terbesarnya tidak lain dan tidak bukan itu pasti karena dirimu. Kau mengusirnya? Menyuruhnya pergi saat Papa tidak
"Ethan! Kau keterlaluan! Kau lebih memilih Papa daripada aku! Menyebalkan!" umpat Crystal."Aku tidak memilih siapa-siapa, Dear.""Tidak memilih siapa-siapa sama juga dengan tidak memilihku!" "Crys!""Sudah, jangan membujukku! Aku benci padamu, Ethan. Malam ini kau tak akan kuijinkan masuk ke kamar!"Usai mengatakan hal itu, Crystal pun segera masuk kembali ke kamar, membanting pintu keras-keras dan menguncinya dari dalam. Ethan hanya bisa menghela napas melihat kekesalan Crystal padanya."Jadi Arabella ada di rumahnya Margaretha?" tanya Benigno.Benigno tahu tentang ibu angkat kekasihnya itu. "Entahlah, aku tidak tahu nama ibu angkatnya itu, tapi yang pasti aku mengantarnya ke daerah Via Denaro di perumahan di atas bukit," kata Ethan.Benigno mengangguk-angguk paham."Baiklah, di situ memang rumahnya Margaretha," kata pria itu.Benigno sebenarnya belum pernah ke sana, tapi Arabella setahunya memang sering meminta ijin untuk mengunjungi ibu angkatnya ke daerah Via Denaro.Ethan meng
"Hei! Kenapa kau diam saja? Aku bertanya padamu," desak Benigno pada Ethan.Ethan terdiam sambil memasang senyum tipis di wajahnya. Dia tidak bisa menjelaskan pada Benigno hubungan seperti apa yang terjalin antara dia dan keluarga Bosseli. Oleh karena itu, mengabulkan permintaan Benigno untuk ia bergabung di The Black Roses adalah keputusan paling baik yang bisa dia ambil saat ini untuk mengalihkan keingintahuan Benigno akan hubungannya dengan dengan Diego Bosseli."Emm, baiklah. Aku bisa saja bergabung di The Black Roses. Tetapi aku tidak ingin menjabat sebagai seseorang yang penting di sana. Sebagai member biasa saja, bagaimana? Papa Ben kan tahu sendiri kalau aku ada banyak kesibukan. Aku masih harus mengurusi kasino'mu' di samping aku harus mengurus bengkelku sendiri. Bagaimana kalau aku harus mengurus The Black Roses lagi nanti? Bagaimana pun aku masih manusia biasa. Masih butuh istirahat dan aku bukan robot," kata Ethan, memberi pengertian pada mertuanya itu.Membayangkannya saj
Di kota Trapani, di markas The Monster, sedang berlangsung briefing yang diadakan oleh Alfonso kepada anak buahnya."Ternyata sangat menyenangkan melakukan pekerjaan ini. Aku tidak menyangka aksi kita terakhir kali merampok Mensina Casino membawa keuntungan besar. Ckckck! Kenapa aku bodoh sekali selama ini? Repot-repot merampok bank pemerintah padahal ada banyak usaha masyarakat kelas kakap yang bisa kita jadikan target dengan sedikit risiko," kekeh pria itu.Semua anak buah Alfonso yang ada di sana hanya mendengarkan ocehan Alfonso yang sedari tadi sibuk menghitung uang hasil rampokan mereka di kota C dan mereka bawa ke kota Trapani. Tak ada yang berani bersuara kecuali diminta. Semua takut pada Alfonso. Bukan, bukan karena pria itu memiliki badan yang besar atau karena jago berkelahi. Namun sifatnya yang seperti iblis mampu menyiksa dan membunuh orang lain yang kebanyakan membuat anak buahnya sering kali ketakutan.Alfonso t
"Hallo, Capo?" Paulo menyapa Ethan yang saat ini sedang berada di kota C."Ya, Paulo, ada kabar apa kau menelepon? Ada sesuatu yang penting?" tanya Ethan."Capo, aku ingin memberi informasi tentang di mana The Monster selanjutnya akan beraksi. Dan ... aku tidak bisa menelpon lama," kata Paulo memelankan suaranya."Bagaimana kabarmu, Paulo? Kau baik-baik saja di sana? Ah, maafkan aku. Harusnya aku menanyakan kabarmu terlebih dahulu," kata Ethan.Ah, lihatlah bosnya ini. Padahal Paulo sudah bilang kalau dia tidak bisa menelepon lama tapi bagi Ethan menanyakan kabar para anak buahnya lebih penting apalagi anak buahnya itu sedang ditugaskannya untuk melakukan sebuah misi."Capo, kabarku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Sekarang aku sedang tidak bisa banyak basa-basi, Capo. Aku butuh melaporkan segera padamu kemana mereka akan melakukan perampokan lagi kali ini," kata Paulo. "Baiklah, aku mendenga
Celcius Casino di Palermo."Capo, sepertinya apa yang dikatakan oleh Bernardo itu benar. Pihak Celcius Casino telah memperketat keamanannya agar kasino mereka tidak gampang untuk kita rampok," kata salah satu anak buah The Monster kepada Alfonso."Mereka bahkan memegang senjata masing-masing," imbuh anak buahnya yang lain.Alfonso hanya tertawa terkekeh."Hanya menambah bodyguard saja itu gampang untuk kita atasi. Kalian lihat, bodyguard-nya bahkan tak dibekali senjata," kata Alfonso lagi dengan remeh.Dari balik kaca film jendela mobil semua yang ada di dalam mobil itu melihat ke luar, ke arah beberapa bodyguard yang ada di depan kasino besar itu. Terlihat ada setidaknya delapan orang yang sedang berjaga di sana."Biasanya mereka hanya memakai empat orang bodyguard saja setiap sift-nya. Dan sekarang bayangkan hingga delapan orang," keluh salah seorang lagi.Hal itu membuat Alfonso yang mendengar keluhan itu kini mendelik jengkel pada salah satu anak buahnya yang duduk di belakang."B
Markas The Monster di Trapani,Paulo menatap jam dinding yang sedang menunjukkan pukul delapan malam saat ini. Dilihatnya suasana sekitar markas. Terlihat sepi, tak seperti biasanya. Hal ini disebabkan sebagian besar penghuni markas ini dibawa oleh Alfonso ke Palermo untuk melaksanakan misi mereka melakukan perampokan di salah satu kasino ternama di sana."Sepi sekali, uhhh!!" Paulo pura-pura mengeluhkan situasi markas yang terlihat sepi."Nanti juga kalau mereka pulang akan kembali ramai. Apalagi kalau mereka berhasil merampok Celcius Casino, mereka pasti akan bercerita kisah mereka dan membesar-besarkannya seperti yang sudah-sudah, ckckck, menyebalkan!" kata salah seorang anggota The Monster.Paulo terkekeh menanggapinya."Lalu sekarang kita akan mengerjakan apa?" tanya Paulo."Kita? Mengerjakan apa? Maaf, Aku sedang tidak ingin mengerjakan apa-apa. Aku mengantuk. Tapi kalau kerajinan, mungkin kau bisa membersihkan beberapa ruangan di markas ini. Ada beberapa botol minuman di lant
Celcius Casino di Palermo."Capo, sepertinya apa yang dikatakan oleh Bernardo itu benar. Pihak Celcius Casino telah memperketat keamanannya agar kasino mereka tidak gampang untuk kita rampok," kata salah satu anak buah The Monster kepada Alfonso."Mereka bahkan memegang senjata masing-masing," imbuh anak buahnya yang lain.Alfonso hanya tertawa terkekeh."Hanya menambah bodyguard saja itu gampang untuk kita atasi. Kalian lihat, bodyguard-nya bahkan tak dibekali senjata," kata Alfonso lagi dengan remeh.Dari balik kaca film jendela mobil semua yang ada di dalam mobil itu melihat ke luar, ke arah beberapa bodyguard yang ada di depan kasino besar itu. Terlihat ada setidaknya delapan orang yang sedang berjaga di sana."Biasanya mereka hanya memakai empat orang bodyguard saja setiap sift-nya. Dan sekarang bayangkan hingga delapan orang," keluh salah seorang lagi.Hal itu membuat Alfonso yang mendengar keluhan itu kini mendelik jengkel pada salah satu anak buahnya yang duduk di belakang."B
"Hallo, Capo?" Paulo menyapa Ethan yang saat ini sedang berada di kota C."Ya, Paulo, ada kabar apa kau menelepon? Ada sesuatu yang penting?" tanya Ethan."Capo, aku ingin memberi informasi tentang di mana The Monster selanjutnya akan beraksi. Dan ... aku tidak bisa menelpon lama," kata Paulo memelankan suaranya."Bagaimana kabarmu, Paulo? Kau baik-baik saja di sana? Ah, maafkan aku. Harusnya aku menanyakan kabarmu terlebih dahulu," kata Ethan.Ah, lihatlah bosnya ini. Padahal Paulo sudah bilang kalau dia tidak bisa menelepon lama tapi bagi Ethan menanyakan kabar para anak buahnya lebih penting apalagi anak buahnya itu sedang ditugaskannya untuk melakukan sebuah misi."Capo, kabarku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Sekarang aku sedang tidak bisa banyak basa-basi, Capo. Aku butuh melaporkan segera padamu kemana mereka akan melakukan perampokan lagi kali ini," kata Paulo. "Baiklah, aku mendenga
Di kota Trapani, di markas The Monster, sedang berlangsung briefing yang diadakan oleh Alfonso kepada anak buahnya."Ternyata sangat menyenangkan melakukan pekerjaan ini. Aku tidak menyangka aksi kita terakhir kali merampok Mensina Casino membawa keuntungan besar. Ckckck! Kenapa aku bodoh sekali selama ini? Repot-repot merampok bank pemerintah padahal ada banyak usaha masyarakat kelas kakap yang bisa kita jadikan target dengan sedikit risiko," kekeh pria itu.Semua anak buah Alfonso yang ada di sana hanya mendengarkan ocehan Alfonso yang sedari tadi sibuk menghitung uang hasil rampokan mereka di kota C dan mereka bawa ke kota Trapani. Tak ada yang berani bersuara kecuali diminta. Semua takut pada Alfonso. Bukan, bukan karena pria itu memiliki badan yang besar atau karena jago berkelahi. Namun sifatnya yang seperti iblis mampu menyiksa dan membunuh orang lain yang kebanyakan membuat anak buahnya sering kali ketakutan.Alfonso t
"Hei! Kenapa kau diam saja? Aku bertanya padamu," desak Benigno pada Ethan.Ethan terdiam sambil memasang senyum tipis di wajahnya. Dia tidak bisa menjelaskan pada Benigno hubungan seperti apa yang terjalin antara dia dan keluarga Bosseli. Oleh karena itu, mengabulkan permintaan Benigno untuk ia bergabung di The Black Roses adalah keputusan paling baik yang bisa dia ambil saat ini untuk mengalihkan keingintahuan Benigno akan hubungannya dengan dengan Diego Bosseli."Emm, baiklah. Aku bisa saja bergabung di The Black Roses. Tetapi aku tidak ingin menjabat sebagai seseorang yang penting di sana. Sebagai member biasa saja, bagaimana? Papa Ben kan tahu sendiri kalau aku ada banyak kesibukan. Aku masih harus mengurusi kasino'mu' di samping aku harus mengurus bengkelku sendiri. Bagaimana kalau aku harus mengurus The Black Roses lagi nanti? Bagaimana pun aku masih manusia biasa. Masih butuh istirahat dan aku bukan robot," kata Ethan, memberi pengertian pada mertuanya itu.Membayangkannya saj
"Ethan! Kau keterlaluan! Kau lebih memilih Papa daripada aku! Menyebalkan!" umpat Crystal."Aku tidak memilih siapa-siapa, Dear.""Tidak memilih siapa-siapa sama juga dengan tidak memilihku!" "Crys!""Sudah, jangan membujukku! Aku benci padamu, Ethan. Malam ini kau tak akan kuijinkan masuk ke kamar!"Usai mengatakan hal itu, Crystal pun segera masuk kembali ke kamar, membanting pintu keras-keras dan menguncinya dari dalam. Ethan hanya bisa menghela napas melihat kekesalan Crystal padanya."Jadi Arabella ada di rumahnya Margaretha?" tanya Benigno.Benigno tahu tentang ibu angkat kekasihnya itu. "Entahlah, aku tidak tahu nama ibu angkatnya itu, tapi yang pasti aku mengantarnya ke daerah Via Denaro di perumahan di atas bukit," kata Ethan.Benigno mengangguk-angguk paham."Baiklah, di situ memang rumahnya Margaretha," kata pria itu.Benigno sebenarnya belum pernah ke sana, tapi Arabella setahunya memang sering meminta ijin untuk mengunjungi ibu angkatnya ke daerah Via Denaro.Ethan meng
"Di mana Arabella, Crys?" tanya Benigno dengan tatap curiga.Crystal menatap Benigno malas. "Aku tidak tahu, kenapa Papa bertanya padaku?" tanya Crystal kesal.Melihat raut kesal di wajah Crystal itu malah membuat Benigno semakin curiga. "Kau tidak tahu? Tetapi kenapa wajahmu terlihat kesal begitu? Kalian bertengkar lagi?" tanya Benigno. Kali ini ia sendiri yang menunjukkan raut wajah kesal pada putrinya itu."Dia pergi," jawab Crystal ketus.Percuma juga berbohong, toh ayahnya juga akan tahu meski dia tidak berkata apa-apa.Sementara itu Benigno semakin meradang saat mendengar jawab ketus dari putrinya itu."Pergi? Kau mengusirnya?!"Crystal memutar bola matanya."Papa, ayolah! Aku tahu kau sudah mulai menyukai jalang itu. Tapi itu tidak berarti Papa harus menuduhku seperti itu, kan?""Papa tidak menuduhmu tanpa alasan. Kalau memang Arabella pergi dari sini, penyebab terbesarnya tidak lain dan tidak bukan itu pasti karena dirimu. Kau mengusirnya? Menyuruhnya pergi saat Papa tidak
"Arabella, apa pria yang semalam datang mengantarmu ke sini kekasihmu?" tanya Margaretha pada putri angkatnya itu."Ah, bukan." Arabella menggelengkan kepalanya."Lalu, kalau begitu apa dia teman kencanmu? Bukannya kau masih berhubungan dengan Benigno Mensina. Kau masih kekasihnya, kan?" tanya Margaretha.Arabella menggelengkan kepalanya."Tidak lagi?"Arabella menghela napas dalam-dalam."Yang benar? Tuan Mensina mencampakkanmu? Apa dia memutuskan hubungan kalian?"Arabella masih tak bergeming, membuat Margaretha menjadi salah paham dengan sikap diam wanita itu."Jadi, benar dia telah mencampakkanmu? Bajingan itu! Apa dia tak menghargai kau yang sudah setia padanya selama beberapa tahun ini? Sekarang dia malah membuangmu begitu saja? Arabella! Jangan mau diperlakukan tidak adil olehnya. Kau harus berbuat sesuatu!"Margaretha menggoncang-goncang tubuh Arabella. Wanita itu sejak jadi kekasih Benigno Mensina tak pernah murung seperti ini. Biasanya Arabella hanya akan mengadu kesal padan
"Sepertinya kita harus menyiapkan lagi bodyguard tambahan yang berfungsi sebagai pemantau untuk mengantisipasi terjadinya perampokan seperti Mensina Casino cabang via Agrigento," kata Ethan.Ethan selaku General Manager kini sedang berbicara dengan Kepala HRD Mensina Casino cabang pelabuhan, tempatnya bekerja."Bodyguard seperti apa? Dan ditempatkan dimana? Masalahnya bukan apa-apa, jumlah bodyguard yang kita punya saat ini pun masih kurang di setiap sift-nya. Karena dua bodyguard yang berada di Via Agrigento tertembak, kita terpaksa harus mengirim bodyguard dari sini ke Agrigento," kata HRD itu."Itu sebabnya aku mendatangimu. Aku ingin kau mencarikan lagi bodyguard yang lain. Yang memiliki sertifikat. Dan kalau bisa cari yang memiliki kemampuan lebih. Dan ah, ya ... tunggu sebentar!" Ethan menyela sebentar percakapan mereka saat ponselnya berbunyi. Ia melihat pada layar ponsel dan melihat kontak Dean Corio muncul dan melakuk