Tidak peduli Ardika bisa membunuh Alden atau tidak, Tarno sudah bisa membayangkan Ardika pasti akan berakhir mengenaskan.Bukan hanya nyawa idiot itu, nyawa istrinya sekeluarga, bahkan nyawa seluruh anggota Keluarga Basagita akan melayang!"Bawa dia masuk."Rohan mengambil alat pengontrol dan mematikan layar itu.Tarno berbalik dan keluar. Sesaat kemudian, dia membawa Ardika memasuki ruangan."Ardika, cepat panggil Tuan Tohan. Tuan Rohan adalah generasi tua terhormat dunia preman Kota Banyuli!"Saat ini, Tarno tidak memanggil Ardika dengan nada akrab lagi.Di matanya, tidak lama lagi Ardika pasti akan mati."Tuan Rohan."Sambil tersenyum dan memanggil dengan santai, Ardika mengamati Rohan sejenak. Kemudian, dia bersiap untuk duduk di sofa seberang pria itu."Dasar lancang! Saat berhadapan dengan Tuan Rohan, kamu nggak boleh duduk!"Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar teriakan dingin dari salah satu pengawal yang berdiri di sisi Rohan.Ardika menatap Rohan yang tanpa ekspresi itu d
Ekspresi Rohan langsung berubah drastisDia menatap Ardika tanpa ekspresi dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Dalam sekejap, suhu di dalam ruangan itu seolah menurun drastis."Ardika, dasar lancang!"Tarno langsung berjalan menghampiri Ardika, menunjuk pria itu dan berkata dengan marah, "Tuan Rohan memintamu menjadi anak buahnya karena beliau memandang tinggi dirimu. Jangan nggak tahu diri!"Ardika melirik Tarno sejenak.Tadi, saat di dalam toko Ferrari, dia sudah merasakan sikap pria itu padanya ada yang aneh.Benar saja, sebelumnya Tarno hanya berpura-pura bersikap hormat padanya."Tarno, sepertinya kamu sudah mulai lupa diri. Apa karena lukamu sudah sembuh, kamu sudah lupa rasa sakitnya dihajar?"Ekspresi Ardika langsung berubah menjadi muram. Dia berkata, "Semalam saat kamu berlutut dan menampar wajahmu di hadapanku, aku nggak melihatmu begitu pemberani!"Ekspresi Tarno langsung berubah, dia teringat kejadian memalukan kemarin."Ardika, semalam aku tunduk padamu hanya karena ak
Pergerakan Ardika benar-benar terlalu cepat.Hanya dalam sekejap mata, semuanya sudah berakhir.Saking cepatnya, Rohan sama sekali tidak bereaksi.Saat dia tersadar kembali, dia mendapati dirinya sudah dalam posisi berlutut dengan tegak di lantai.Kalau dibandingkan dengan rasa sakit yang menjalar di wajahnya, penghinaan besar yang dirasakannya ini jauh lebih menyakitkan baginya.Namanya adalah Rohan. Dia adalah teman Billy. Baik di dunia pemerintahan maupun di dunia preman Kota Banyuli, selain kepala keluarga tiga keluarga besar dan segelintir tokoh hebat, siapa pun yang bertemu dengannya harus memanggilnya Tuan Rohan dengan hormat.Namun, saat ini dia malah ditampar hingga terpental dalam posisi berlutut di lantai oleh Ardika.Kalau sampai kejadian hari ini tersebar luas, harga dirinya pasti akan hancur!"Ardika, beraninya kamu memukul wajahku, beraninya kamu memukul wajahku!"Saking kesalnya, Rohan berteriak pada Ardika dengan marah. Nada bicaranya dipenuhi dengan kebencian yang men
Ardika sama sekali tidak menganggap serius orang-orang di hadapannya ini.Biarpun semua orang di Showroom Mobil Neptus ini menyerangnya secara bersamaan, dia sama sekali tidak takut.Namun, alasan yang digunakan oleh Rohan untuk menyerangnya menyulut emosinya.Alasan yang digunakan oleh pria tua itu untuk menyerangnya adalah mencuri mobil.Apa orang sepertinya perlu mencuri mobil?Tarno tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Ardika, oh Ardika, kenapa kamu begitu bodoh? Nggak sulit bagi Tuan Rohan untuk membunuhmu. Tapi, bagaimanapun juga, kamu adalah manusia. Jadi, diperlukan sebuah alasan yang masuk akal.""Karena kamu mencuri mobil, emosi para staf showroom tersulut, bahkan ingin memukulmu sampai mati. Alasan seperti ini cukup masuk akal."Dia memelototi Ardika dan berkata dengan ekspresi bangga, "Hari ini, semua staf Showroom Mobil Neptus datang untuk mencabut nyawamu. Jangan harap idiot sepertimu bisa keluar dari showroom ini hidup-hidup!""Oh? Sekelompok orang nggak berguna?"Ardika
Begitu mendengar suara itu, Ardika melihat wanita itu sambil mengerutkan keningnya.Dia merasa wanita itu sangat familier.Sesaat kemudian, dia teringat bahwa wanita itu adalah wanita yang diselamatkan olehnya dari tangan komplotan kriminal saat menangkap Claudia.Sebelum dia datang ke showroom ini, kalau dia tidak salah ingat, kata Sigit nama wanita itu adalah Rachel Septio?Pemuda di samping Rachel mengamati Ardika sejenak.Tepat pada saat ini pula, Tarno menghampirinya dan bertanya dengan sopan, "Halo, apa kamu datang ke Showroom Mobil Neptus untuk melihat-lihat mobil?""Bukan."Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan menunjuk Ardika, lalu berkata, "Aku sedang mencari seseorang. Dia orangnya."Tarno menatap Ardika dengan tatapan terkejut, lalu bertanya dengan hati-hati, "Apa kamu ada urusan mencarinya?""Kamu nggak perlu ikut campur."Pemuda itu berkata dengan ekspresi arogan, "Sepertinya dia sudah membuat masalah di sini?"Melihat sikap arogan lawan bicaranya, Tarno merasa agak kesa
"Eh? Ada apa ini? Bukankah mereka datang untuk mencari perhitungan dengan Ardika? Kenapa malah menjadi berterima kasih padanya?!""Kapan idiot itu menyelamatkan Nona Keluarga Septio Provinsi Aste?""Aku benar-benar kesal setengah mati. Kalau tahu begitu, aku nggak akan menunjukkan jalan kepada mereka!"Begitu mendengar ucapan Rachel, Wisnu dan dua orang lainnya yang berdiri tidak jauh dari mereka hampir memuntahkan darah.Mereka benar-benar kelelahan menunjukkan jalan kepada dua saudara dari Keluarga Septio Provinsi Aste itu.Namun, ternyata mereka malah membawa dewa penyelamat bagi Ardika!Hal yang lebih membuat mereka iri adalah Ardika telah menjalin hubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste.Idiot itu sangat ahli dalam membuat sensasi dengan mengandalkan kekuatan dan kekuasaan orang lain.Setelah menjalin hubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, dia pasti akan makin menjadi-jadi!Di sisi lain, menatap wajah polos dan mata cerah Rachel, selain merasa senang sudah menyelamat
Selesai berbicara, Liander langsung melambaikan tangannya kepada pengawalnya.Melihat lambaian tangan majikannya, pengawal itu segera mengeluarkan buku cek dan menuliskan 200 miliar.Setelah menandatangani dan menulis namanya, Liander merobek selembar cek, lalu menyodorkannya ke jendela mobil. "Nah, ini untukmu. Mulai sekarang uang 200 miliar ini menjadi milikmu. Kamu bisa pergi ke Bank Sejahtera dan mentransfer uang ini ke rekeningmu. Nanti aku akan memberi tahu penanggung jawab rekening ini."Khawatir Ardika tidak mengerti cara pemakaian cek tersebut, dia memberi sedikit penjelasan dengan sabar."Kenapa idiot itu bisa begitu beruntung? Apa dia layak mendapatkan uang sebesar 200 miliar sebagai ungkapan terima kasih? Kenapa bukan kita yang menyelamatkan Nona Rachel?!"Pandangan Wisnu dan Wulan yang berdiri tidak jauh dari sana tercengang melihat pemandangan itu. Mereka hampir saja meneteskan air liur.Saat ini, mereka ingin sekali menjadi Ardika dan langsung mengulurkan tangan mereka u
"Kenapa? Kali ini sudah cukup?"Liander mengira akhirnya Ardika sudah puas. Dia mencibir dan berkata, "Tapi, kamu harus berjanji padaku terlebih dahulu. Kelak, kita nggak punya hubungan apa-apa lagi dan jangan memberi tahu orang lain bahwa kamu sudah menyelamatkan anggota Keluarga Septio Provinsi Aste."Dia tidak ingin Ardika memanfaatkan nama Keluarga Septio Provinsi Aste untuk melakukan hal buruk dan merusak reputasi keluarga mereka.Ardika tersenyum dan berkata, "Tadi kamu bilang namamu Liander, 'kan? Aku hanya ingin mengingatkanmu satu hal.""Sepertinya kamu perlu mengingat-ingat kembali batas nominal penggunaan selembar cek."Selesai berbicara, dia menatap Liander seperti menatap idiot.Liander tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap pengawalnya, "Apa aku benar-benar sudah melupakan batas nominal penggunaan selembar cek?""Ya, Tuan Muda."Kemudian, pengawal itu bertanya, "Kalau begitu, apa ceknya jadi ditulis lagi?""Untuk apa ditulis lagi?!" teriak Liander dengan marah. Wajahn
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak
Kalris berbicara tanpa sungkan, sama sekali tidak mempertimbangkan Jeslin.Sekarang dia sudah bertekad untuk mempersulit Ardika, mempermalukan Ardika untuk membalaskan dendam di Hainiken tadi malam.Setelah mendengar kata-kata Kalris ini, untuk sesaat Jeslin juga tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya.Lagi pula, kalau bukan karena tidak ingin orang tuanya bertengkar karena masalah Ardika, dia juga tidak akan membela Ardika.Di bawah sorot mata simpati atau sorot mata senang orang-orang di sekelilingnya, Ardika mengulurkan lengannya untuk melihat dokumen tersebut."Departemen PUPR ibu kota provinsi ....""Departemen Perhubungan ....""Departemen Kesehatan ...."Ardika menyebutkan beberapa nama departemen di bawah naungan instansi pemerintahan kota itu, lalu bertanya tanpa mengangkat kepalanya, "Kalris, selama aku meminta klien-klien ini datang untuk menandatangani kontrak, aku sudah bisa menjadi karyawan tetap?""Ya, benar!"Kalris mengangkat kepalanya dengan arogan, lalu mencibir
Sambil menunjuk Ardika, Kalris berkata dengan tajam, "Eh, Ardika, kamu harus mengerti! Kalau bukan karena adikku berbaik hati melindungimu, tanpa perlu menunggu saat itu, kamu sudah mati dipermainkan olehku dan Tuan Muda Werdi!""Baiklah, kamu lanjutkan saja hidup dalam mimpimu."Ardika menanggapi ucapan konyol pria itu dengan tertawa acuh tak acuh.Mendengar nada bicara mengejek dalam ucapan Ardika, Jeslin mengerutkan keningnya dan berkata, "Ardika, cukup! Bagaimanapun juga, sekarang Tuan Muda Kalris adalah atasanmu! Kamu harus menghormatinya!""Kalau kamu masih ingin bekerja di Grup Goldis, kamu tak bisa menghindari Tuan Muda Kalris.""Apa kamu mengerti?!"Kalris mencibir dan berkata, "Kalau dia bisa mendengar kata-kata manusia, dia juga nggak akan menjadi seperti sekarang ini.""Jeslin, bukannya aku ingin mengataimu, aku bisa mengerti kamu membawa orang seperti ini untuk menjadi karyawan perusahaan ini dengan mengandalkan relasi. Tapi sebelum kamu membawanya kemari, seharusnya kamu
"Bukankah sudah kubilang? Hari ini departemen kita kedatangan seorang karyawan dewa, tentu saja aku harus datang melihatnya."Saat berbicara, pandangan Kalris tertuju pada Ardika. Sambil tersenyum palsu, dia berkata, "Ardika, harus kuakui kamu benar-benar beruntung. Bisa-bisanya tadi malam kamu keluar dari Hainiken hidup-hidup.""Tuan Muda Kalris, apa hubungannya Ardika dengan Hainiken?"Jeslin tercengang.Tentu saja dia sudah pernah mendengar tentang reputasi Hainiken.Hanya saja, bisa-bisanya Ardika sudah masuk ke bar kelas atas yang bahkan dirinya sendiri juga belum memenuhi kualifikasi untuk memasuki tempat tersebut. Hal ini membuat Jeslin menatap Ardika dengan tatapan agak terkejut.'Apa mungkin bocah ini benar-benar tinggal di kompleks vila Gunung Halfi?'Jeslin juga tidak tahu detail kedua tempat ini.Orang-orang yang bisa masuk ke Hainiken, tentu saja juga punya modal untuk tinggal di Gunung Halfi.Kalris terkekeh dan berkata, "Jeslin, jangan berpikir banyak. Tadi malam Rosa, a
Contohnya saja, Jeslin tergabung dengan departemen budaya dan hiburan.Namun, saat ini dia membawa Ardika ke sebuah departemen di bawah naungan salah satu dari departemen bisnis, yang bertanggung jawab atas proyek pengadaan pemerintah.Grup Goldis bisa berkembang hingga sebesar ini juga ada hubungannya dengan Organisasi Snakei yang memiliki berbagai macam hak istimewa.Dengan memiliki berbagai macam hak istimewa, pihak-pihak lainnya tentu saja harus mempertimbangkannya.Dengan mengandalkan hak-hak istimewa ini pula, Grup Goldis memperoleh banyak proyek dari instansi pemerintahan.Sangat jelas Jeslin sudah "membuka jalan" terlebih dahulu. Begitu membawa Ardika masuk ke departemen ini, kedatangan mereka langsung disambut dengan hangat oleh supervisor departemen ini.Prosedur masuk kerja Ardika juga diselesaikan dengan cepat."Oke, sudah selesai, Ardika. Sekarang kamu sudah menjadi karyawan sementara Grup Goldis yang terhormat dengan gaji pokok sebesar enam juta.""Semangatlah agar kamu b
Panggilan telepon baru saja berakhir, Ardika sudah menerima sebuah notifikasi menerima transfer dana.Sutandi mentransfer 20 juta untuknya, memintanya untuk membeli setelan pakaian formal yang cocok dengannya saat dalam perjalanan menuju Grup Goldis.Ardika hanya bisa menerima niat baik Sutandi itu dengan tidak berdaya.Kalau dia tidak terima, gurunya itu pasti akan meneleponnya dan mengguruinya lagi.Adapun mengenai setelah formal, Ardika tidak membelinya, juga tidak berencana untuk memakainya.Bagaimana mungkin seorang bos perlu berpenampilan sama seperti karyawan saat pergi ke perusahaan sendiri?Setelah memberi tahu Futari untuk bersenang-senang sendiri di rumah, Ardika mengendarai mobil yang diberikan oleh Jace padanya itu menuju ke area pusat bisnis paling mewah di ibu kota provinsi.Gedung Goldis tetap terlihat sangat mencolok. Saat mendongak dan melihatnya, gedung tersebut tetap memberikan gejolak emosi yang besar bagi orang yang melihatnya.Pria dan wanita yang keluar masuk ge
"Nggak perlu bekerja?"Sutandi berkata dengan marah, "Ardika, ada apa dengan sikapmu ini?""Aku baru saja bilang padamu untuk bangkit kembali dari tempatmu terjatuh, kamu menganggap ucapanku seperti angin lalu, ya?!""Kamu nggak ingin bekerja, apa yang ingin kamu lakukan?""Menjalani hari-harimu tanpa melakukan apa-apa? Atau mengandalkan bualan-bualan yang nggak ada artinya itu untuk memuaskan martabat sendiri, membuat diri sendiri mati rasa?""Tahukah kamu demi mendapatkan pekerjaan untukmu Jeslin telah berupaya sekeras apa dan telah menggunakan semua relasi yang bisa digunakannya?!""Ardika, kamu nggak bisa mengecewakan Jeslin, juga nggak bisa mengecewakanku!"Sutandi mengucapkan kata-kata itu dengan diliputi perasaan sakit hati.Mengingat kemarin demi memuaskan martabat sendiri Ardika telah membual dengan mengatakan dirinya adalah pemilik vila nomor satu Gunung Halfi, hatinya telah diliputi kekecewaan terhadap muridnya itu."Ardika, kata-kataku kemarin memang kurang enak didengar, t
Keluarga Septio adalah keluarga kaya lama, relasi mereka sangatlah luas. Jadi, seharusnya mereka bisa menemukan orang-orang yang memenuhi kualifikasinya.Tentu saja, kalau pada akhirnya orang yang dicarikan oleh Levin tidak bisa membuat Ardika puas, Ardika juga tidak keberatan untuk menggerakkan relasinya dan sumber dayanya sendiri.Hanya saja, meminta orang-orang itu datang ke ibu kota provinsi, dia merasa itu sudah agak berlebihan.Levin langsung setuju. "Kak Ardika, aku mengenal beberapa orang yang pasti andal dalam hal melindungi orang. Tapi, harga yang mereka minta nggak rendah."Ardika berkata dengan santai, "Uang bukan masalah selama kemampuan mereka setara dengan harga itu."Malam hening itu berlalu dengan cepat.Pagi keesokan harinya.Saat Ardika terbangun dari tidurnya, Levin sudah membawakan sarapan secara pribadi.Saat Ardika sedang sarapan bersama Futari, dia menerima pesan dari Vita. Wanita itu mengatakan pagi-pagi sekali Jeslin sudah bergegas pergi ke Grup Goldis untuk m
Futari mengangkat kepalanya, menatap Ardika dengan tatapan kasihan. Perhatiannya terhadap Ardika diutarakannya dengan jelas dalam ucapannya.Walaupun dulu dia juga sudah pernah menghadapi beberapa masalah bersama Ardika, tetapi itu hanyalah konflik-konflik kecil.Menggunakan botol anggur untuk menghantam kepala orang lain sudah merupakan tindakan yang ekstrem.Akan tetapi, bukan hanya itu saja yang terjadi malam ini. Malam ini terjadi pemotongan jari, bahkan ada orang Negara Jepara yang hampir meregang nyawa. Ini benar-benar membuatnya ketakutan.Reaksi pertamanya adalah dia bukannya merasa senang memiliki seorang kakak ipar dengan kemampuan bela diri yang luar biasa, melainkan mengkhawatirkan keselamatan Ardika.Bagaimanapun juga, malam ini orang-orang yang terlibat dalam konflik dengan kakak iparnya memiliki latar belakang yang luar biasa.Ardika mengangkat lengannya dan menepuk dahi Futari. "Dari mana kamu mempelajari kata-kata seperti itu? Apa maksudmu dengan kakak sepupumu menjadi