Melihat Luna mengendarai mobil balap baru, Darius dan Susi kesal setengah mati.Seharusnya Luna tidak membeli mobil.Seharusnya wanita itu membawa uang untuk menyelamatkan putra mereka!"Semalam aku sudah membantu putra kalian membayar utang judinya, tapi masih nggak cukup? Sekarang kalian memintaku membawa uang untuk menyelamatkannya lagi?! Apa kalian pikir keluarga kami adalah mesin ATM?!" kata Luna dengan kesal."Kalian memang mesin ATM kami. Siapa suruh ibumu mencelakai putri kami?!" kata Darius dengan percaya diri."Luna, aku menyuruh ibumu untuk menjaga putraku di rumah sakit, tapi dia malah melihat putraku dibawa pergi oleh Alvaro begitu saja! Kalian harus memikirkan cara untuk menyelamatkan putraku!"Susi juga menerjang ke kaca mobil.Luna mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Ardika dan bertanya, "Saat Alvaro membawa Viktor pergi, sebenarnya apa yang dikatakannya? Apa dia meminta kita menyerahkan uang kepadanya untuk menyelamatkan Viktor?"Ardika tidak akan mengizinkan h
Luna menatap Desi dengan tatapan bingung dan bertanya, "Ibu, ada apa lagi?"Bukankah Handoko baru saja memberitahunya Desi terus memuji Ardika?Namun, kalau dilihat dari sikap Desi pada Ardika sekarang, sepertinya sama sekali tidak berubah.Desi berkata dengan ekspresi tidak senang, "Bibimu baru saja meneleponku dan memarahiku. Dia bilang Ardika sudah merebut mobil putra dan putrinya.""Awalnya dua mobil balap itu sudah dipesan oleh Wisnu dan Wulan, masing-masing dari mereka sudah mengeluarkan sepuluh miliar. Dengan mengandalkan seorang tokoh hebat yang dikenalnya, Ardika meminta staf showroom untuk menyerahkan mobil itu kepadanya!"Bibi Luna bernama Nadia Jekonia, dia juga seorang wanita yang keji dan galak.Selama ini, wanita itu selalu menganggap remeh Luna sekeluarga. Selama bertahun-tahun, Desi selalu dibuat kesal oleh wanita itu.Sepulang ke rumah, putra dan putrinya langsung memberi tahu masalah mobil kepada ibunya. Tanpa banyak bicara, Nadia langsung menelepon Desi dan memarahi
Handoko terkejut setengah mati.Dengan karakter kakaknya, kalau kakaknya benar-benar sudah marah, kemungkinan besar mobilnya benar-benar akan dihancurkan.Terutama setelah Luna menjadi manajer umum Grup Agung Makmur, aura yang terpancar dari tubuhnya makin kuat dan menakutkan.Tentu saja, sebagai seorang adik, saat berhadapan dengan kakaknya, dia merasa sedikit ketakutan."Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik, setelah lulus nanti apa yang ingin kamu kerjakan."Setelah menepuk-nepuk bahu adik iparnya, Ardika langsung berjalan pergi.Handoko berjongkok di depan mobil balapnya sendirian sambil memikirkan hal itu.Sebuah mobil Maybach berhenti di depan gerbang kompleks vila mewah tersebut.Arini, wanita yang dulu menuduh Delvin melakukan kecurangan saat ujian tampak berdiri di depan mobil.Wanita itu baru tahu Ardika tinggal di sini.Melihat Ardika sudah berjalan keluar, dia bergegas menyambut pria itu dan berkata, "Ardika, apa kamu sudah makan siang? Bagaimana kalau aku mentraktirmu?""Sudah
Mendengar ucapan Bejo, Arini sangat terkejut.Dia tidak berani mengincar tokoh hebat seperti Ardika. Dia buru-buru memberi penjelasan. "Pak Bejo, kami hanya berteman biasa. Aku hanya membantunya membeli vila."Arini tahu Ardika tidak suka menonjolkan diri, jadi dia tidak memperkenalkan pria itu sebagai presdir Grup Sentosa Jaya.Kalau tidak, Bejo pasti akan terkejut setengah mati.Setelah mendengar penjelasan Arini, Bejo baru merasa lega. Dia mengamati Ardika dari ujung kepala ke ujung kaki. Melihat penampilan Ardika biasa-biasa saja, samar-samar ekspresi meremehkan terlihat di wajahnya.Bagaimana mungkin pria berpenampilan biasa saja seperti itu sanggup membeli vila?Apa Arini sedang bercanda?Bejo berasumsi bahwa pria itu adalah pria yang dipelihara oleh Arini.Dia sama sekali tidak menyangka Arini yang biasanya terlihat terhormat dan suci itu, diam-diam seliar ini.Dia makin percaya diri bisa menaklukkan Arini."Oke, kalau begitu, ayo kita masuk ke dalam dan lihat-lihat."Bejo memim
"Pak Bejo, apa maksudmu?!"Arini mengerutkan keningnya.Dia tidak bodoh, dia langsung menyadari maksud Bejo.Sebagai seorang wanita cantik yang berkecimpung di dunia bisnis, dia sudah terlalu sering bertemu dengan pria seperti Bejo.Melalui sorot mata mereka, orang-orang itu seolah-olah ingin menelanjanginya.Namun, dia tidak menyangka Bejo berencana memanfaatkan hal ini untuk menundukkannya."Ayolah, Bu Arini. Kita sama-sama orang yang sudah berpengalaman. Kamu nggak perlu berpura-pura lagi di hadapanku. Selama Bu Arini bersedia tidur denganku, aku akan menjual vila nomor sembilan ini kepadamu dengan harga 160 miliar.""Hanya dengan tidur denganku, kamu sudah bisa menghemat 140 miliar. Bu Arini adalah orang yang ahli dalam berbisnis, tentu saja kamu tahu transaksi ini sangat menguntungkan, bukan?"Bejo terkekeh.Pria mesum itu menatap Arini dari ujung kepala ke ujung kaki, napasnya juga mulai terdengar berat."Pak Bejo, apa kamu menganggapku bocah berumur tiga tahun?!"Arini langsung
Dulu vila nomor sembilan ini adalah tempat tinggal Delvin sekeluarga.Sekarang, Bejo malah mengatakan akan menjualnya kepada tuan muda kaya yang suka memainkan wanita dan mengotori tempat ini.Pria gemuk itu benar-benar sedang memprovokasi Ardika dan sudah melampaui batas kesabaran Ardika.Ekspresi Ardika langsung berubah menjadi muram. Dia langsung berjalan menghampiri Bejo, lalu tanpa berbasa-basi lagi, dia langsung menendang pria gemuk itu."Jangankan kamu, kalau aku bilang aku menginginkan vila nomor sembilan ini, kepala bank kalian juga akan menyerahkan vila ini kepadaku dengan patuh!" kata Ardika dengan dingin."Cih!"Bejo meludah seteguk darah. Sambil memegang wajahnya, dia berkata dengan penuh kebencian, "Kamu hanya pria yang mengandalkan wanita untuk membeli vila! Kamu nggak perlu membual di hadapanku!"Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Ardika langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jesika.Di sebuah kafe."Jesika, kamu adalah Nona Besar Keluarga Siantar, untuk ap
Vila nomor sembilan Kompleks Vila Cempaka.Bejo masih berteriak dengan arogan, "Arini, hari ini kamu harus menemaniku tidur satu malam, maka aku akan melepaskan pria peliharaanmu itu. Kalau nggak, atas dasar dia sudah melukaiku, dia pasti akan nggak akan lolos begitu saja!"Arini sama sekali tidak melirik Bejo, dia malas untuk menanggapi pria itu.Dia tidak akan memberi tahu Bejo bahwa sebelumnya Ardika pernah menggerakkan sepuluh ribu anggota Korps Taring Harimau dan anggota kepolisian Kota Banyuli untuk menangkap semua preman di Kota Banyuli.Dia juga tidak akan memberi tahu pria itu presdir misterius Grup Sentosa Jaya adalah Ardika.Baik dalam hal kekuasaan maupun kekayaan, Bejo sama sekali bukan apa-apa di hadapan Ardika.Jadi, di matanya, Bejo sedang cari mati sendiri dengan menguji batas kesabaran Ardika.Tepat pada saat ini, Mose, Kepala Bank Napindo sudah tiba di lokasi."Pak Mose, kenapa Bapak datang ke sini?"Bejo segera melompat berdiri dan menyambut atasannya. Kemudian, sam
Begitu memikirkan hal tersebut, jantung Arini berdebar dengan kencang.Target Ardika adalah tiga keluarga besar!Tiga keluarga besar yang memiliki relasi luas dan kekuasaan luar biasa di Kota Banyuli!Biarpun Ardika adalah presdir Grup Sentosa Jaya, apa dia benar-benar memiliki kemampuan untuk menjatuhkan tiga keluarga besar?"Jangan mulutmu baik-baik."Ardika hanya melirik wanita itu dengan acuh tak acuh. Untuk sementara waktu ini, dia masih tidak ingin tiga keluarga besar tahu bahwa dia adalah Raka.Bagi tiga keluarga besar, nama Raka adalah sebuah ancaman besar bagi mereka dan bisa membuat tiga keluarga besar hidup dalam penderitaan.Karena itulah, dia bahkan meminta Draco untuk memasukkan identitas Raka.Semua dokumen-dokumen yang berhubungan dengan nama Raka sudah dipersiapkan dengan baik.Biarpun tiga keluarga besar melakukan penyelidikan, mereka juga tidak akan menemukan sesuatu yang janggal."Baik!"Sekujur tubuh Arini gemetaran, dia sudah memutuskan untuk merahasiakan hal itu
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika