Ekspresi Musafa dan yang lainnya langsung berubah."Di saat seperti ini, kamu masih saja keras kepala. Sekarang kami nggak punya waktu untuk memberimu pelajaran. Setelah kami selesai menyaksikan pemilihan dan kembali, kami akan mencari perhitungan denganmu perlahan-lahan. Sudah kubilang hari ini kami akan menghabisimu, maka kami akan melakukannya!"Setelahnya, mereka tidak memedulikan Ardika lagi. Satu per satu dari mereka menghubungi sopir mereka untuk datang menjemput mereka.Amarah Futari langsung meluap mendengar ucapan arogan pemuda-pemuda itu."Untuk apa kalian bersikap arogan seperti itu? Kalian mengejek kakak iparku nggak bisa pergi ke sana, ya? Sekarang aku akan perlihatkan pada kalian!"Gadis muda itu mengeluarkan ponselnya dengan marah, lalu menghubungi ayahnya.Dia merengek manja pada ayahnya, mengatakan bahwa dia ingin pergi melihat pemilihan awal yang diselenggarakan oleh tim tempur.Tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia ingin pergi ke sana demi Ardika."Sayang
"Itu tergantung apa kesalahan Ardika."Doni berkata dengan serius, "Kalau kesalahannya besar, biarpun dia bukan anggota tim tempur, dia juga akan dijatuhi vonis hukuman. Kalau kesalahannya kecil, juga akan diberi pelajaran.""Lagi pula, idiot itu sangat arogan, mungkin dia akan diberi pelajaran dengan dihajar habis-habisan. Anggota departemen disiplin bukanlah orang-orang yang mudah dihadapi, nggak peduli sekeras apa pun orang yang jatuh ke tangan mereka, pada akhirnya juga akan tunduk pada mereka!"Begitu mendengar ucapan ayahnya, ekspresi Futari langsung berubah menjadi pucat."Semoga Kak Ardika nggak melawan mereka, kooperatif dalam menjalani pemeriksaan."Handoko juga khawatir setengah mati."Hahaha, baru sampai saja dia sudah dicari oleh anggota departemen disiplin, nggak lama lagi ajalnya akan tiba!""Menurut kalian, apa dia berani memaki anggota departemen disiplin pecundang? Kalau dia benar-benar berani melakukannya, aku yakin dia pasti akan dihajar hingga babak belur!""Ardika
Sekelompok pemuda itu ditarik turun dari tempat mereka berdiri.Setelah berusaha meronta, Musafa tetap ditarik turun. Dengan wajah memerah, dia berteriak dengan marah, "Apa yang kalian lakukan?! Bersikaplah sopan padaku! Aku adalah Musafa dari Keluarga Lumino Kota Barokah!""Plak!"Para prajurit paling membenci generasi muda keluarga kaya terkemuka yang arogan seperti ini. Dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Musafa."Keluarga Lumino apaan? Aku nggak peduli. Siapa yang mengizinkan orang luar seperti kalian berada di sini? Apa kalian nggak tahu tempat ini adalah area terlarang militer .... Apa yang ada dalam genggamanmu itu? Cepat serahkan padaku!"Teleskop dalam genggaman Musafa langsung direbut oleh prajurit tersebut."Teleskop khusus militer? Kamu adalah mata-mata?"Sekelompok prajurit langsung mengepung Musafa dan yang lainnya, lalu memeriksa tubuh mereka."Aku bukan mata-mata! Aku hanya ingin lihat penampilan Dewa Perang! Kalian jangan menuduhku dengan sembarangan!" teri
Reno tidak ingin orang itu melihat dirinya.Namun, hal yang ditakutinya malah terjadi.Ardika kebetulan melihatnya.Di dalam formasi itu, semua orang berdiri tegak melihat Dewa Perang.Mereka semua menunjukkan semangat yang membara kepada Dewa Perang.Hanya satu orang itu saja yang menundukkan kepalanya.Jadi, apa sulitnya menyadari keberadaan orang itu?Reno sudah mengenakan seragam militer seperti Ardika. Ardika juga tidak mengenali pria itu. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Prajurit yang satu itu, kenapa kamu menundukkan kepalamu? Cepat angkat kepalamu!"Dalam sekejap, sorot mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada wajah Reno.Reno ingin hilang ditelan bumi saat ini juga.Saking gugupnya, dia berkata dengan gigi terkatup, "Lapor .... Lapor Tuan Dewa Perang. Aku ... aku takut ...."Seakan-akan tidak melewati otaknya, dia mengucapkan kata-kata itu secara spontan.Dia tidak menyadari bahwa kata-kata itu adalah kata-kata yang tabu dalam tim tempur.Samar-samar, ekspresi ma
Semua prajurit yang berada di lokasi langsung terdiam.Mereka bisa merasakan betapa kejamnya situasi di medan perang perbatasan setelah melihat luka-luka di tubuh Draco."Pakailah pakaianmu."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Semuanya, tadi kalian sudah lihat sendiri, 'kan? Mengapa hingga saat ini Komandan kalian masih lajang? Karena dia takut begitu pakaiannya dilepas akan menakuti wanita."Walaupun Ardika terdengar seperti sedang bercanda, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa tertawa."Medan tempur perbatasan bukanlah tambang emas, bukanlah tempat yang bisa menjamin masa depan kalian cerah, melainkan kalian harus berjuang keras dengan seluruh jiwa dan raga kalian.""Hanya satu pesan dariku, kalau kalian ingin memperoleh jabatan dan kekayaan, carilah tempat lain. Kalau kalian takut mati, jangan mengambil jalan ini."Selesai melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam, Ardika langsung berbalik dan pergi.Sementara itu, semua orang di tempat pelatihan itu berdiri mematung cu
Draco menghampiri Handoko, lalu menepuk kepalanya dan berkata, "Ayo kita pergi. Aku akan membawa kalian berkeliling di markas tim tempur. Kali ini, kalian mendapat izin resmi, nggak akan ditangkap lagi."Draco sangat menyayangi Handoko, dia sudah menganggap Handoko sebagai adik lelakinya sendiri."Terima kasih, Kak Draco, kamu sudah datang menyelamatkan kami."Dalam sekejap, Handoko langsung merasa lega. Namun, detik berikutnya, dia kembali merasa khawatir."Kak Draco, di mana kakak iparku? Apa dia melakukan kesalahan yang besar?""Dia nggak salah apa-apa!" kata Draco dengan kesal.Futari bertanya, "Kalau begitu, mengapa anggota departemen disiplin mencarinya?""Oh, mereka hanya ingin menanyakan beberapa hal darinya," jawab Draco dengan singkat.Hariyo langsung memelotot dan berkata, "Kalau begitu Ardika yang melaporkan kami semua, kami baru ditangkap!"Draco langsung memelototinya dan berkata, "Eh, bocah, jaga sopan santunmu pada kakak iparmu! Kalau kamu berani bersikap nggak sopan pa
"Bajingan yang telah memukulku sebelumnya, aku juga akan menampar wajahnya hingga membengkak!""Aku adalah putra Kodam Provinsi Denpapan, bukan seseorang yang bisa kalian pukul! Aku ingin tim tempur Kota Banyuli bertanggung jawab atas hal ini!"Sekelompok pemuda itu berteriak dengan arogan.Bahkan Waluya juga melontarkan beberapa patah kata dengan dingin, citranya sebagai putra Kodam sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Tadi, dia juga menerima banyak pukulan.Mengingat identitasnya adalah tuan muda yang paling terhormat di Provinsi Denpapan, tentu saja dia tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.Tiba-tiba, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Waluya, bagaimana kalau aku meminta ayahmu datang untuk menjemputmu?"Waluya melirik Ardika dengan sorot mata mengejek, lalu berkata, "Kamu pikir kamu siapa? Ayahku sangat sibuk, aku nggak perlu ayahku datang secara pribadi untuk menjemputku! Oh ya, Draco sendiri yang perlu bertanggung jawab atas hal ini!"Helios dan Draco sama-sama me
"Ardika, kamu benar-benar orang yang licik!""Tunggu saja ajal menjemputmu! Keluarga Demode nggak akan melepaskanmu! Kamu juga nggak akan melepaskanmu! Biarpun sekarang kamu berlutut dan meminta maaf pada kami, sudah nggak ada gunanya lagi!"Biarpun mereka sama-sama menyukai Lea dan hubungan di antara mereka memang tidak harmonis, tetapi melihat Reno berakhir menyedihkan seperti itu, mereka juga ikut bersedih atas nasib buruk yang menimpa Reno.Mereka sangat membenci Ardika."Oh? Kalau begitu, aku tunggu keluarga kalian membalas dendam padaku."Ardika menggelengkan kepalanya, dia malas memedulikan sekelompok orang bodoh itu. Dia melambaikan tangannya kepada anggota departemen disiplin, lalu berkata, "Mereka nggak ingin pergi, tetap saja kurung mereka di sini. Kalau mereka ingin pergi, boleh saja. Tapi, harus ayah mereka yang datang secara pribadi untuk menjemput mereka."Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut."Ardika, kamu pikir kamu siapa?! Hanya dengan a