"Bagaimana ini?""Viktor ditangkap tepat di hadapan kita. Setelah orang tuanya mengetahui hal ini, pasti akan membuat keributan besar. Mereka pasti akan meminta kita mengeluarkan uang untuk menyelamatkannya. Tapi, keluarga kita benar-benar nggak punya uang lagi!"Melihat Viktor diseret keluar oleh anak buah Alvaro, Desi merasa agak panik.Ardika hanya tersenyum, hal yang Desi khawatirkan ini bukanlah masalah.Kali ini, dia tidak akan membawa uang untuk menyelamatkan orang lagi.Namun, dia tetap berkata, "Jangan khawatir, Bu. Semalam aku sudah berdiskusi dengan Bos Alvaro, aku diberi kesempatan untuk mengucapkan beberapa patah kata padanya. Aku coba tanyakan dulu padanya, Ibu tunggu aku di sini, ya."Kebetulan masih ada hal lain yang ingin dia sampaikan kepada Alvaro dan tidak boleh didengar oleh Desi.Selesai berbicara, dia bergegas keluar dari bangsal untuk menemui Alvaro."Bos Alvaro, mengenai masalah uang itu ...."Ganang sedang berdiri berhadapan dengan Alvaro.Melihat kedatangan A
Sebenarnya, saat mendengar ucapan Mulyadi, Ardika sendiri juga tertegun sejenak.Dia tidak mengetahui tentang penyumbangan peralatan medis ini.Seharusnya Henry yang melakukannya.Namun, terlepas dari kebenarannya, begitu mendengar ucapan Mulyadi, semua orang langsung tercengang.Mengingat kembali momen saat mereka mengejek Ardika, kebanyakan orang menundukkan kepala mereka secara naluriah, bahkan ingin sekali hilang ditelan bumi.Menyumbangkan peralatan medis bernilai triliunan! Kalau begitu, berapa nilai aset yang dimilikinya?!Seharusnya aset yang dimilikinya bernilai fantastis, bukan?Pemuda kaya raya seperti itu malah mereka anggap sebagai pecundang!Sungguh konyol!Bahkan Alvaro juga menatap Ardika dengan tatapan terkejut.Dia berusaha menjilat Ardika bukan karena kemampuan yang dimiliki oleh Ardika, melainkan karena Ardika memiliki relasi dengan Keluarga Septio Provinsi Aste.Namun, sekarang setelah mendengar ucapan Mulyadi, Ardika sendiri juga seseorang yang kaya raya.Apa mema
Alvaro berjalan menghampiri Ganang dan berkata, "Ayo kita pergi."Ganang bertanya dengan bingung, "Bos Alvaro mengajakku ke mana?"Alvaro mendengus dan berkata, "Tentu saja ke tempatku untuk membicarakan tentang utangmu."Seolah-olah tidak mendengar apa-apa, Mulyadi langsung berbalik dan pergi.Saat ini, Ganang benar-benar merasa putus asa.Dia baru saja dikeluarkan oleh Mulyadi, sekarang dia akan dibawa pergi oleh Alvaro.Setelah melihat seulas senyum ganas di wajah Alvaro, dia sudah memahami satu hal. Kali ini dia ikut pergi dengan Alvaro, walaupun dia tidak mati, dia pasti akan berakhir dengan mengenaskan!Semua hal buruk ini menimpanya karena dia sudah menyinggung Ardika.Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, tadi Ardika menarik Alvaro ke samping dan membisikkan beberapa patah kata padanya. Karena beberapa patah kata dari Ardika itulah, Alvaro baru memperlakukannya seperti ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu berlutut dan berkata, "Tuan Ardika, aku mohon
Mendengar Maserati tiba-tiba berbunyi, Novi, putrinya dan menantunya terkejut."Eh? Pemilik mobil itu sudah kembali? Mana orangnya?"Yunita yang dalam posisi berjongkok segera berdiri.Karena sudah menunggu dalam posisi berjongkok cukup lama, kakinya terasa kesemutan.Novi mengamati sekeliling dan berkata, "Aku nggak melihat pemilik mobilnya.""Apa kamu sudah buta? Jelas-jelas orangnya di sini."Tepat pada saat ini, Ardika membawa Desi yang masih tercengang menghampiri Novi sekeluarga. Dia mengayun-ayunkan kunci mobil dalam genggamannya di hadapan mereka bertiga, lalu Maserati itu kembali berbunyi."Kamu ... kamu adalah pemilik mobil ini?"Novi sekeluarga menatap Ardika dengan tatapan terkejut, mulut mereka ternganga.Menantu idiot Keluarga Basagita ini adalah pemilik mobil Maserati!Bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi?!Namun, fakta terpampang jelas di hadapan mereka. Mau tidak mau, mereka tetap harus memercayainya.Desi yang masih agak linglung bertanya, "Ardika, berapa harga m
Desi menatap Novi dengan tatapan arogan. "Novi, selama bertahun-tahun ini, kamu nggak pernah mengucapkan kata-kata yang baik di hadapanku. Biarpun aku tahu kamu nggak mengucapkannya dengan tulus, tapi aku tetap merasa sangat senang!"Saat ini, rasa bangga menyelimuti hatinya.Novi menyunggingkan seulas senyum canggung, seolah-olah merasakan wajahnya ditampar oleh orang lain.Aura panas mengaliri wajahnya, rasa malu menyelimuti hatinya.Mengingat sebelumnya dia mengejek Desi dan Ardika, serta memamerkan mobil 1 miliar milik Remon di hadapan mereka, dia ingin sekali hilang ditelan bumi sekarang juga.Benar-benar memalukan!Remon dan Yunita juga menatap Ardika dengan ekspresi malu.Sekali beli, tiga mobil sekaligus. Kalau digabungkan, totalnya sudah sekitar 20 miliar.Kalau begitu, mobil bernilai 1 miliar milik keluarga mereka sama sekali bukan apa-apa di hadapan Desi sekeluarga.Remon berkata dengan sopan, "Itu .... Ardika, tolong pindahkan mobilmu sebentar."Pria yang sebelumnya selalu
Melihat Luna mengendarai mobil balap baru, Darius dan Susi kesal setengah mati.Seharusnya Luna tidak membeli mobil.Seharusnya wanita itu membawa uang untuk menyelamatkan putra mereka!"Semalam aku sudah membantu putra kalian membayar utang judinya, tapi masih nggak cukup? Sekarang kalian memintaku membawa uang untuk menyelamatkannya lagi?! Apa kalian pikir keluarga kami adalah mesin ATM?!" kata Luna dengan kesal."Kalian memang mesin ATM kami. Siapa suruh ibumu mencelakai putri kami?!" kata Darius dengan percaya diri."Luna, aku menyuruh ibumu untuk menjaga putraku di rumah sakit, tapi dia malah melihat putraku dibawa pergi oleh Alvaro begitu saja! Kalian harus memikirkan cara untuk menyelamatkan putraku!"Susi juga menerjang ke kaca mobil.Luna mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Ardika dan bertanya, "Saat Alvaro membawa Viktor pergi, sebenarnya apa yang dikatakannya? Apa dia meminta kita menyerahkan uang kepadanya untuk menyelamatkan Viktor?"Ardika tidak akan mengizinkan h
Luna menatap Desi dengan tatapan bingung dan bertanya, "Ibu, ada apa lagi?"Bukankah Handoko baru saja memberitahunya Desi terus memuji Ardika?Namun, kalau dilihat dari sikap Desi pada Ardika sekarang, sepertinya sama sekali tidak berubah.Desi berkata dengan ekspresi tidak senang, "Bibimu baru saja meneleponku dan memarahiku. Dia bilang Ardika sudah merebut mobil putra dan putrinya.""Awalnya dua mobil balap itu sudah dipesan oleh Wisnu dan Wulan, masing-masing dari mereka sudah mengeluarkan sepuluh miliar. Dengan mengandalkan seorang tokoh hebat yang dikenalnya, Ardika meminta staf showroom untuk menyerahkan mobil itu kepadanya!"Bibi Luna bernama Nadia Jekonia, dia juga seorang wanita yang keji dan galak.Selama ini, wanita itu selalu menganggap remeh Luna sekeluarga. Selama bertahun-tahun, Desi selalu dibuat kesal oleh wanita itu.Sepulang ke rumah, putra dan putrinya langsung memberi tahu masalah mobil kepada ibunya. Tanpa banyak bicara, Nadia langsung menelepon Desi dan memarahi
Handoko terkejut setengah mati.Dengan karakter kakaknya, kalau kakaknya benar-benar sudah marah, kemungkinan besar mobilnya benar-benar akan dihancurkan.Terutama setelah Luna menjadi manajer umum Grup Agung Makmur, aura yang terpancar dari tubuhnya makin kuat dan menakutkan.Tentu saja, sebagai seorang adik, saat berhadapan dengan kakaknya, dia merasa sedikit ketakutan."Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik, setelah lulus nanti apa yang ingin kamu kerjakan."Setelah menepuk-nepuk bahu adik iparnya, Ardika langsung berjalan pergi.Handoko berjongkok di depan mobil balapnya sendirian sambil memikirkan hal itu.Sebuah mobil Maybach berhenti di depan gerbang kompleks vila mewah tersebut.Arini, wanita yang dulu menuduh Delvin melakukan kecurangan saat ujian tampak berdiri di depan mobil.Wanita itu baru tahu Ardika tinggal di sini.Melihat Ardika sudah berjalan keluar, dia bergegas menyambut pria itu dan berkata, "Ardika, apa kamu sudah makan siang? Bagaimana kalau aku mentraktirmu?""Sudah
"Apa kalian mengira hanya dengan adanya Ardika si bajingan itu mendukung kalian, kalian sudah berani memprovokasi Keluarga Dougli ...."Sambil berteriak dengan keras, beberapa orang pembunuh dunia preman Keluarga Dougli tersebut sudah melangkah maju, berencana untuk menyerang saat itu juga."Mundur!"Namun, tepat pada saat ini, Tridon tiba-tiba berteriak menghentikan mereka."Tuan Tridon ...."Seorang tokoh hebat dunia preman menunjukkan ekspresi tidak terima.Namun, dia tetap tidak mengutarakan kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya itu.Musa yang berada di belakang Tridon, tiba-tiba maju dan memukuli dada orang tersebut dengan telapak tangannya."Plak!"Sebenarnya, tokoh hebat dunia preman itu juga merupakan seorang ahli bela diri yang andal, tetapi saat ini dia bahkan tidak sempat bereaksi.Sambil memuntahkan darah, tubuhnya terpental, menghantam tanah dengan keras. Kemudian, tubuhnya berkedut sejenak, lalu dia langsung tewas di tempat.Saat ini, suasana menjadi sangat hening
Begitu Desta selesai berbicara, suasana seperti membeku sesaat.Kemudian, terdengar teriakan penuh amarah orang-orang Keluarga Dougli."Keluarga Unima, kalian sedang cari mati!""Di mana Ardika? Suruh dia keluar! Aku akan menghabisinya!"" ... "Bahkan orang-orang seperti Olin dan Danu yang sudah lama berlatih untuk mengendalikan emosi mereka, sosok Duta Perbatasan yang selalu tenang dan tidak menunjukkan gejolak emosi mereka, saat ini api amarah juga tampak membara di mata mereka. Mereka bahkan menggertakkan gigi mereka dengan kesal.Apa yang dimaksud dengan memberikan peti mati ini untuk digunakan oleh Tridon, adalah sebuah bentuk meninggikan diri Tridon?Selain itu, Tridon bahkan disuruh untuk berbaring di dalam dengan patuh dan mengubur diri sendiri?Walaupun tidak ada yang beranggapan Ardika memiliki kekuatan seperti ini.Apalagi memahami dari mana sumber kepercayaan Ardika untuk mengucapkan kata-kata seperti ini.Namun, biarpun kata-kata ini hanya sekadar omong kosong belaka, tet
Karena di tengah-tengah kerumunan orang-orang tersebut, ada delapan belas orang pria yang mengangkat sebuah peti mati raksasa.Apa yang sedang mereka lakukan?Memprovokasi?Tepat pada saat semua orang sedang bertanya-tanya, Tridon yang berdiri di depan aula duka berkata dengan dingin, "Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax, kalian sudah terlambat.""Tapi, dengan mempertimbangkan kalian telah bersusah payah membawakan sebuah peti mati berkualitas bagus untuk muridku, aku bisa mengampuni nyawa kalian.""Sekarang, kemarilah dan berlututlah, bersujud menyesali perbuatan kalian."Kemarin Tridon sudah tahu Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax mencarikan sebuah peti mati berkualitas bagus.Karena itulah, dia tidak berpikir banyak. Dia hanya mengira tiga keluarga ini datang terlambat demi mengantarkan peti mati.Biarpun demikian, dia juga harus membuat orang-orang ini bersujud, menyesali perbuatan mereka di hadapan banyak orang.Bukan karena alasan lain, melainkan karen
"Ini adalah pernyataan yang kusampaikan dengan mewakili Keluarga Dougli Galea dan mewakili cabang Keluarga Dougli yang tersebar di seluruh wilayah Negara Nusantara!""Kalau Kediaman Wali Kota Banyuli menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Wali Kota Banyuli!""Kalau Kediaman Kodam Provinsi Denpapan menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Kodam Provinsi Denpapan!"Mendengar ucapan yang disertai dengan niat membunuh yang kuat sekaligus mengintimidasi itu, semua orang terkejut.Kalau Kediaman Wali Kota menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Wali Kota.Kalau Kediaman Kodam menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Kodam.Di seluruh kota ini, siapa yang berani melontarkan kata-kata seperti itu di depan umum?Hanya Tridon seorang yang berani melakukannya.Saat ini, bahkan Olin dan Danu, yang merupakan kodam tingkat provinsi pun, menatap Tridon dengan sorot mata agresif.Mereka menduduki posisi itu, tentu saja mereka tahu jelas Kediaman Kodam sebuah provinsi mewak
Di antara kerumunan orang-orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir, mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain.Kekuatan yang ditunjukkan oleh Keluarga Dougli kali ini, membuat banyak orang menggigil ketakutan.Sebelumnya, bagi mereka Keluarga Dougli luar negeri hanyalah sebuah keluarga bangsawan Galea.Walaupun memiliki kedudukan yang sangat terhormat, tetapi bagaimanapun juga fondasi mereka tidak berada di Negara Nusantara, masih sangat jauh dari sini.Kekuatan mengintimidasi Keluarga Dougli tetap jauh lebih lemah dibandingkan keluarga-keluarga besar lokal.Namun, sekarang, mereka baru menyadari mereka sudah salah.Salah besar!Begitu Tridon memberi instruksi, ratusan cabang Keluarga Dougli di Negara Nusantara langsung bergabung. Dalam sekejap, mereka membentuk sebuah kekuatan yang sangat menakutkan.Dengan kekuatan sebesar ini, mereka mungkin bisa mengalahkan beberapa keluarga besar dengan mudah.Menggunakan kekuatan sebesar ini untuk menghadapi Ardika?Biarpun orang in
Hamdi dan Lukmi tahu pengaturan Ardika, karena itulah mereka sangat memercayainya.Namun, pengaturan-pengaturan ini bersifat rahasia, tidak bisa diungkapkan kepada publik, itulah sebabnya ada banyak orang yang masih tetap memantau apakah Ardika bisa bertahan hidup atau tidak.Mereka juga merasa bersedih untuk Ardika.Namun, Ardika tetap tenang, dia berkata dengan tenang, "Selama aku menjabat sebagai wali kota sementara ini, aku melakukan segala sesuatu dengan jujur. Adapun mengenai acara perpisahan, baik ramai maupun sepi, aku nggak peduli.""Lanjutkan saja.""Selesai acara ini, aku masih ada urusan lain."...Dibandingkan dengan acara perpisahan yang sangat sepi ini, saat ini di depan Vila Pelarum, yang berlokasi sepuluh kilometer dari tempat ini, jauh lebih ramai.Di danau yang berlokasi di depan Vila Pelarum, didirikan aula duka yang sangat mewah.Melodi musik sedih di putar di lokasi tersebut, puluhan orang pendeta tampak sedang melakukan upacara berdoa di sekeliling aula duka ters
Ini sangat wajar.Negara Nusantara sekarang sudah berbeda dengan Negara Nusantara yang dulu, bukannya hanya dengan satu kalimat dari departemen luar negeri negara asing saja, Negara Nusantara akan menanggapinya dengan serius.Sering kali, pihak Negara Nusantara akan secara otomatis mengabaikan ucapan-ucapan tak masuk kala orang asing, menganggapnya sebagai suara anjing menggonggong.Jadi, mengapa kabinet meminta Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk berpura-pura tidak melihat?Apa yang terjadi?Tridon juga tidak mengerti mengapa bisa menjadi seperti ini.'Mungkin kabinet sengaja nggak memberi jawaban langsung, karena nggak ingin orang lain memegang kelemahannya. Tapi setelahnya, malah berpesan pada Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk membiarkanku bertindak sesuka hatiku ....'Inilah yang ada dalam benak Tridon. Dalam sekejap, seulas senyum liar menghiasi wajahnya."Sepertinya, kali ini semuanya berpihak padaku. Ardika, si bajingan itu sudah pasti akan mati kali ini."Tridon beranja
Tridon melirik seratus orang di hadapannya itu, samar-samar seulas senyum menghiasi wajahnya.Orang-orang yang berjumlah mendekati seratus orang itu adalah perwakilan yang dikirimkan oleh cabang Keluarga Dougli di berbagai wilayah di Negara Nusantara kemari kali ini.Setiap orang ini mewakili kekuatan yang luar biasa.Ada yang berasal dari dunia pemerintahan, ada yang berasal dari dunia preman, ada pula yang berasal dari tim tempur.Dengan adanya kekuatan sebesar ini yang bisa dia gerakkan sesuka hatinya, apa lagi yang tidak bisa dia lakukan di Negara Nusantara?"Kak Olin, Kak Danu, akhirnya kalian pulang juga!"Tepat pada saat ini, terdengar suara anggota Keluarga Dougli.Dalam sekejap, orang-orang yang berasal dari cabang Keluarga Dougli yang mendekati seratus orang itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang yang tadinya sedang duduk, juga segera berdiri.Di antara para perwakilan yang dikirim oleh Keluarga Dougli dari berbagai wilayah, tidak perlu dirag
Jigo adalah salah satu dari lima tetua kabinet Negara Nusantara.Kabinet sendiri mengurus segala urusan politik dalam negeri Negara Nusantara.Di antara peringkat pemegang kekuasaan di Negara Nusantara, tidak perlu diragukan lagi organisasi ini menempati peringkat pertama.Memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan tim tempur, departemen hukum dan organisasi-organisasi lainnya.Jadi, lima tetua kabinet tentu saja merupakan lima orang pemegang kekuasaan paling tinggi di Negara Nusantara."Pak Jigo, ada yang bisa kubantu? Silakan katakan saja ... baik, baik ... aku mengerti!"Setelah panggilan telepon itu berakhir, ekspresi terkejut masih menghiasi wajah Helios. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Melihat reaksinya, sorot mata terkejut juga tampak jelas di mata Olin dan Danu, tidak tahu apa yang telah dibicarakan oleh Pak Jigo dalam panggilan telepon tadi."Kak Helios, Pak Jigo memberi instruksi apa?"Danu mengajukan pertanyaan itu dengan penasaran. Setelah mengajukan pertanyaan i