"Ah, nggak. Tentu saja aku nggak keberatan. Mobil itu adalah milik Handoko!"Saat mengucapkan beberapa patah kata ini, hati Wisnu seolah-olah tercabik-cabik.Saat ini, Ardika berkata, "Tarno, aku ingin membelikan mobil Maserati Quattroporte untuk istriku.""Tentu saja, nggak masalah."Tarno langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon manajer yang bertanggung jawab atas mobil Masarati, Tasya Yendia.Tasya bergegas menghampiri mereka. Begitu mendengar ucapan Tarno, Tasya memasang ekspresi kesulitan. Dia berkata, "Pak Tarno, Maserati Quattroporte hanya tersisa satu. Nona Wulan sudah memesannya. Hari ini dia akan datang mengambil mobil .... Eh, ternyata Nona Wulan berada di sini."Saat inilah Tasya baru menyadari keberadaan Wulan.Wulan baru saja hendak berbicara, Ardika angkat bicara terlebih dahulu."Aku nggak peduli siapa yang memesan, sekarang mobil itu sudah menjadi milikku. Nanti aku akan membawa mobil itu pergi," ujar Ardika dengan tegas.Wulan berkata dengan marah, "Ardika, beran
Tamparan Ardika ini langsung membuat Wulan tersadar kembali dari kegilaannya.Sambil memegang wajahnya, dia memelototi Ardika dan berkata dengan gigi terkatup, "Ardika, jangan senang dulu, nggak lama lagi istrimu pasti akan sial ...."Ekspresi David langsung berubah drastis, dia buru-buru menyela Wulan, "Wulan, diam kamu!"Beberapa waktu yang lalu, dengan instruksi dari kakeknya, Brian dan Yanto sekeluarga sudah berdiskusi untuk mengusir Luna dari Grup Agung Makmur.Setelah melakukan pencarian selama beberapa hari ini, Keluarga Buana sudah menemukan Rita yang bersembunyi di luar kota.Keluarga Buana sudah mengirim orang ke sana untuk membawa wanita itu kembali.Selama Rita kembali, saat itulah saat yang tepat untuk mengusir Luna dari Grup Agung Makmur.Sementara itu, dengan mengandalkan Yanto sekeluarga, Keluarga Buana bisa mencapai tujuan mereka untuk menguasai Grup Agung Makmur.Wulan si bodoh itu hampir saja membocorkan rahasia mereka.Kalau sampai pihak Luna sudah melakukan persiap
Menghadapi Fio yang merupakan sosok wanita muda yang licik, Ardika sama sekali tidak menaruh kesan baik padanya.Begitu dibentak oleh Ardika, ekspresi Fio langsung berubah, lalu pergi meninggalkan tempat itu.Sambil menatap punggung Fio, Ardika berkata, "Handoko, kelak kamu jangan berhubungan dengan Fio lagi. Kamu terlalu polos. Aku khawatir kamu dijebak olehnya, bahkan nggak sadar dirimu sudah dijebak.""Oh, aku sudah mengerti, Kak Ardika."Walaupun belum sepenuhnya memahami maksud Ardika, Handoko menganggukkan kepalanya.Tidak peduli apa pun yang dikatakan dan dilakukan oleh kakak iparnya, dia hanya perlu menuruti ucapan kakak iparnya.Begitu mendengar ucapan Ardika, kilatan tajam melintas di mata Fio yang sudah berjalan keluar.Ardika berencana untuk mengendarai mobil dan pergi bersama Handoko, dia sama sekali tidak bermaksud untuk membayar.Kemarin Tarno sudah berjanji untuk memberinya ganti rugi.Tepat pada saat ini, Tarno berkata, "Ardika, ada seseorang yang ingin bertemu dan ber
Wisnu dan yang lainnya berlari-lari kecil memimpin jalan.Walaupun masih agak kesal, tetapi hati mereka lebih banyak diselimuti dengan kebahagiaan.Kalau dilihat dari sikap arogan dan dingin para pengawal itu, mereka makin yakin bahwa mereka datang untuk mencari masalah dengan Ardika!Di sisi lain, Tarno membawa Ardika ke sebuah ruang istirahat VIP."Ardika, tunggu sebentar. Aku masuk untuk melaporkan kedatanganmu terlebih dahulu."Selesai berbicara, Tarno langsung mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan itu.Ruang istirahat itu sangat luas dan mewah.Di dalam ruangan, seorang pria tua yang masih tampak bugar dan mengenakan pakaian tradisional tampak duduk di atas sofa kulit.Tarno menganggukkan kepalanya kepada dua pengawal yang berada di sisi kanan dan sisi kiri pria tua itu, lalu menghampiri pria tua tersebut dan berkata dengan penuh hormat, "Tuan Rohan, aku sudah membawa Ardika ke sini."Rohan Darma.Nama ini pasti tidak asing lagi bagi generasi tua preman Kota Banyuli.Dia adala
Tidak peduli Ardika bisa membunuh Alden atau tidak, Tarno sudah bisa membayangkan Ardika pasti akan berakhir mengenaskan.Bukan hanya nyawa idiot itu, nyawa istrinya sekeluarga, bahkan nyawa seluruh anggota Keluarga Basagita akan melayang!"Bawa dia masuk."Rohan mengambil alat pengontrol dan mematikan layar itu.Tarno berbalik dan keluar. Sesaat kemudian, dia membawa Ardika memasuki ruangan."Ardika, cepat panggil Tuan Tohan. Tuan Rohan adalah generasi tua terhormat dunia preman Kota Banyuli!"Saat ini, Tarno tidak memanggil Ardika dengan nada akrab lagi.Di matanya, tidak lama lagi Ardika pasti akan mati."Tuan Rohan."Sambil tersenyum dan memanggil dengan santai, Ardika mengamati Rohan sejenak. Kemudian, dia bersiap untuk duduk di sofa seberang pria itu."Dasar lancang! Saat berhadapan dengan Tuan Rohan, kamu nggak boleh duduk!"Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar teriakan dingin dari salah satu pengawal yang berdiri di sisi Rohan.Ardika menatap Rohan yang tanpa ekspresi itu d
Ekspresi Rohan langsung berubah drastisDia menatap Ardika tanpa ekspresi dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Dalam sekejap, suhu di dalam ruangan itu seolah menurun drastis."Ardika, dasar lancang!"Tarno langsung berjalan menghampiri Ardika, menunjuk pria itu dan berkata dengan marah, "Tuan Rohan memintamu menjadi anak buahnya karena beliau memandang tinggi dirimu. Jangan nggak tahu diri!"Ardika melirik Tarno sejenak.Tadi, saat di dalam toko Ferrari, dia sudah merasakan sikap pria itu padanya ada yang aneh.Benar saja, sebelumnya Tarno hanya berpura-pura bersikap hormat padanya."Tarno, sepertinya kamu sudah mulai lupa diri. Apa karena lukamu sudah sembuh, kamu sudah lupa rasa sakitnya dihajar?"Ekspresi Ardika langsung berubah menjadi muram. Dia berkata, "Semalam saat kamu berlutut dan menampar wajahmu di hadapanku, aku nggak melihatmu begitu pemberani!"Ekspresi Tarno langsung berubah, dia teringat kejadian memalukan kemarin."Ardika, semalam aku tunduk padamu hanya karena ak
Pergerakan Ardika benar-benar terlalu cepat.Hanya dalam sekejap mata, semuanya sudah berakhir.Saking cepatnya, Rohan sama sekali tidak bereaksi.Saat dia tersadar kembali, dia mendapati dirinya sudah dalam posisi berlutut dengan tegak di lantai.Kalau dibandingkan dengan rasa sakit yang menjalar di wajahnya, penghinaan besar yang dirasakannya ini jauh lebih menyakitkan baginya.Namanya adalah Rohan. Dia adalah teman Billy. Baik di dunia pemerintahan maupun di dunia preman Kota Banyuli, selain kepala keluarga tiga keluarga besar dan segelintir tokoh hebat, siapa pun yang bertemu dengannya harus memanggilnya Tuan Rohan dengan hormat.Namun, saat ini dia malah ditampar hingga terpental dalam posisi berlutut di lantai oleh Ardika.Kalau sampai kejadian hari ini tersebar luas, harga dirinya pasti akan hancur!"Ardika, beraninya kamu memukul wajahku, beraninya kamu memukul wajahku!"Saking kesalnya, Rohan berteriak pada Ardika dengan marah. Nada bicaranya dipenuhi dengan kebencian yang men
Ardika sama sekali tidak menganggap serius orang-orang di hadapannya ini.Biarpun semua orang di Showroom Mobil Neptus ini menyerangnya secara bersamaan, dia sama sekali tidak takut.Namun, alasan yang digunakan oleh Rohan untuk menyerangnya menyulut emosinya.Alasan yang digunakan oleh pria tua itu untuk menyerangnya adalah mencuri mobil.Apa orang sepertinya perlu mencuri mobil?Tarno tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Ardika, oh Ardika, kenapa kamu begitu bodoh? Nggak sulit bagi Tuan Rohan untuk membunuhmu. Tapi, bagaimanapun juga, kamu adalah manusia. Jadi, diperlukan sebuah alasan yang masuk akal.""Karena kamu mencuri mobil, emosi para staf showroom tersulut, bahkan ingin memukulmu sampai mati. Alasan seperti ini cukup masuk akal."Dia memelototi Ardika dan berkata dengan ekspresi bangga, "Hari ini, semua staf Showroom Mobil Neptus datang untuk mencabut nyawamu. Jangan harap idiot sepertimu bisa keluar dari showroom ini hidup-hidup!""Oh? Sekelompok orang nggak berguna?"Ardika