Draco menghampiri Handoko, lalu menepuk kepalanya dan berkata, "Ayo kita pergi. Aku akan membawa kalian berkeliling di markas tim tempur. Kali ini, kalian mendapat izin resmi, nggak akan ditangkap lagi."Draco sangat menyayangi Handoko, dia sudah menganggap Handoko sebagai adik lelakinya sendiri."Terima kasih, Kak Draco, kamu sudah datang menyelamatkan kami."Dalam sekejap, Handoko langsung merasa lega. Namun, detik berikutnya, dia kembali merasa khawatir."Kak Draco, di mana kakak iparku? Apa dia melakukan kesalahan yang besar?""Dia nggak salah apa-apa!" kata Draco dengan kesal.Futari bertanya, "Kalau begitu, mengapa anggota departemen disiplin mencarinya?""Oh, mereka hanya ingin menanyakan beberapa hal darinya," jawab Draco dengan singkat.Hariyo langsung memelotot dan berkata, "Kalau begitu Ardika yang melaporkan kami semua, kami baru ditangkap!"Draco langsung memelototinya dan berkata, "Eh, bocah, jaga sopan santunmu pada kakak iparmu! Kalau kamu berani bersikap nggak sopan pa
"Bajingan yang telah memukulku sebelumnya, aku juga akan menampar wajahnya hingga membengkak!""Aku adalah putra Kodam Provinsi Denpapan, bukan seseorang yang bisa kalian pukul! Aku ingin tim tempur Kota Banyuli bertanggung jawab atas hal ini!"Sekelompok pemuda itu berteriak dengan arogan.Bahkan Waluya juga melontarkan beberapa patah kata dengan dingin, citranya sebagai putra Kodam sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Tadi, dia juga menerima banyak pukulan.Mengingat identitasnya adalah tuan muda yang paling terhormat di Provinsi Denpapan, tentu saja dia tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.Tiba-tiba, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Waluya, bagaimana kalau aku meminta ayahmu datang untuk menjemputmu?"Waluya melirik Ardika dengan sorot mata mengejek, lalu berkata, "Kamu pikir kamu siapa? Ayahku sangat sibuk, aku nggak perlu ayahku datang secara pribadi untuk menjemputku! Oh ya, Draco sendiri yang perlu bertanggung jawab atas hal ini!"Helios dan Draco sama-sama me
"Ardika, kamu benar-benar orang yang licik!""Tunggu saja ajal menjemputmu! Keluarga Demode nggak akan melepaskanmu! Kamu juga nggak akan melepaskanmu! Biarpun sekarang kamu berlutut dan meminta maaf pada kami, sudah nggak ada gunanya lagi!"Biarpun mereka sama-sama menyukai Lea dan hubungan di antara mereka memang tidak harmonis, tetapi melihat Reno berakhir menyedihkan seperti itu, mereka juga ikut bersedih atas nasib buruk yang menimpa Reno.Mereka sangat membenci Ardika."Oh? Kalau begitu, aku tunggu keluarga kalian membalas dendam padaku."Ardika menggelengkan kepalanya, dia malas memedulikan sekelompok orang bodoh itu. Dia melambaikan tangannya kepada anggota departemen disiplin, lalu berkata, "Mereka nggak ingin pergi, tetap saja kurung mereka di sini. Kalau mereka ingin pergi, boleh saja. Tapi, harus ayah mereka yang datang secara pribadi untuk menjemput mereka."Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut."Ardika, kamu pikir kamu siapa?! Hanya dengan a
Melihat orang-orang yang sedang mendorong anggota Grup Bintang Darma, Ardika berkata dengan dingin, "Cepat suruh mereka berhenti sekarang juga! Lalu bawa mereka pergi dari sini!""Ardika dasar pecundang! Apa kamu pikir kamu berhak untuk mengusirku?!"Hardi memasang ekspresi muram."Plak!"Ardika langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria paruh baya itu sampai pria paruh baya itu gemuk itu terjatuh ke lantai."Oh, begitu, ya? Bagaimana dengan tamparanku?""Kamu!"Saking kesakitannya, Hardi berteriak dengan keras. Sambil menutupi wajahnya, dia memelototi Ardika.Pada akhirnya, dia merasa ketakutan."Ayo kita pergi!"Dia segera merangkak bangkit, lalu melambaikan tangannya kepada anak buahnya dan pergi meninggalkan ruangan itu bersama mereka.Sebelum keluar, dia menoleh dan berkata pada Ardika dengan marah, "Tunggu saja kamu! Setelah tuan muda-tuan muda kembali, aku akan menghabisimu!""Pergi sana!"Ardika hanya menanggapinya dengan dua kata dingin.Hardi mendengus dengan kesal, lal
Di dalam ruang pertemuan.Begitu sampai di depan pintu, Hardi melihat Ardika sedang duduk di kursi utama dengan menyilangkan kakinya sambil merokok dan bermain ponsel."Bam!"Hardi langsung menendang pintu hingga terbuka, lalu berteriak dengan marah, "Ardika, ayah para tuan muda sudah datang! Cepat berlutut dan memberi hormat kepada mereka!"Dia memelototi Ardika dengan arogan.Namun, siapa sangka, begitu sekelompok orang di belakangnya mendengar ucapannya, ekspresi orang-orang tersebut langsung berubah drastis.Ardika mengangkat kepalanya dengan santai, lalu melirik ke arah mereka sekilas."Oh, kalian sudah datang, ya?"Setelah melontarkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh, dia menundukkan kepalanya, mengalihkan pandangannya kembali ke ponselnya."Ardika, berani-beraninya kamu bersikap lancang seperti itu!"Hardi memelototi Ardika dan berkata, "Tuan Kodam sudah datang, para kepala keluarga terkemuka juga sudah datang! Berani-beraninya kamu masih duduk di sana ....""Bisakah kamu t
Ardika tidak ingin menambah masalah yang tidak penting bagi dirinya sendiri.Karena orang-orang itu sudah tahu dia berada di Kota Banyuli, ke depannya mereka pasti akan datang menemuinya karena berbagai tujuan.Sejak sebelumnya identitasnya hampir terekspos, mungkin saja sebuah kursi milik Keluarga Basagita saja bisa bernilai puluhan miliar.Jadi, sebaiknya dia memberi mereka peringatan terlebih dahulu.Helios menganggukkan kepalanya dan berkata, "Dewa Perang nggak perlu khawatir, aku akan meminta pihak-pihak yang bersangkutan untuk merahasiakan hal ini dengan baik."Para kepala keluarga terkemuka juga memahami maksud Ardika. Mereka segera berjanji bahwa mereka tidak akan membocorkan sepatah kata pun mengenai Ardika."Brak!"Setelah Helios dan yang lainnya pergi, Hardi langsung berlutut di lantai.Kemudian, dia merangkak menghampiri Ardika.Sambil menangis, Hardi menampar dirinya sendiri. "Ardika, aku bersalah, aku sudah bersalah. Aku benar-benar buta. Aku sudah memandang rendah kamu.
Di antara belasan pemuda itu, Musafa yang paling menggilai Lea.Kali ini, dia juga yang paling antusias datang ke Kota Banyuli untuk membalaskan dendam Lea.Karena mengetahui Musafa adalah pria yang paling menggilai dirinya, Lea sama sekali tidak takut dan tidak sungkan saat berbicara dengan Musafa.Begitu panggilan telepon terhubung, dia langsung berbicara dengan pria di ujung telepon itu dengan nada kesal.Dia seakan-akan langsung menyalahkan pria itu mengapa mereka pergi meninggalkan Kota Banyuli begitu saja tanpa memberitahunya."Lea, aku ada sedikit urusan keluarga, jadi aku harus segera pulang."Saat ini, Musafa sedang dalam perjalanan kembali ke Kota Barokah.Begitu mendengar jawaban Musafa, Lea pun berkata dengan kesal, "Ada urusan apa yang lebih penting dibandingkan membalaskan dendamku, dibandingkan menghabisi Ardika sialan itu?""Lea, aku benar-benar ada urusan mendadak di rumah. Selain itu, sebaiknya kamu jangan mencari masalah dengan Tu ... maksudku Ardika lagi."Musafa be
"Aku akan membuat istri Ardika si sialan itu berlutut di hadapanku dan memohon padaku!" kata Lea dengan dingin dan penuh aura kebencian.Bahkan Santi dan yang lainnya juga merinding.Mereka baru pertama kalinya melihat Lea begitu membenci seseorang."Lea, Luna adalah presdir dari dua perusahaan. Kudengar ayahmu sangat memandang tinggi dia. Saat di perjamuan malam kemarin, ayahmu bahkan ingin dia kembali ke Keluarga Misra, lalu kelak membiarkannya mengurus bisnis Keluarga Misra. Apa kamu nggak takut ayahmu marah?" kata Jonas dengan sedikit cemas.Walaupun dia adalah teman Lea, tetapi dia sangat takut pada Gilang.Tuan Gilang Keluarga Misra adalah sosok yang sangat ditakuti. Jangankan Jonas, bahkan ayahnya saja takut pada Gilang."Oh, maksudmu itu? Ayahku hanya membohonginya."Lea mendengus, lalu berkata dengan terus terang, "Sebenarnya ayahku hanya ingin mengelabui Luna untuk mengganti marga. Setelah wanita itu menjadi anggota Keluarga Misra, maka dia harus menyerahkan seluruh aset dan