"Novi, aku punya kaki sendiri! Kenapa aku nggak bisa datang ke sini?!"Begitu melihat wanita itu, Desi juga memasang ekspresi masam.Novi adalah rekan kerjanya saat dulu dia masih bekerja di rumah sakit ini.Sebelumnya, wanita itu berselisih dengannya di Hotel Puritama, bahkan membawa sekelompok orang untuk menindasnya."Hah, kalau dilihat dari cara bicara percaya dirimu ini, orang yang nggak tahu pasti akan mengira kamu kembali bekerja di sini lagi."Novi berkata dengan nada sinis, "Kecelakaan medis yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan kasus kamu dikeluarkan dari rumah sakit sudah tersebar luas. Kemarin, wakil direktur rumah sakit, Pak Ganang Santosa baru saja mengungkit hal ini denganku. Kenapa kamu begitu nggak tahu malu dan kembali lagi?""Kalau aku adalah kamu, aku nggak akan menginjakkan kakiku ke tempat ini lagi selamanya. Bahkan, aku juga tidak akan melewati rumah sakit ini. Kamu benar-benar nggak tahu malu!"Ucapan wanita paruh baya itu membuka luka di dalam hati Desi.Ek
"Ardika, apa kamu bisa mati kalau nggak berbicara?" teriak Desi sambil mengentakkan kakinya dengan kesal.Dia benar-benar kesal setengah mati mendengar ucapan Ardika.Novi sekeluarga sedang memamerkan Mercedes Benz baru bernilai 1 miliar dan mengejek mereka hanya memiliki Audi A4 yang bernilai 600 juta.Hanya karena ini saja, Desi sudah sangat kesal dan malu.Saat ini, Ardika malah tiba-tiba muncul dan mengatakan Audi A4 keluarga mereka sudah tidak dapat digunakan lagi.Bukankah sama saja dengan memperburuk situasi?Sekarang, dia benar-benar ingin sekali melayangkan tamparan ke wajah idiot itu!"Astaga, satu-satunya mobil keluarga kalian sudah nggak bisa digunakan lagi?"Novi langsung tertawa dan berkata dengan bangga, "Kalau begitu, Desi, kelak keluargamu sudah nggak punya mobil lagi, mau ke mana pun jadi nggak praktis. Cih, benar-benar menyedihkan."Desi hanya memasang muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Apa yang Novi katakan adalah fakta, dia tidak bisa menyangkalnya.Uang seb
Yunita langsung berteriak dengan keras, "Siapa?! Siapa yang sengaja memarkir mobil sembarangan seperti ini dan memblokir mobil kami?! Mengendarai mobil balap saja sudah hebat, hah?!"Begitu orang-orang yang kebetulan lewat di tempat itu melihat posisi parkir mobil Yunia, mereka langsung melirik wanita itu dengan sorot mata seolah melihat orang gila, lalu pergi.Remon juga datang melihat posisi parkir mobil mereka sejenak. 'Dasar bodoh!' umpat pria itu dalam hati.Dia buru-buru menghentikan Yunita. "Jangan berteriak lagi. Kamu sendiri yang memarkirkan mobil dalam posisi miring. Tadi, aku sudah bilang aku saja yang memarkirkan mobil, tapi kamu malah bersikeras mau memarkirkan mobil sendiri!"Tadi, begitu keluar dari mobil, dia langsung pergi membeli rokok. Jadi, dia sama sekali tidak menyadari istrinya memarkirkan mobil dalam posisi miring seperti ini."Remon, kenapa kamu malah menyalahkanku?! Jelas-jelas mereka yang memarkirkan mobil memblokir mobil kita!"Karakter Yunita sama seperti i
Awalnya Ardika mengira Desi datang berobat ke rumah sakit dan kekurangan uang, jadi istrinya memintanya untuk membawa uang ke sini.Sekarang dia baru mengerti, ternyata uang 40 juta itu untuk Viktor."Ya, kami sudah membawanya. Sesuai permintaan kalian, 40 juta."Setelah memasuki bangsal, Desi bertanya dengan perhatian, "Viktor, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Viktor sedang menyilangkan kakinya seperti seorang bos besar.Mendengar ucapan Desi, dia hanya mendengus dan menunjukkan ekspresi tidak senang."Nggak apa-apa katamu? Apa kamu nggak lihat bagaimana kondisi Viktor sekarang?!"Susi memelototi Ardika dan berkata, "Kalau semalam menantu pecundangmu ini mengeluarkan Viktor dari tempat itu lebih cepat, dia nggak akan dipukuli sampai seperti ini!"Semalam Ardika yang sudah menyelamatkan Viktor.Namun, alih-alih berterima kasih, wanita itu malah menyalahkan Ardika tidak menyelamatkan putranya lebih cepat.Mendengar ucapan Susi, Desi tidak mengucapkan sepatah kata pun.Ardika bukanlah orang ya
Kejadian Ardika menamparnya di tempat perjudian semalam masih segar dalam ingatannya.Hal ini terus berputar-putar dalam pikirannya.Setelah menemukannya, Darius dan Susi juga menceritakan padanya betapa arogan Ardika dan betapa Ardika memandang rendah mereka.Viktor sengaja menunjuk Ardika menjadi perawatnya jelas-jelas untuk mempermalukan Ardika.Dia berkata dengan gigi terkatup dan ekspresi bangga, "Ardika, bukankah kamu berlagak hebat di hadapan orang tuaku? Sepuluh hari hingga setengah bulan berikutnya, kamu yang menjaga dan melayaniku! Kamu harus menuruti semua perintahku!"Ardika berkata dengan dingin, "Bermimpi saja kamu!" Dia ingin sekali memukul pria tidak tahu diri itu sampai mati.Tepat pada saat ini, Desi tiba-tiba berkata, "Ardika, bagaimana kalau kamu yang menjaga Viktor?" Nada bicaranya tidak seperti sedang memerintah Ardika.Dia seolah-olah juga enggan mengucapkan kata-kata seperti itu.Namun, dia juga tidak punya pilihan lain lagi.Kalau bukan Ardika yang melakukannya
Tadi, setelah menerima pesan yang berisi bahwa Desi datang ke rumah sakit ini dari Novi yang sedang menunggu di tempat parkir, dia secara khusus bergegas ke sini."Hah, kamu berbicara seolah-olah kamu nggak melakukan kesalahan apa pun."Ganang mendengus dingin, lalu mencibir dan berkata, "Lima tahun yang lalu, karena kesalahanmu, terjadi kecelakaan medis, sampai-sampai seorang pasien wanita muda meninggal. Sejak saat itu pula, nama baik rumah sakit ini sudah tercoreng. Semua staf medis di rumah sakit ini juga ikut malu. Seharusnya orang sepertimu nggak menginjakkan kakimu di rumah sakit ini lagi!"Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke kerumunan di luar bangsal dan berkata, "Semuanya, bagaimana menurut kalian? Apa ucapanku benar?"Setelah mendengar ucapan Ganang, orang-orang yang berkerumun di luar bangsal baru tahu bahwa dulu Desi adalah seorang dokter di rumah sakit ini dan pernah menyebabkan kecelakaan medis hingga seorang pasien yang masih muda meninggal."Pak Ganang benar. Oran
Ganang menatap Ardika dengan tatapan meremehkan.'Bukankah menantu Desi ini ingin menghasilkan uang dengan menjadi perawat di sini? Aku nggak akan membiarkannya menghasilkan sepeser pun dari sini.' pikir Ganang.Dengan sorot mata dingin, Ardika berkata dengan suara dalam, "Aku punya kaki. Kalau aku mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pikir kamu siapa? Beraninya kamu mengusirku!"Kalau bukan karena sebelumnya Viktor bersikeras ingin dilayaninya, dia juga tidak ingin berlama-lama di rumah sakit ini.Namun sekarang begitu Ganang mengusirnya dengan kasar seperti itu, dia malah mengurungkan niatnya untuk pergi."Huh, aku adalah wakil direktur rumah sakit ini!"Ganang berkata dengan ekspresi arogan, "Aku yang mengelola keamanan rumah sakit ini. Seseorang dengan gangguan mental sepertimu berada di sini untuk menghasilkan uang, bagaimana kalau sampai penyakitmu kumat, lalu melukai pasien dan keluarga pasien?!""Apa? Dia pengidap gangguan mental?"Begitu mendengar ucapan Ganang, orang-orang
Alvaro sudah mendengar semuanya dari Tarno.Tidak tahu keberuntungan seperti apa yang dimiliki oleh Ardika, sebelumnya pria itu sudah menyelamatkan Nona Keluarga Septio Provinsi Aste.Dengan begitu, Ardika sudah menjalin relasi dengan Keluarga Septio Provinsi Aste. Dia bukan hanya tidak bisa membalas dendam atas penghancuran tempat perjudiannya saja, dia juga harus tunduk di hadapan Ardika.Apa boleh buat, bisnis Billy bergantung pada Keluarga Septio Provinsi Aste.Setelah berpikir demikian, dia langsung melangkah maju dan mendorong seorang keluarga pasien yang sedang menonton keramaian. "Minggir sana! Jangan menghalangi jalanku!"Keluarga pasien itu adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas dan menggenggam sebuah dompet. Seharusnya dia adalah seorang bos, tetapi bukan bos besar.Dia menepis tangan Alvaro dan berkata dengan kesal, "Siapa kamu? Beraninya kamu memerintahku ....""Plak!"Sebelum pria paruh baya itu selesai berbicara, Alvaro langsung melayangkan tamparan k