Ardika tidak ingin menambah masalah yang tidak penting bagi dirinya sendiri.Karena orang-orang itu sudah tahu dia berada di Kota Banyuli, ke depannya mereka pasti akan datang menemuinya karena berbagai tujuan.Sejak sebelumnya identitasnya hampir terekspos, mungkin saja sebuah kursi milik Keluarga Basagita saja bisa bernilai puluhan miliar.Jadi, sebaiknya dia memberi mereka peringatan terlebih dahulu.Helios menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dewa Perang nggak perlu khawatir, aku akan meminta pihak-pihak yang bersangkutan untuk merahasiakan hal ini dengan baik."Para kepala keluarga terkemuka juga memahami maksud Ardika. Mereka segera berjanji bahwa mereka tidak akan membocorkan sepatah kata pun mengenai Ardika."Brak!"Setelah Helios dan yang lainnya pergi, Hardi langsung berlutut di lantai.Kemudian, dia merangkak menghampiri Ardika.Sambil menangis, Hardi menampar dirinya sendiri. "Ardika, aku bersalah, aku sudah bersalah. Aku benar-benar buta. Aku sudah memandang rendah kamu.
Di antara belasan pemuda itu, Musafa yang paling menggilai Lea.Kali ini, dia juga yang paling antusias datang ke Kota Banyuli untuk membalaskan dendam Lea.Karena mengetahui Musafa adalah pria yang paling menggilai dirinya, Lea sama sekali tidak takut dan tidak sungkan saat berbicara dengan Musafa.Begitu panggilan telepon terhubung, dia langsung berbicara dengan pria di ujung telepon itu dengan nada kesal.Dia seakan-akan langsung menyalahkan pria itu mengapa mereka pergi meninggalkan Kota Banyuli begitu saja tanpa memberitahunya."Lea, aku ada sedikit urusan keluarga, jadi aku harus segera pulang."Saat ini, Musafa sedang dalam perjalanan kembali ke Kota Barokah.Begitu mendengar jawaban Musafa, Lea pun berkata dengan kesal, "Ada urusan apa yang lebih penting dibandingkan membalaskan dendamku, dibandingkan menghabisi Ardika sialan itu?""Lea, aku benar-benar ada urusan mendadak di rumah. Selain itu, sebaiknya kamu jangan mencari masalah dengan Tu ... maksudku Ardika lagi."Musafa be
"Aku akan membuat istri Ardika si sialan itu berlutut di hadapanku dan memohon padaku!" kata Lea dengan dingin dan penuh aura kebencian.Bahkan Santi dan yang lainnya juga merinding.Mereka baru pertama kalinya melihat Lea begitu membenci seseorang."Lea, Luna adalah presdir dari dua perusahaan. Kudengar ayahmu sangat memandang tinggi dia. Saat di perjamuan malam kemarin, ayahmu bahkan ingin dia kembali ke Keluarga Misra, lalu kelak membiarkannya mengurus bisnis Keluarga Misra. Apa kamu nggak takut ayahmu marah?" kata Jonas dengan sedikit cemas.Walaupun dia adalah teman Lea, tetapi dia sangat takut pada Gilang.Tuan Gilang Keluarga Misra adalah sosok yang sangat ditakuti. Jangankan Jonas, bahkan ayahnya saja takut pada Gilang."Oh, maksudmu itu? Ayahku hanya membohonginya."Lea mendengus, lalu berkata dengan terus terang, "Sebenarnya ayahku hanya ingin mengelabui Luna untuk mengganti marga. Setelah wanita itu menjadi anggota Keluarga Misra, maka dia harus menyerahkan seluruh aset dan
Siapa sangka Lea begitu arogan dan bertindak semena-mena.Di hadapan begitu banyak orang, dia langsung melayangkan tamparan ke wajah karyawan wanita itu."Kamu! Kenapa kamu memukulku?!"Sambil menutupi wajahnya, karyawan wanita itu memelototi Lea dengan marah."Plak!"Lea melayangkan satu tamparan lagi."Eh, kamu pikir kamu siapa? Aku adalah anggota Keluarga Misra! Memangnya kenapa kalau aku memukulmu?!""Apa anggota Keluarga Misra boleh memukul orang lain sesuka hati seperti ini ...."Sambil menutupi wajahnya, karyawan wanita itu mulai menangis.Sementara itu, karyawan-karyawan lainnya juga terkejut menyaksikan pemandangan itu.Sebelumnya, mereka memang sudah mendengar tujuan kedatangan Keluarga Misra ke Kota Banyuli kali ini sudah sangat jelas, yaitu untuk menguasai Kota Banyuli.Sebelum hari ini, mereka belum merasakan apa-apa.Saat ini, mereka bisa merasakan dengan sangat jelas aura dominan dan arogan yang dipancarkan oleh Lea."Memangnya kenapa kalau dia adalah anggota Keluarga Mi
Luna mengerutkan keningnya dan berkata, "Siapa kamu?"Tuan Besar Misra Basagita buru-buru berkata, "Ini adalah Lea, putri Kakek Gilang-mu, kamu harus memanggilnya Bibi!"Dalam sekejap, mata Luna langsung berapi-api, sorot matanya tampak terkejut sekaligus marah.Lea benar-benar arogan.Bisa-bisanya wanita itu menyuruh pengawalnya untuk mematahkan tulang iga orang lain begitu saja!Namun, wanita itu adalah anggota Keluarga Misra.Luna menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan amarah yang bergejolak dalam hatinya. Kemudian, dia berkata pada seorang karyawan di belakangnya dengan suara dalam, "Cepat hubungi ambulans, antar Lugi dan yang lainnya ke rumah sakit."Lea tidak menghentikannya. Dia menatap Luna dengan lekat dan berkata, "Luna, aku ada urusan mencarimu.""Urusan apa?" tanya Luna, berusaha menekan gejolak amarahnya.Melihat ekspresi muram Luna, sorot mata Lea langsung berubah menjadi tajam. "Luna, aku adalah bibimu! Bagaimana kamu bisa bersikap nggak sopan seperti ini padaku?!"
"Ah ...."Seketika itu pula, teriakan menyedihkan petugas keamanan itu langsung menggema di seluruh lobi gedung."Hentikan! Dasar bajingan!"Semua anggota Grup Perfe berteriak dengan marah.Lea tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Luna, kamu adalah presdir perusahaan ini. Kamu nggak mungkin melihat satu per satu dari karyawanmu ditendang hingga tulang iga mereka patah, bukan?"Saat berbicara, dia melirik para petugas keamanan yang sudah tergeletak di lantai, juga melirik karyawan-karyawan lainnya.Ishak berjalan ke arah petugas keamanan lainnya lagi.Dengan butiran bening berkumpul di pelupuk matanya, Luna berteriak dengan marah, "Kamu suruh dia hentikan! Aku akan ikut pergi bersama kalian!""Kamu benar-benar seorang presdir yang baik."Lea menepuk tangannya dan berkata, "Bawa dia pergi.""Bu Luna, jangan ikut mereka pergi ...."Melihat Luna akan ikut mereka pergi, para karyawan panik setengah mati."Cepat antar mereka ke rumah sakit."Selesai berbicara, Luna menyeka air matanya, lalu
Tuan Besar Misra Basagita masih mencoba untuk membujuk Luna. "Luna, bukankah Kakek Gilang-mu sudah mengatakan bahwa selama kamu menjadi anggota Keluarga Misra, kamu akan memegang kendali penuh atas bisnis Keluarga Misra.""Grup Agung Makmur sudah jatuh ke tangannya, tapi kamu masih begitu naif."Luna berkata dengan tegas, "Kakek nggak perlu membujukku lagi. Nggak peduli siapa pun yang membujukku, nggak akan ada gunanya. Aku bermarga Basagita! Namaku Luna Basagita! Aku akan bernama Luna Basagita selamanya!""Luna, kamu ...."Tuan Besar Misra Basagita kesal setengah mati."Eh, tua bangka, minggir sana!"Tiba-tiba, Lea mendorong Tuan Besar Misra Basagita ke samping, lalu menunjuk Luna dengan tajam dan berkata, "Luna, kamu benar-benar nggak berbakti! Kakekmu memintamu untuk mengganti marga, tapi kamu malah melawannya!"Dia sengaja menaikkan volume suaranya.Sontak saja suara Lea menarik perhatian banyak pejalan kaki."Eh! Itu adalah Luna! Presdir Grup Perfe dan Grup Hatari!""Apa yang terj
"Plak!"Suara pukulan nyaring itu membuat semua orang di lokasi tersebut memejamkan mata mereka.Secara naluriah, tubuh Luna juga sedikit bergetar. Dia merasa ketakutan setengah mati.Namun, detik berikutnya, dia merasa ada yang aneh.Mengapa dia sama sekali tidak merasakan sakit pada tubuhnya.Begitu dia membuka kedua matanya, dia melihat ada sebuah tangan besar yang mengambang di udara dan sedang menarik cambuk itu dengan kuat."Ardika!" teriak Luna dengan sedih.Saat itu juga, dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Butiran bening yang sedari tadi dia tahan pun berjatuhan."Ardika!"Lea menggertakkan giginya dengan kesal dan berkata dengan tajam, "Berani-beraninya kamu muncul di hadapanku lagi!""Aku nggak menyangka kamu masih berani cari mati."Nada bicara Ardika terdengar sedingin es."Orang yang cari mati itu kamu! Cepat singkirkan tanganmu!" teriak Lea dengan suara melengking. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menarik cambuk itu dari genggaman Ardika, tetapi upayanya sia-si
"Jangan terburu-buru berterima kasih, kita bicarakan hal yang penting dulu."Ardika melambaikan tangannya, lalu duduk di sofa."Pertama-tama, aku beri tahu kamu, aku nggak memelihara pecundang.""Jadi, selanjutnya kamu harus menempati posisi sebagai ketua cabang Provinsi Denpapan.""Tapi, aku nggak akan mengangkatmu secara langsung. Kamu harus membersihkan Organisasi Snakei sendiri, menarik dukungan dan kekuasaan sendiri.""Baik yang sekarang sudah memperebutkan kekuasaan secara terang-terangan seperti Giorgi dan Wilgo, atau yang masih terkesan misterius seperti Revando, hanya ada dua pilihan untuk menghadapi orang-orang ini, tundukkan, atau kirim mereka ke alam bawah sana untuk menemani Sirilus.""Dalam kunjunganku kali ini, aku masih ada banyak urusan-urusan lainnya. Aku nggak ingin membuang-buang terlalu banyak waktu dalam urusan cabang Provinsi Denpapan, jadi aku hanya bisa memberimu waktu setengah bulan.""Vita, tunjukkan kemampuanmu padaku."Kalau Vita menunjukkan kemampuan yang
Berdasarkan rencana awal Ardika, membersihkan cabang Gotawa dan cabang Provinsi Denpapan, bisa dilakukan dengan menghabisi setengah anggota, lalu memenangkan hati setengah anggota.Diberi hukuman terlebih dahulu, baru diberi yang manis-manis. Dengan cara seperti ini, sudah bisa memegang kekuasaan dengan kokoh.Namun, saat dia melihat Vita, dia berubah pikiran.Dia ingin membuat Vita sepenuhnya tunduk padanya, bukannya ingin meninggalkan ancaman untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dia harus membuat wanita itu menyetujui penawarannya tanpa terpaksa.Ardika tidak bermaksud untuk memaksa wanita itu.Dia sudah memberi wanita itu kesempatan, apakah wanita itu bersedia menangkap kesempatan ini atau tidak, tergantung pada wanita itu sendiri.Setelah terdiam sejenak, Vita langsung melangkah maju dan berlutut di hadapan Ardika."Vita memberi hormat kepada Pak Ardika!""Mulai hari ini, aku hanya akan mendengarkan perintah Pak Ardika!"Begitu mengambil keputusan, Vita tidak ragu lagi. Dia melo
Pedang Ular Gelap.Pedang itu adalah senjata ajaib Vanya, sang Ratu Ular, juga merupakan pedang suci yang mewakili kekuasaan tertinggi Organisasi Snakei.Pedang yang terpampang nyata di depan mata ini, sangat jelas adalah replikanya.Biarpun hanya replika, juga hanya ketua cabang Organisasi Snakei yang memenuhi kualifikasi untuk memilikinya.Kala itu, sebagai orang berbakat yang menempati peringkat sepuluh besar dari tiga puluh enam cabang Organisasi Snakei, Vanya, sang Ratu Ular baru memberi Vita sebilah pedang ini.Sebelumnya, Vita membawa Pedang Ular Gelap ke Kota Banyuli. Dia mengira hanya dengan membawa Pedang Ular Gelap, dia sudah bisa menekan pembunuh ayah angkatnya.Namun, siapa sangka Ardika bisa melumpuhkannya dengan mudah dan merebut Pedang Ular Gelap.Setelahnya, karena Pedang Ular Gelap, muncullah serangkaian masalah.Jadi, saat melihat Pedang Ular Gelap yang dulunya ada di tangannya itu, kembali muncul di hadapannya, perasaan Vita campur aduk.Namun, hal yang membuatnya t
"Hal yang mudah ...."Vita menatap Ardika dengan lekat, sekujur tubuhnya gemetaran.Hanya saja, setelah kehilangan segalanya, dia baru menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang dimilikinya dulu.Terutama setelah kekuatannya dilumpuhkan, dia benar-benar merasakan betapa kejamnya dunia ini.Orang-orang yang dulunya menjilatnya, rekan-rekan yang selalu menyapanya dengan penuh hormat, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, menganggapnya seperti orang asing.Para senior dan tetua Organisasi Snakei cabang Gotawa yang sebelumnya sangat menyayanginya dan membelanya, tidak lagi memedulikannya. Pada akhirnya, mereka bahkan memindahkannya ke cabang Provinsi Denpapan, menempatkannya di posisi wakil ketua cabang Provinsi Denpapan.Setelah bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan, dia selalu ditindas oleh orang-orang. Hari ini, kalau dia benar-benar jatuh ke tangan Cahdani, dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.Vita bertanya dengan susah payah, "Apa persy
Ardika menggelengkan kepalanya.Hingga saat seperti ini, wanita yang satu ini masih saja menunjukkan sikap angkuh yang konyol.Ardika berkata dengan memasang ekspresi mempermainkan, "Kalau begitu, coba kamu katakan, kamu berencana membalas budiku dengan cara apa?"Ekspresi Vita sedikit berubah. Kemudian, dia berkata dengan dingin, "Ardika, untuk apa kamu mempermalukanku seperti ini lagi di saat seperti ini?""Aku adalah orang lumpuh yang nggak punya apa-apa, bagaimana aku bisa membalas budimu?""Kekuasaan? Nggak ada seorang pun yang menganggap serius aku, wakil ketua cabang Provinsi Denpapan di atas nama ini. Bahkan, orang seperti Cahdani saja bisa mendesakku ke jalan buntu."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia buru-buru berkata, "Bu Vita, aku hanya gegabah sesaat! Sebenarnya aku sangat menghormatimu!"Vita melemparkan sorot mata dingin ke arah pria itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun."Uang? Apa lagi uang, tentu saja aku nggak punya.""Ardika, kamu hanya suka melihat seorang wani
"Ardika, kamu membawaku kembali untuk mempermalukanku, 'kan?"Vita meraba-raba pipinya yang terasa panas itu, lalu berkata dengan dingin, "Kamu bisa membunuhku, tapi nggak boleh mempermalukanku!"'Ardika?'Begitu mendengar Vita menyebut nama Ardika, Cahdani yang tergeletak di lantai dan berpura-pura mati itu, merasa nama ini agak familier, seperti pernah mendengar nama ini."Oh? Mempermalukanmu? Memangnya kamu pantas?"Ardika duduk di seberang Vita, mengeluarkan selembar tisu basah, lalu mengelap tangannya perlahan-lahan.Melihat pergerakan Ardika itu, Vita mengangkat alisnya, menarik napas dalam-dalam untuk menekan api amarah yang bergejolak dalam hatinya.Kemudian, dia tertawa getir dan berkata, "Ya, benar juga. Kamu adalah seseorang yang bahkan mampu menundukkan Pak Chamir. Kala itu, kamu juga melumpuhkanku hanya menggunakan satu tangan.""Bahkan saat itu saja aku nggak memenuhi kualifikasi untuk menjadi lawanmu, apalagi sekarang. Aku sudah menjadi orang lumpuh, bagaimana mungkin ak
Ardika mencabut empat sumpit yang tertancap di tangan Cahdani dengan santai, lalu berjalan keluar dengan membawa pria itu."Ka ... kamu mau membawa Tuan Muda Cahdani ke mana?"Jepi mengajukan pertanyaan itu dengan ekspresi gugup. Kali ini, dia bahkan tidak berani berbicara dengan suara yang terlalu keras, takut Ardika menyiksa Cahdani lagi.Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Biarkan Tuan Muda Cahdani mengantarku sebentar. Dua jam kemudian, aku akan mengirim orang untuk mengantarnya kembali.""Tapi selama dua jam ini, kalian semua harus tunggu di sini.""Kalau sampai ada yang diam-diam meninggalkan tempat ini, pergi satu, aku akan mematahkan satu lengan Cahdani, pergi dua, aku akan mematahkan satu kakinya, dan seterusnya ...."Selesa berbicara, Ardika langsung membawa Cahdani meninggalkan restoran di bawah tatapan banyak orang.Begitu melihat mobil Rolls-Royce yang mengkilap itu, Cahdani tahu kali ini dia benar-benar sudah menghadapi lawan yang tangguh.Bagi tokoh yang sudah mencapai
Ardika bahkan tidak melirik Jepi yang sedang berteriak seperti sudah menggila itu, dia hanya berkata dengan acuh tak acuh, "Sepertinya kalian ini masih belum memetik pembelajaran juga, ya."Saat berbicara, dia kembali menusukkan sumpit dalam genggamannya ke dalam telapak tangan Cahdani."Ahhh ...."Cahdani mendongak seperti sudah menggila, seta mengeluarkan teriakan yang luar biasa menyedihkan.Akan tetapi, kedua tangannya seperti sudah terpaku di atas meja, dirinya seperti sudah terpaku di tempat. Dia meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi juga tidak ada hasilnya.Ardika mengorek-ngorek telinganya sambil bertanya, "Ayo, coba ulangi sekali lagi, apa yang akan kalian lakukan kalau terjadi sesuatu pada Tuan Muda Cahdani?"Di bawah ada Cahdani yang sedang meronta sambil berteriak dengan menyedihkan, sedangkan di atas ada Ardika yang tampak sangat santai.Pemandangan yang sangat mengenaskan ini benar-benar mengguncang hati orang.Pada akhirnya, ekspresi marah Jepi dan yang lainnya berubah
Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan