Pergerakan Ardika benar-benar terlalu cepat.Hanya dalam sekejap mata, semuanya sudah berakhir.Saking cepatnya, Rohan sama sekali tidak bereaksi.Saat dia tersadar kembali, dia mendapati dirinya sudah dalam posisi berlutut dengan tegak di lantai.Kalau dibandingkan dengan rasa sakit yang menjalar di wajahnya, penghinaan besar yang dirasakannya ini jauh lebih menyakitkan baginya.Namanya adalah Rohan. Dia adalah teman Billy. Baik di dunia pemerintahan maupun di dunia preman Kota Banyuli, selain kepala keluarga tiga keluarga besar dan segelintir tokoh hebat, siapa pun yang bertemu dengannya harus memanggilnya Tuan Rohan dengan hormat.Namun, saat ini dia malah ditampar hingga terpental dalam posisi berlutut di lantai oleh Ardika.Kalau sampai kejadian hari ini tersebar luas, harga dirinya pasti akan hancur!"Ardika, beraninya kamu memukul wajahku, beraninya kamu memukul wajahku!"Saking kesalnya, Rohan berteriak pada Ardika dengan marah. Nada bicaranya dipenuhi dengan kebencian yang men
Ardika sama sekali tidak menganggap serius orang-orang di hadapannya ini.Biarpun semua orang di Showroom Mobil Neptus ini menyerangnya secara bersamaan, dia sama sekali tidak takut.Namun, alasan yang digunakan oleh Rohan untuk menyerangnya menyulut emosinya.Alasan yang digunakan oleh pria tua itu untuk menyerangnya adalah mencuri mobil.Apa orang sepertinya perlu mencuri mobil?Tarno tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Ardika, oh Ardika, kenapa kamu begitu bodoh? Nggak sulit bagi Tuan Rohan untuk membunuhmu. Tapi, bagaimanapun juga, kamu adalah manusia. Jadi, diperlukan sebuah alasan yang masuk akal.""Karena kamu mencuri mobil, emosi para staf showroom tersulut, bahkan ingin memukulmu sampai mati. Alasan seperti ini cukup masuk akal."Dia memelototi Ardika dan berkata dengan ekspresi bangga, "Hari ini, semua staf Showroom Mobil Neptus datang untuk mencabut nyawamu. Jangan harap idiot sepertimu bisa keluar dari showroom ini hidup-hidup!""Oh? Sekelompok orang nggak berguna?"Ardika
Begitu mendengar suara itu, Ardika melihat wanita itu sambil mengerutkan keningnya.Dia merasa wanita itu sangat familier.Sesaat kemudian, dia teringat bahwa wanita itu adalah wanita yang diselamatkan olehnya dari tangan komplotan kriminal saat menangkap Claudia.Sebelum dia datang ke showroom ini, kalau dia tidak salah ingat, kata Sigit nama wanita itu adalah Rachel Septio?Pemuda di samping Rachel mengamati Ardika sejenak.Tepat pada saat ini pula, Tarno menghampirinya dan bertanya dengan sopan, "Halo, apa kamu datang ke Showroom Mobil Neptus untuk melihat-lihat mobil?""Bukan."Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan menunjuk Ardika, lalu berkata, "Aku sedang mencari seseorang. Dia orangnya."Tarno menatap Ardika dengan tatapan terkejut, lalu bertanya dengan hati-hati, "Apa kamu ada urusan mencarinya?""Kamu nggak perlu ikut campur."Pemuda itu berkata dengan ekspresi arogan, "Sepertinya dia sudah membuat masalah di sini?"Melihat sikap arogan lawan bicaranya, Tarno merasa agak kesa
"Eh? Ada apa ini? Bukankah mereka datang untuk mencari perhitungan dengan Ardika? Kenapa malah menjadi berterima kasih padanya?!""Kapan idiot itu menyelamatkan Nona Keluarga Septio Provinsi Aste?""Aku benar-benar kesal setengah mati. Kalau tahu begitu, aku nggak akan menunjukkan jalan kepada mereka!"Begitu mendengar ucapan Rachel, Wisnu dan dua orang lainnya yang berdiri tidak jauh dari mereka hampir memuntahkan darah.Mereka benar-benar kelelahan menunjukkan jalan kepada dua saudara dari Keluarga Septio Provinsi Aste itu.Namun, ternyata mereka malah membawa dewa penyelamat bagi Ardika!Hal yang lebih membuat mereka iri adalah Ardika telah menjalin hubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste.Idiot itu sangat ahli dalam membuat sensasi dengan mengandalkan kekuatan dan kekuasaan orang lain.Setelah menjalin hubungan dengan Keluarga Septio Provinsi Aste, dia pasti akan makin menjadi-jadi!Di sisi lain, menatap wajah polos dan mata cerah Rachel, selain merasa senang sudah menyelamat
Selesai berbicara, Liander langsung melambaikan tangannya kepada pengawalnya.Melihat lambaian tangan majikannya, pengawal itu segera mengeluarkan buku cek dan menuliskan 200 miliar.Setelah menandatangani dan menulis namanya, Liander merobek selembar cek, lalu menyodorkannya ke jendela mobil. "Nah, ini untukmu. Mulai sekarang uang 200 miliar ini menjadi milikmu. Kamu bisa pergi ke Bank Sejahtera dan mentransfer uang ini ke rekeningmu. Nanti aku akan memberi tahu penanggung jawab rekening ini."Khawatir Ardika tidak mengerti cara pemakaian cek tersebut, dia memberi sedikit penjelasan dengan sabar."Kenapa idiot itu bisa begitu beruntung? Apa dia layak mendapatkan uang sebesar 200 miliar sebagai ungkapan terima kasih? Kenapa bukan kita yang menyelamatkan Nona Rachel?!"Pandangan Wisnu dan Wulan yang berdiri tidak jauh dari sana tercengang melihat pemandangan itu. Mereka hampir saja meneteskan air liur.Saat ini, mereka ingin sekali menjadi Ardika dan langsung mengulurkan tangan mereka u
"Kenapa? Kali ini sudah cukup?"Liander mengira akhirnya Ardika sudah puas. Dia mencibir dan berkata, "Tapi, kamu harus berjanji padaku terlebih dahulu. Kelak, kita nggak punya hubungan apa-apa lagi dan jangan memberi tahu orang lain bahwa kamu sudah menyelamatkan anggota Keluarga Septio Provinsi Aste."Dia tidak ingin Ardika memanfaatkan nama Keluarga Septio Provinsi Aste untuk melakukan hal buruk dan merusak reputasi keluarga mereka.Ardika tersenyum dan berkata, "Tadi kamu bilang namamu Liander, 'kan? Aku hanya ingin mengingatkanmu satu hal.""Sepertinya kamu perlu mengingat-ingat kembali batas nominal penggunaan selembar cek."Selesai berbicara, dia menatap Liander seperti menatap idiot.Liander tertegun sejenak, lalu menoleh dan menatap pengawalnya, "Apa aku benar-benar sudah melupakan batas nominal penggunaan selembar cek?""Ya, Tuan Muda."Kemudian, pengawal itu bertanya, "Kalau begitu, apa ceknya jadi ditulis lagi?""Untuk apa ditulis lagi?!" teriak Liander dengan marah. Wajahn
"Ah ...."Saking terkejutnya, Liander berteriak dengan keras dan melompat ke samping.Dengan ekspresi pucat, dia menoleh dan mendapati mobil Ardika masih berada di tempat semula.'Dasar sialan! Dia hanya menggertakku, bukan benar-benar melajukan mobilnya ke arahku!' umpatnya dalam hati."Pertahanan mentalmu cukup lemah."Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika menaikkan kaca mobilnya.Kemudian, Maserati Quattroporte berwarna perak itu seperti berubah menjadi seekor serigala putih dan melesat pergi."Dasar sialan, dasar sialan!"Liander mengentakkan kakinya dengan kesal.Namun, dia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Ardika. Setelah memaki beberapa patah kata di tempat, dia langsung masuk ke dalam mobilnya dengan marah.Sesaat kemudian, rombongan mobil dua bersaudara Keluarga Septio pun meninggalkan Showroom Mobil Neptus."Menurut kalian, apa penyakit idiot itu kumat lagi? Dia nggak hanya menolak penawaran uang dari Tuan Muda Liander dan berlagak suci, dia juga sudah menyinggung
"Novi, aku punya kaki sendiri! Kenapa aku nggak bisa datang ke sini?!"Begitu melihat wanita itu, Desi juga memasang ekspresi masam.Novi adalah rekan kerjanya saat dulu dia masih bekerja di rumah sakit ini.Sebelumnya, wanita itu berselisih dengannya di Hotel Puritama, bahkan membawa sekelompok orang untuk menindasnya."Hah, kalau dilihat dari cara bicara percaya dirimu ini, orang yang nggak tahu pasti akan mengira kamu kembali bekerja di sini lagi."Novi berkata dengan nada sinis, "Kecelakaan medis yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan kasus kamu dikeluarkan dari rumah sakit sudah tersebar luas. Kemarin, wakil direktur rumah sakit, Pak Ganang Santosa baru saja mengungkit hal ini denganku. Kenapa kamu begitu nggak tahu malu dan kembali lagi?""Kalau aku adalah kamu, aku nggak akan menginjakkan kakiku ke tempat ini lagi selamanya. Bahkan, aku juga tidak akan melewati rumah sakit ini. Kamu benar-benar nggak tahu malu!"Ucapan wanita paruh baya itu membuka luka di dalam hati Desi.Ek
"Apa kalian mengira hanya dengan adanya Ardika si bajingan itu mendukung kalian, kalian sudah berani memprovokasi Keluarga Dougli ...."Sambil berteriak dengan keras, beberapa orang pembunuh dunia preman Keluarga Dougli tersebut sudah melangkah maju, berencana untuk menyerang saat itu juga."Mundur!"Namun, tepat pada saat ini, Tridon tiba-tiba berteriak menghentikan mereka."Tuan Tridon ...."Seorang tokoh hebat dunia preman menunjukkan ekspresi tidak terima.Namun, dia tetap tidak mengutarakan kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya itu.Musa yang berada di belakang Tridon, tiba-tiba maju dan memukuli dada orang tersebut dengan telapak tangannya."Plak!"Sebenarnya, tokoh hebat dunia preman itu juga merupakan seorang ahli bela diri yang andal, tetapi saat ini dia bahkan tidak sempat bereaksi.Sambil memuntahkan darah, tubuhnya terpental, menghantam tanah dengan keras. Kemudian, tubuhnya berkedut sejenak, lalu dia langsung tewas di tempat.Saat ini, suasana menjadi sangat hening
Begitu Desta selesai berbicara, suasana seperti membeku sesaat.Kemudian, terdengar teriakan penuh amarah orang-orang Keluarga Dougli."Keluarga Unima, kalian sedang cari mati!""Di mana Ardika? Suruh dia keluar! Aku akan menghabisinya!"" ... "Bahkan orang-orang seperti Olin dan Danu yang sudah lama berlatih untuk mengendalikan emosi mereka, sosok Duta Perbatasan yang selalu tenang dan tidak menunjukkan gejolak emosi mereka, saat ini api amarah juga tampak membara di mata mereka. Mereka bahkan menggertakkan gigi mereka dengan kesal.Apa yang dimaksud dengan memberikan peti mati ini untuk digunakan oleh Tridon, adalah sebuah bentuk meninggikan diri Tridon?Selain itu, Tridon bahkan disuruh untuk berbaring di dalam dengan patuh dan mengubur diri sendiri?Walaupun tidak ada yang beranggapan Ardika memiliki kekuatan seperti ini.Apalagi memahami dari mana sumber kepercayaan Ardika untuk mengucapkan kata-kata seperti ini.Namun, biarpun kata-kata ini hanya sekadar omong kosong belaka, tet
Karena di tengah-tengah kerumunan orang-orang tersebut, ada delapan belas orang pria yang mengangkat sebuah peti mati raksasa.Apa yang sedang mereka lakukan?Memprovokasi?Tepat pada saat semua orang sedang bertanya-tanya, Tridon yang berdiri di depan aula duka berkata dengan dingin, "Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax, kalian sudah terlambat.""Tapi, dengan mempertimbangkan kalian telah bersusah payah membawakan sebuah peti mati berkualitas bagus untuk muridku, aku bisa mengampuni nyawa kalian.""Sekarang, kemarilah dan berlututlah, bersujud menyesali perbuatan kalian."Kemarin Tridon sudah tahu Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax mencarikan sebuah peti mati berkualitas bagus.Karena itulah, dia tidak berpikir banyak. Dia hanya mengira tiga keluarga ini datang terlambat demi mengantarkan peti mati.Biarpun demikian, dia juga harus membuat orang-orang ini bersujud, menyesali perbuatan mereka di hadapan banyak orang.Bukan karena alasan lain, melainkan karen
"Ini adalah pernyataan yang kusampaikan dengan mewakili Keluarga Dougli Galea dan mewakili cabang Keluarga Dougli yang tersebar di seluruh wilayah Negara Nusantara!""Kalau Kediaman Wali Kota Banyuli menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Wali Kota Banyuli!""Kalau Kediaman Kodam Provinsi Denpapan menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Kodam Provinsi Denpapan!"Mendengar ucapan yang disertai dengan niat membunuh yang kuat sekaligus mengintimidasi itu, semua orang terkejut.Kalau Kediaman Wali Kota menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Wali Kota.Kalau Kediaman Kodam menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Kodam.Di seluruh kota ini, siapa yang berani melontarkan kata-kata seperti itu di depan umum?Hanya Tridon seorang yang berani melakukannya.Saat ini, bahkan Olin dan Danu, yang merupakan kodam tingkat provinsi pun, menatap Tridon dengan sorot mata agresif.Mereka menduduki posisi itu, tentu saja mereka tahu jelas Kediaman Kodam sebuah provinsi mewak
Di antara kerumunan orang-orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir, mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain.Kekuatan yang ditunjukkan oleh Keluarga Dougli kali ini, membuat banyak orang menggigil ketakutan.Sebelumnya, bagi mereka Keluarga Dougli luar negeri hanyalah sebuah keluarga bangsawan Galea.Walaupun memiliki kedudukan yang sangat terhormat, tetapi bagaimanapun juga fondasi mereka tidak berada di Negara Nusantara, masih sangat jauh dari sini.Kekuatan mengintimidasi Keluarga Dougli tetap jauh lebih lemah dibandingkan keluarga-keluarga besar lokal.Namun, sekarang, mereka baru menyadari mereka sudah salah.Salah besar!Begitu Tridon memberi instruksi, ratusan cabang Keluarga Dougli di Negara Nusantara langsung bergabung. Dalam sekejap, mereka membentuk sebuah kekuatan yang sangat menakutkan.Dengan kekuatan sebesar ini, mereka mungkin bisa mengalahkan beberapa keluarga besar dengan mudah.Menggunakan kekuatan sebesar ini untuk menghadapi Ardika?Biarpun orang in
Hamdi dan Lukmi tahu pengaturan Ardika, karena itulah mereka sangat memercayainya.Namun, pengaturan-pengaturan ini bersifat rahasia, tidak bisa diungkapkan kepada publik, itulah sebabnya ada banyak orang yang masih tetap memantau apakah Ardika bisa bertahan hidup atau tidak.Mereka juga merasa bersedih untuk Ardika.Namun, Ardika tetap tenang, dia berkata dengan tenang, "Selama aku menjabat sebagai wali kota sementara ini, aku melakukan segala sesuatu dengan jujur. Adapun mengenai acara perpisahan, baik ramai maupun sepi, aku nggak peduli.""Lanjutkan saja.""Selesai acara ini, aku masih ada urusan lain."...Dibandingkan dengan acara perpisahan yang sangat sepi ini, saat ini di depan Vila Pelarum, yang berlokasi sepuluh kilometer dari tempat ini, jauh lebih ramai.Di danau yang berlokasi di depan Vila Pelarum, didirikan aula duka yang sangat mewah.Melodi musik sedih di putar di lokasi tersebut, puluhan orang pendeta tampak sedang melakukan upacara berdoa di sekeliling aula duka ters
Ini sangat wajar.Negara Nusantara sekarang sudah berbeda dengan Negara Nusantara yang dulu, bukannya hanya dengan satu kalimat dari departemen luar negeri negara asing saja, Negara Nusantara akan menanggapinya dengan serius.Sering kali, pihak Negara Nusantara akan secara otomatis mengabaikan ucapan-ucapan tak masuk kala orang asing, menganggapnya sebagai suara anjing menggonggong.Jadi, mengapa kabinet meminta Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk berpura-pura tidak melihat?Apa yang terjadi?Tridon juga tidak mengerti mengapa bisa menjadi seperti ini.'Mungkin kabinet sengaja nggak memberi jawaban langsung, karena nggak ingin orang lain memegang kelemahannya. Tapi setelahnya, malah berpesan pada Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk membiarkanku bertindak sesuka hatiku ....'Inilah yang ada dalam benak Tridon. Dalam sekejap, seulas senyum liar menghiasi wajahnya."Sepertinya, kali ini semuanya berpihak padaku. Ardika, si bajingan itu sudah pasti akan mati kali ini."Tridon beranja
Tridon melirik seratus orang di hadapannya itu, samar-samar seulas senyum menghiasi wajahnya.Orang-orang yang berjumlah mendekati seratus orang itu adalah perwakilan yang dikirimkan oleh cabang Keluarga Dougli di berbagai wilayah di Negara Nusantara kemari kali ini.Setiap orang ini mewakili kekuatan yang luar biasa.Ada yang berasal dari dunia pemerintahan, ada yang berasal dari dunia preman, ada pula yang berasal dari tim tempur.Dengan adanya kekuatan sebesar ini yang bisa dia gerakkan sesuka hatinya, apa lagi yang tidak bisa dia lakukan di Negara Nusantara?"Kak Olin, Kak Danu, akhirnya kalian pulang juga!"Tepat pada saat ini, terdengar suara anggota Keluarga Dougli.Dalam sekejap, orang-orang yang berasal dari cabang Keluarga Dougli yang mendekati seratus orang itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang yang tadinya sedang duduk, juga segera berdiri.Di antara para perwakilan yang dikirim oleh Keluarga Dougli dari berbagai wilayah, tidak perlu dirag
Jigo adalah salah satu dari lima tetua kabinet Negara Nusantara.Kabinet sendiri mengurus segala urusan politik dalam negeri Negara Nusantara.Di antara peringkat pemegang kekuasaan di Negara Nusantara, tidak perlu diragukan lagi organisasi ini menempati peringkat pertama.Memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan tim tempur, departemen hukum dan organisasi-organisasi lainnya.Jadi, lima tetua kabinet tentu saja merupakan lima orang pemegang kekuasaan paling tinggi di Negara Nusantara."Pak Jigo, ada yang bisa kubantu? Silakan katakan saja ... baik, baik ... aku mengerti!"Setelah panggilan telepon itu berakhir, ekspresi terkejut masih menghiasi wajah Helios. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Melihat reaksinya, sorot mata terkejut juga tampak jelas di mata Olin dan Danu, tidak tahu apa yang telah dibicarakan oleh Pak Jigo dalam panggilan telepon tadi."Kak Helios, Pak Jigo memberi instruksi apa?"Danu mengajukan pertanyaan itu dengan penasaran. Setelah mengajukan pertanyaan i