Share

Bab 744 Mata-Mata

Penulis: Sarjana
Sekelompok pemuda itu ditarik turun dari tempat mereka berdiri.

Setelah berusaha meronta, Musafa tetap ditarik turun. Dengan wajah memerah, dia berteriak dengan marah, "Apa yang kalian lakukan?! Bersikaplah sopan padaku! Aku adalah Musafa dari Keluarga Lumino Kota Barokah!"

"Plak!"

Para prajurit paling membenci generasi muda keluarga kaya terkemuka yang arogan seperti ini. Dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Musafa.

"Keluarga Lumino apaan? Aku nggak peduli. Siapa yang mengizinkan orang luar seperti kalian berada di sini? Apa kalian nggak tahu tempat ini adalah area terlarang militer .... Apa yang ada dalam genggamanmu itu? Cepat serahkan padaku!"

Teleskop dalam genggaman Musafa langsung direbut oleh prajurit tersebut.

"Teleskop khusus militer? Kamu adalah mata-mata?"

Sekelompok prajurit langsung mengepung Musafa dan yang lainnya, lalu memeriksa tubuh mereka.

"Aku bukan mata-mata! Aku hanya ingin lihat penampilan Dewa Perang! Kalian jangan menuduhku dengan sembarangan!" teri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Any S
plot terlalu banyak, smpi bingung ceritanya bermula di mana ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 745 Prajurit Pengecut

    Reno tidak ingin orang itu melihat dirinya.Namun, hal yang ditakutinya malah terjadi.Ardika kebetulan melihatnya.Di dalam formasi itu, semua orang berdiri tegak melihat Dewa Perang.Mereka semua menunjukkan semangat yang membara kepada Dewa Perang.Hanya satu orang itu saja yang menundukkan kepalanya.Jadi, apa sulitnya menyadari keberadaan orang itu?Reno sudah mengenakan seragam militer seperti Ardika. Ardika juga tidak mengenali pria itu. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Prajurit yang satu itu, kenapa kamu menundukkan kepalamu? Cepat angkat kepalamu!"Dalam sekejap, sorot mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada wajah Reno.Reno ingin hilang ditelan bumi saat ini juga.Saking gugupnya, dia berkata dengan gigi terkatup, "Lapor .... Lapor Tuan Dewa Perang. Aku ... aku takut ...."Seakan-akan tidak melewati otaknya, dia mengucapkan kata-kata itu secara spontan.Dia tidak menyadari bahwa kata-kata itu adalah kata-kata yang tabu dalam tim tempur.Samar-samar, ekspresi ma

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 746 Kak Draco

    Semua prajurit yang berada di lokasi langsung terdiam.Mereka bisa merasakan betapa kejamnya situasi di medan perang perbatasan setelah melihat luka-luka di tubuh Draco."Pakailah pakaianmu."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Semuanya, tadi kalian sudah lihat sendiri, 'kan? Mengapa hingga saat ini Komandan kalian masih lajang? Karena dia takut begitu pakaiannya dilepas akan menakuti wanita."Walaupun Ardika terdengar seperti sedang bercanda, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa tertawa."Medan tempur perbatasan bukanlah tambang emas, bukanlah tempat yang bisa menjamin masa depan kalian cerah, melainkan kalian harus berjuang keras dengan seluruh jiwa dan raga kalian.""Hanya satu pesan dariku, kalau kalian ingin memperoleh jabatan dan kekayaan, carilah tempat lain. Kalau kalian takut mati, jangan mengambil jalan ini."Selesai melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam, Ardika langsung berbalik dan pergi.Sementara itu, semua orang di tempat pelatihan itu berdiri mematung cu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 747 Laporan

    Draco menghampiri Handoko, lalu menepuk kepalanya dan berkata, "Ayo kita pergi. Aku akan membawa kalian berkeliling di markas tim tempur. Kali ini, kalian mendapat izin resmi, nggak akan ditangkap lagi."Draco sangat menyayangi Handoko, dia sudah menganggap Handoko sebagai adik lelakinya sendiri."Terima kasih, Kak Draco, kamu sudah datang menyelamatkan kami."Dalam sekejap, Handoko langsung merasa lega. Namun, detik berikutnya, dia kembali merasa khawatir."Kak Draco, di mana kakak iparku? Apa dia melakukan kesalahan yang besar?""Dia nggak salah apa-apa!" kata Draco dengan kesal.Futari bertanya, "Kalau begitu, mengapa anggota departemen disiplin mencarinya?""Oh, mereka hanya ingin menanyakan beberapa hal darinya," jawab Draco dengan singkat.Hariyo langsung memelotot dan berkata, "Kalau begitu Ardika yang melaporkan kami semua, kami baru ditangkap!"Draco langsung memelototinya dan berkata, "Eh, bocah, jaga sopan santunmu pada kakak iparmu! Kalau kamu berani bersikap nggak sopan pa

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 748 Ardika Sangat Kejam

    "Bajingan yang telah memukulku sebelumnya, aku juga akan menampar wajahnya hingga membengkak!""Aku adalah putra Kodam Provinsi Denpapan, bukan seseorang yang bisa kalian pukul! Aku ingin tim tempur Kota Banyuli bertanggung jawab atas hal ini!"Sekelompok pemuda itu berteriak dengan arogan.Bahkan Waluya juga melontarkan beberapa patah kata dengan dingin, citranya sebagai putra Kodam sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Tadi, dia juga menerima banyak pukulan.Mengingat identitasnya adalah tuan muda yang paling terhormat di Provinsi Denpapan, tentu saja dia tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.Tiba-tiba, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Waluya, bagaimana kalau aku meminta ayahmu datang untuk menjemputmu?"Waluya melirik Ardika dengan sorot mata mengejek, lalu berkata, "Kamu pikir kamu siapa? Ayahku sangat sibuk, aku nggak perlu ayahku datang secara pribadi untuk menjemputku! Oh ya, Draco sendiri yang perlu bertanggung jawab atas hal ini!"Helios dan Draco sama-sama me

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 749 Mereka Memberi Hormat Kepada Kakak Iparmu

    "Ardika, kamu benar-benar orang yang licik!""Tunggu saja ajal menjemputmu! Keluarga Demode nggak akan melepaskanmu! Kamu juga nggak akan melepaskanmu! Biarpun sekarang kamu berlutut dan meminta maaf pada kami, sudah nggak ada gunanya lagi!"Biarpun mereka sama-sama menyukai Lea dan hubungan di antara mereka memang tidak harmonis, tetapi melihat Reno berakhir menyedihkan seperti itu, mereka juga ikut bersedih atas nasib buruk yang menimpa Reno.Mereka sangat membenci Ardika."Oh? Kalau begitu, aku tunggu keluarga kalian membalas dendam padaku."Ardika menggelengkan kepalanya, dia malas memedulikan sekelompok orang bodoh itu. Dia melambaikan tangannya kepada anggota departemen disiplin, lalu berkata, "Mereka nggak ingin pergi, tetap saja kurung mereka di sini. Kalau mereka ingin pergi, boleh saja. Tapi, harus ayah mereka yang datang secara pribadi untuk menjemput mereka."Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut."Ardika, kamu pikir kamu siapa?! Hanya dengan a

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 750 Tuan Kodam

    Melihat orang-orang yang sedang mendorong anggota Grup Bintang Darma, Ardika berkata dengan dingin, "Cepat suruh mereka berhenti sekarang juga! Lalu bawa mereka pergi dari sini!""Ardika dasar pecundang! Apa kamu pikir kamu berhak untuk mengusirku?!"Hardi memasang ekspresi muram."Plak!"Ardika langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria paruh baya itu sampai pria paruh baya itu gemuk itu terjatuh ke lantai."Oh, begitu, ya? Bagaimana dengan tamparanku?""Kamu!"Saking kesakitannya, Hardi berteriak dengan keras. Sambil menutupi wajahnya, dia memelototi Ardika.Pada akhirnya, dia merasa ketakutan."Ayo kita pergi!"Dia segera merangkak bangkit, lalu melambaikan tangannya kepada anak buahnya dan pergi meninggalkan ruangan itu bersama mereka.Sebelum keluar, dia menoleh dan berkata pada Ardika dengan marah, "Tunggu saja kamu! Setelah tuan muda-tuan muda kembali, aku akan menghabisimu!""Pergi sana!"Ardika hanya menanggapinya dengan dua kata dingin.Hardi mendengus dengan kesal, lal

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 751 Kodam Meminta Maaf

    Di dalam ruang pertemuan.Begitu sampai di depan pintu, Hardi melihat Ardika sedang duduk di kursi utama dengan menyilangkan kakinya sambil merokok dan bermain ponsel."Bam!"Hardi langsung menendang pintu hingga terbuka, lalu berteriak dengan marah, "Ardika, ayah para tuan muda sudah datang! Cepat berlutut dan memberi hormat kepada mereka!"Dia memelototi Ardika dengan arogan.Namun, siapa sangka, begitu sekelompok orang di belakangnya mendengar ucapannya, ekspresi orang-orang tersebut langsung berubah drastis.Ardika mengangkat kepalanya dengan santai, lalu melirik ke arah mereka sekilas."Oh, kalian sudah datang, ya?"Setelah melontarkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh, dia menundukkan kepalanya, mengalihkan pandangannya kembali ke ponselnya."Ardika, berani-beraninya kamu bersikap lancang seperti itu!"Hardi memelototi Ardika dan berkata, "Tuan Kodam sudah datang, para kepala keluarga terkemuka juga sudah datang! Berani-beraninya kamu masih duduk di sana ....""Bisakah kamu t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 752 Apa Kamu Memenuhi Kualifikasi Menjadi Anjingku

    Ardika tidak ingin menambah masalah yang tidak penting bagi dirinya sendiri.Karena orang-orang itu sudah tahu dia berada di Kota Banyuli, ke depannya mereka pasti akan datang menemuinya karena berbagai tujuan.Sejak sebelumnya identitasnya hampir terekspos, mungkin saja sebuah kursi milik Keluarga Basagita saja bisa bernilai puluhan miliar.Jadi, sebaiknya dia memberi mereka peringatan terlebih dahulu.Helios menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dewa Perang nggak perlu khawatir, aku akan meminta pihak-pihak yang bersangkutan untuk merahasiakan hal ini dengan baik."Para kepala keluarga terkemuka juga memahami maksud Ardika. Mereka segera berjanji bahwa mereka tidak akan membocorkan sepatah kata pun mengenai Ardika."Brak!"Setelah Helios dan yang lainnya pergi, Hardi langsung berlutut di lantai.Kemudian, dia merangkak menghampiri Ardika.Sambil menangis, Hardi menampar dirinya sendiri. "Ardika, aku bersalah, aku sudah bersalah. Aku benar-benar buta. Aku sudah memandang rendah kamu.

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2123 Menunjukkan Kesetiaan

    "Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2122 Pulih Kembali

    Berdasarkan rencana awal Ardika, membersihkan cabang Gotawa dan cabang Provinsi Denpapan, bisa dilakukan dengan menghabisi setengah anggota, lalu memenangkan hati setengah anggota.Diberi hukuman terlebih dahulu, baru diberi yang manis-manis. Dengan cara seperti ini, sudah bisa memegang kekuasaan dengan kokoh.Namun, saat dia melihat Vita, dia berubah pikiran.Dia ingin membuat Vita sepenuhnya tunduk padanya, bukannya ingin meninggalkan ancaman untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia harus membuat wanita itu menyetujui penawarannya tanpa terpaksa.Ardika tidak bermaksud untuk memaksa wanita itu.Dia sudah memberi wanita itu kesempatan, apakah wanita itu bersedia menangkap kesempatan ini atau tidak, tergantung pada wanita itu sendiri.Setelah terdiam sejenak, Vita langsung melangkah maju dan berlutut di hadapan Ardika."Vita memberi hormat kepada Pak Ardika!""Mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan perintah Pak Ardika!"Begitu mengambil keputusan, Vita tidak ragu lagi. Dia melo

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2121 Beri Aku Jawabanmu

    Pedang Ular Gelap.Pedang itu adalah senjata ajaib Vanya, sang Ratu Ular, juga merupakan pedang suci yang mewakili kekuasaan tertinggi Organisasi Snakei.Pedang yang terpampang nyata di depan mata ini, sangat jelas adalah replikanya.Biarpun hanya replika, juga hanya ketua cabang Organisasi Snakei yang memenuhi kualifikasi untuk memilikinya.Kala itu, sebagai orang berbakat yang menempati peringkat sepuluh besar dari tiga puluh enam cabang Organisasi Snakei, Vanya, sang Ratu Ular baru memberi Vita sebilah pedang ini.Sebelumnya, Vita membawa Pedang Ular Gelap ke Kota Banyuli. Dia mengira hanya dengan membawa Pedang Ular Gelap, dia sudah bisa menekan pembunuh ayah angkatnya.Namun, siapa sangka Ardika bisa melumpuhkannya dengan mudah dan merebut Pedang Ular Gelap.Setelahnya, karena Pedang Ular Gelap, muncullah serangkaian masalah.Jadi, saat melihat Pedang Ular Gelap yang dulunya ada di tangannya itu, kembali muncul di hadapannya, perasaan Vita campur aduk.Namun, hal yang membuatnya t

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2120 Pedang Ular Gelap

    "Hal yang mudah ...."Vita menatap Ardika dengan lekat, sekujur tubuhnya gemetaran.Hanya saja, setelah kehilangan segalanya, dia baru menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang dimilikinya dulu.Terutama setelah kekuatannya dilumpuhkan, dia benar-benar merasakan betapa kejamnya dunia ini.Orang-orang yang dulunya menjilatnya, rekan-rekan yang selalu menyapanya dengan penuh hormat, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menganggapnya seperti orang asing.Para senior dan tetua Organisasi Snakei cabang Gotawa yang sebelumnya sangat menyayanginya dan membelanya, tidak lagi memedulikannya. Pada akhirnya, mereka bahkan memindahkannya ke cabang Provinsi Denpapan, menempatkannya di posisi wakil ketua cabang Provinsi Denpapan.Setelah bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan, dia selalu ditindas oleh orang-orang. Hari ini, kalau dia benar-benar jatuh ke tangan Cahdani, dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.Vita bertanya dengan susah payah, "Apa persy

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2119 Hal yang Mudah

    Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2118 Memangnya Kamu Pantas Aku Permalukan

    "Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2117 Mengantarku

    Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2116 Ganti Tempat untuk Bicara

    Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2115 Mati Bersama

    Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status