Alvaro tidak bisa menyelesaikan kalimatnya lagi karena sorot mata Ardika terhadap dirinya tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin.Setelah menghentikan Alvaro untuk menyelesaikan kalimatnya dengan sorot mata dinginnya, Ardika baru berkata kepada Desi, "Ibu, aku nggak memprovokasi Bos Alvaro. Dia datang untuk mencari Viktor. Mungkin penjudi sialan itu masih berutang pada Bos Alvaro dan belum membayarnya, jadi Bos Alvaro datang untuk menangkap Viktor dan menjadikannya sebagai pelayan."Selesai berbicara, dia melirik Alvaro dan berkata, "Bos Alvaro, ucapanku nggak salah, 'kan?"Dia tidak ingin Desi tahu bahwa dia yang memanggil Alvaro datang untuk membereskan Viktor.Sebelum penyakit mental Desi sembuh, dia belum bisa membereskan Keluarga Lasman secara langsung.Kalau tidak, semuanya hanya akan berjalan bertentangan dengan harapannya. Alih-alih berterima kasih, Desi malah akan menyalahkannya."Ya, aku datang untuk mencari Viktor."Alvaro segera menganggukkan kepalanya. Walaupun dia tidak
"Bagaimana ini?""Viktor ditangkap tepat di hadapan kita. Setelah orang tuanya mengetahui hal ini, pasti akan membuat keributan besar. Mereka pasti akan meminta kita mengeluarkan uang untuk menyelamatkannya. Tapi, keluarga kita benar-benar nggak punya uang lagi!"Melihat Viktor diseret keluar oleh anak buah Alvaro, Desi merasa agak panik.Ardika hanya tersenyum, hal yang Desi khawatirkan ini bukanlah masalah.Kali ini, dia tidak akan membawa uang untuk menyelamatkan orang lagi.Namun, dia tetap berkata, "Jangan khawatir, Bu. Semalam aku sudah berdiskusi dengan Bos Alvaro, aku diberi kesempatan untuk mengucapkan beberapa patah kata padanya. Aku coba tanyakan dulu padanya, Ibu tunggu aku di sini, ya."Kebetulan masih ada hal lain yang ingin dia sampaikan kepada Alvaro dan tidak boleh didengar oleh Desi.Selesai berbicara, dia bergegas keluar dari bangsal untuk menemui Alvaro."Bos Alvaro, mengenai masalah uang itu ...."Ganang sedang berdiri berhadapan dengan Alvaro.Melihat kedatangan A
Sebenarnya, saat mendengar ucapan Mulyadi, Ardika sendiri juga tertegun sejenak.Dia tidak mengetahui tentang penyumbangan peralatan medis ini.Seharusnya Henry yang melakukannya.Namun, terlepas dari kebenarannya, begitu mendengar ucapan Mulyadi, semua orang langsung tercengang.Mengingat kembali momen saat mereka mengejek Ardika, kebanyakan orang menundukkan kepala mereka secara naluriah, bahkan ingin sekali hilang ditelan bumi.Menyumbangkan peralatan medis bernilai triliunan! Kalau begitu, berapa nilai aset yang dimilikinya?!Seharusnya aset yang dimilikinya bernilai fantastis, bukan?Pemuda kaya raya seperti itu malah mereka anggap sebagai pecundang!Sungguh konyol!Bahkan Alvaro juga menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Dia berusaha menjilat Ardika bukan karena kemampuan yang dimiliki oleh Ardika, melainkan karena Ardika memiliki relasi dengan Keluarga Septio Provinsi Aste.Namun, sekarang setelah mendengar ucapan Mulyadi, Ardika sendiri juga seseorang yang kaya raya.Apa mema
Alvaro berjalan menghampiri Ganang dan berkata, "Ayo kita pergi."Ganang bertanya dengan bingung, "Bos Alvaro mengajakku ke mana?"Alvaro mendengus dan berkata, "Tentu saja ke tempatku untuk membicarakan tentang utangmu."Seolah-olah tidak mendengar apa-apa, Mulyadi langsung berbalik dan pergi.Saat ini, Ganang benar-benar merasa putus asa.Dia baru saja dikeluarkan oleh Mulyadi, sekarang dia akan dibawa pergi oleh Alvaro.Setelah melihat seulas senyum ganas di wajah Alvaro, dia sudah memahami satu hal. Kali ini dia ikut pergi dengan Alvaro, walaupun dia tidak mati, dia pasti akan berakhir dengan mengenaskan!Semua hal buruk ini menimpanya karena dia sudah menyinggung Ardika.Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, tadi Ardika menarik Alvaro ke samping dan membisikkan beberapa patah kata padanya. Karena beberapa patah kata dari Ardika itulah, Alvaro baru memperlakukannya seperti ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu berlutut dan berkata, "Tuan Ardika, aku mohon
Mendengar Maserati tiba-tiba berbunyi, Novi, putrinya dan menantunya terkejut."Eh? Pemilik mobil itu sudah kembali? Mana orangnya?"Yunita yang dalam posisi berjongkok segera berdiri.Karena sudah menunggu dalam posisi berjongkok cukup lama, kakinya terasa kesemutan.Novi mengamati sekeliling dan berkata, "Aku nggak melihat pemilik mobilnya.""Apa kamu sudah buta? Jelas-jelas orangnya di sini."Tepat pada saat ini, Ardika membawa Desi yang masih tercengang menghampiri Novi sekeluarga. Dia mengayun-ayunkan kunci mobil dalam genggamannya di hadapan mereka bertiga, lalu Maserati itu kembali berbunyi."Kamu ... kamu adalah pemilik mobil ini?"Novi sekeluarga menatap Ardika dengan tatapan terkejut, mulut mereka ternganga.Menantu idiot Keluarga Basagita ini adalah pemilik mobil Maserati!Bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi?!Namun, fakta terpampang jelas di hadapan mereka. Mau tidak mau, mereka tetap harus memercayainya.Desi yang masih agak linglung bertanya, "Ardika, berapa harga m
Desi menatap Novi dengan tatapan arogan. "Novi, selama bertahun-tahun ini, kamu nggak pernah mengucapkan kata-kata yang baik di hadapanku. Biarpun aku tahu kamu nggak mengucapkannya dengan tulus, tapi aku tetap merasa sangat senang!"Saat ini, rasa bangga menyelimuti hatinya.Novi menyunggingkan seulas senyum canggung, seolah-olah merasakan wajahnya ditampar oleh orang lain.Aura panas mengaliri wajahnya, rasa malu menyelimuti hatinya.Mengingat sebelumnya dia mengejek Desi dan Ardika, serta memamerkan mobil 1 miliar milik Remon di hadapan mereka, dia ingin sekali hilang ditelan bumi sekarang juga.Benar-benar memalukan!Remon dan Yunita juga menatap Ardika dengan ekspresi malu.Sekali beli, tiga mobil sekaligus. Kalau digabungkan, totalnya sudah sekitar 20 miliar.Kalau begitu, mobil bernilai 1 miliar milik keluarga mereka sama sekali bukan apa-apa di hadapan Desi sekeluarga.Remon berkata dengan sopan, "Itu .... Ardika, tolong pindahkan mobilmu sebentar."Pria yang sebelumnya selalu
Melihat Luna mengendarai mobil balap baru, Darius dan Susi kesal setengah mati.Seharusnya Luna tidak membeli mobil.Seharusnya wanita itu membawa uang untuk menyelamatkan putra mereka!"Semalam aku sudah membantu putra kalian membayar utang judinya, tapi masih nggak cukup? Sekarang kalian memintaku membawa uang untuk menyelamatkannya lagi?! Apa kalian pikir keluarga kami adalah mesin ATM?!" kata Luna dengan kesal."Kalian memang mesin ATM kami. Siapa suruh ibumu mencelakai putri kami?!" kata Darius dengan percaya diri."Luna, aku menyuruh ibumu untuk menjaga putraku di rumah sakit, tapi dia malah melihat putraku dibawa pergi oleh Alvaro begitu saja! Kalian harus memikirkan cara untuk menyelamatkan putraku!"Susi juga menerjang ke kaca mobil.Luna mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Ardika dan bertanya, "Saat Alvaro membawa Viktor pergi, sebenarnya apa yang dikatakannya? Apa dia meminta kita menyerahkan uang kepadanya untuk menyelamatkan Viktor?"Ardika tidak akan mengizinkan h
Luna menatap Desi dengan tatapan bingung dan bertanya, "Ibu, ada apa lagi?"Bukankah Handoko baru saja memberitahunya Desi terus memuji Ardika?Namun, kalau dilihat dari sikap Desi pada Ardika sekarang, sepertinya sama sekali tidak berubah.Desi berkata dengan ekspresi tidak senang, "Bibimu baru saja meneleponku dan memarahiku. Dia bilang Ardika sudah merebut mobil putra dan putrinya.""Awalnya dua mobil balap itu sudah dipesan oleh Wisnu dan Wulan, masing-masing dari mereka sudah mengeluarkan sepuluh miliar. Dengan mengandalkan seorang tokoh hebat yang dikenalnya, Ardika meminta staf showroom untuk menyerahkan mobil itu kepadanya!"Bibi Luna bernama Nadia Jekonia, dia juga seorang wanita yang keji dan galak.Selama ini, wanita itu selalu menganggap remeh Luna sekeluarga. Selama bertahun-tahun, Desi selalu dibuat kesal oleh wanita itu.Sepulang ke rumah, putra dan putrinya langsung memberi tahu masalah mobil kepada ibunya. Tanpa banyak bicara, Nadia langsung menelepon Desi dan memarahi