Sekelompok pemuda itu ditarik turun dari tempat mereka berdiri.Setelah berusaha meronta, Musafa tetap ditarik turun. Dengan wajah memerah, dia berteriak dengan marah, "Apa yang kalian lakukan?! Bersikaplah sopan padaku! Aku adalah Musafa dari Keluarga Lumino Kota Barokah!""Plak!"Para prajurit paling membenci generasi muda keluarga kaya terkemuka yang arogan seperti ini. Dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Musafa."Keluarga Lumino apaan? Aku nggak peduli. Siapa yang mengizinkan orang luar seperti kalian berada di sini? Apa kalian nggak tahu tempat ini adalah area terlarang militer .... Apa yang ada dalam genggamanmu itu? Cepat serahkan padaku!"Teleskop dalam genggaman Musafa langsung direbut oleh prajurit tersebut."Teleskop khusus militer? Kamu adalah mata-mata?"Sekelompok prajurit langsung mengepung Musafa dan yang lainnya, lalu memeriksa tubuh mereka."Aku bukan mata-mata! Aku hanya ingin lihat penampilan Dewa Perang! Kalian jangan menuduhku dengan sembarangan!" teri
Reno tidak ingin orang itu melihat dirinya.Namun, hal yang ditakutinya malah terjadi.Ardika kebetulan melihatnya.Di dalam formasi itu, semua orang berdiri tegak melihat Dewa Perang.Mereka semua menunjukkan semangat yang membara kepada Dewa Perang.Hanya satu orang itu saja yang menundukkan kepalanya.Jadi, apa sulitnya menyadari keberadaan orang itu?Reno sudah mengenakan seragam militer seperti Ardika. Ardika juga tidak mengenali pria itu. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Prajurit yang satu itu, kenapa kamu menundukkan kepalamu? Cepat angkat kepalamu!"Dalam sekejap, sorot mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada wajah Reno.Reno ingin hilang ditelan bumi saat ini juga.Saking gugupnya, dia berkata dengan gigi terkatup, "Lapor .... Lapor Tuan Dewa Perang. Aku ... aku takut ...."Seakan-akan tidak melewati otaknya, dia mengucapkan kata-kata itu secara spontan.Dia tidak menyadari bahwa kata-kata itu adalah kata-kata yang tabu dalam tim tempur.Samar-samar, ekspresi ma
Semua prajurit yang berada di lokasi langsung terdiam.Mereka bisa merasakan betapa kejamnya situasi di medan perang perbatasan setelah melihat luka-luka di tubuh Draco."Pakailah pakaianmu."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Semuanya, tadi kalian sudah lihat sendiri, 'kan? Mengapa hingga saat ini Komandan kalian masih lajang? Karena dia takut begitu pakaiannya dilepas akan menakuti wanita."Walaupun Ardika terdengar seperti sedang bercanda, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa tertawa."Medan tempur perbatasan bukanlah tambang emas, bukanlah tempat yang bisa menjamin masa depan kalian cerah, melainkan kalian harus berjuang keras dengan seluruh jiwa dan raga kalian.""Hanya satu pesan dariku, kalau kalian ingin memperoleh jabatan dan kekayaan, carilah tempat lain. Kalau kalian takut mati, jangan mengambil jalan ini."Selesai melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam, Ardika langsung berbalik dan pergi.Sementara itu, semua orang di tempat pelatihan itu berdiri mematung cu
Draco menghampiri Handoko, lalu menepuk kepalanya dan berkata, "Ayo kita pergi. Aku akan membawa kalian berkeliling di markas tim tempur. Kali ini, kalian mendapat izin resmi, nggak akan ditangkap lagi."Draco sangat menyayangi Handoko, dia sudah menganggap Handoko sebagai adik lelakinya sendiri."Terima kasih, Kak Draco, kamu sudah datang menyelamatkan kami."Dalam sekejap, Handoko langsung merasa lega. Namun, detik berikutnya, dia kembali merasa khawatir."Kak Draco, di mana kakak iparku? Apa dia melakukan kesalahan yang besar?""Dia nggak salah apa-apa!" kata Draco dengan kesal.Futari bertanya, "Kalau begitu, mengapa anggota departemen disiplin mencarinya?""Oh, mereka hanya ingin menanyakan beberapa hal darinya," jawab Draco dengan singkat.Hariyo langsung memelotot dan berkata, "Kalau begitu Ardika yang melaporkan kami semua, kami baru ditangkap!"Draco langsung memelototinya dan berkata, "Eh, bocah, jaga sopan santunmu pada kakak iparmu! Kalau kamu berani bersikap nggak sopan pa
"Bajingan yang telah memukulku sebelumnya, aku juga akan menampar wajahnya hingga membengkak!""Aku adalah putra Kodam Provinsi Denpapan, bukan seseorang yang bisa kalian pukul! Aku ingin tim tempur Kota Banyuli bertanggung jawab atas hal ini!"Sekelompok pemuda itu berteriak dengan arogan.Bahkan Waluya juga melontarkan beberapa patah kata dengan dingin, citranya sebagai putra Kodam sudah menghilang tanpa meninggalkan jejak.Tadi, dia juga menerima banyak pukulan.Mengingat identitasnya adalah tuan muda yang paling terhormat di Provinsi Denpapan, tentu saja dia tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.Tiba-tiba, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Waluya, bagaimana kalau aku meminta ayahmu datang untuk menjemputmu?"Waluya melirik Ardika dengan sorot mata mengejek, lalu berkata, "Kamu pikir kamu siapa? Ayahku sangat sibuk, aku nggak perlu ayahku datang secara pribadi untuk menjemputku! Oh ya, Draco sendiri yang perlu bertanggung jawab atas hal ini!"Helios dan Draco sama-sama me
"Ardika, kamu benar-benar orang yang licik!""Tunggu saja ajal menjemputmu! Keluarga Demode nggak akan melepaskanmu! Kamu juga nggak akan melepaskanmu! Biarpun sekarang kamu berlutut dan meminta maaf pada kami, sudah nggak ada gunanya lagi!"Biarpun mereka sama-sama menyukai Lea dan hubungan di antara mereka memang tidak harmonis, tetapi melihat Reno berakhir menyedihkan seperti itu, mereka juga ikut bersedih atas nasib buruk yang menimpa Reno.Mereka sangat membenci Ardika."Oh? Kalau begitu, aku tunggu keluarga kalian membalas dendam padaku."Ardika menggelengkan kepalanya, dia malas memedulikan sekelompok orang bodoh itu. Dia melambaikan tangannya kepada anggota departemen disiplin, lalu berkata, "Mereka nggak ingin pergi, tetap saja kurung mereka di sini. Kalau mereka ingin pergi, boleh saja. Tapi, harus ayah mereka yang datang secara pribadi untuk menjemput mereka."Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut."Ardika, kamu pikir kamu siapa?! Hanya dengan a
Melihat orang-orang yang sedang mendorong anggota Grup Bintang Darma, Ardika berkata dengan dingin, "Cepat suruh mereka berhenti sekarang juga! Lalu bawa mereka pergi dari sini!""Ardika dasar pecundang! Apa kamu pikir kamu berhak untuk mengusirku?!"Hardi memasang ekspresi muram."Plak!"Ardika langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria paruh baya itu sampai pria paruh baya itu gemuk itu terjatuh ke lantai."Oh, begitu, ya? Bagaimana dengan tamparanku?""Kamu!"Saking kesakitannya, Hardi berteriak dengan keras. Sambil menutupi wajahnya, dia memelototi Ardika.Pada akhirnya, dia merasa ketakutan."Ayo kita pergi!"Dia segera merangkak bangkit, lalu melambaikan tangannya kepada anak buahnya dan pergi meninggalkan ruangan itu bersama mereka.Sebelum keluar, dia menoleh dan berkata pada Ardika dengan marah, "Tunggu saja kamu! Setelah tuan muda-tuan muda kembali, aku akan menghabisimu!""Pergi sana!"Ardika hanya menanggapinya dengan dua kata dingin.Hardi mendengus dengan kesal, lal
Di dalam ruang pertemuan.Begitu sampai di depan pintu, Hardi melihat Ardika sedang duduk di kursi utama dengan menyilangkan kakinya sambil merokok dan bermain ponsel."Bam!"Hardi langsung menendang pintu hingga terbuka, lalu berteriak dengan marah, "Ardika, ayah para tuan muda sudah datang! Cepat berlutut dan memberi hormat kepada mereka!"Dia memelototi Ardika dengan arogan.Namun, siapa sangka, begitu sekelompok orang di belakangnya mendengar ucapannya, ekspresi orang-orang tersebut langsung berubah drastis.Ardika mengangkat kepalanya dengan santai, lalu melirik ke arah mereka sekilas."Oh, kalian sudah datang, ya?"Setelah melontarkan satu kalimat itu dengan acuh tak acuh, dia menundukkan kepalanya, mengalihkan pandangannya kembali ke ponselnya."Ardika, berani-beraninya kamu bersikap lancang seperti itu!"Hardi memelototi Ardika dan berkata, "Tuan Kodam sudah datang, para kepala keluarga terkemuka juga sudah datang! Berani-beraninya kamu masih duduk di sana ....""Bisakah kamu t