"Ardika, seorang pecundang sepertimu malah berani menantang Tuan Muda Wirhan. Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Bagaimana mungkin Tuan Muda Wirhan bersedia memedulikanmu?""Seekor semut, haha! Bagus, ucapan Tuan Muda Wirhan ini sangat tepat! Di mata sosok Tuan Muda Wirhan yang terhormat, orang ini memang hanyalah seekor semut. Berani-beraninya seekor semut sepertimu menantangnya!"Orang-orang itu mulai melontarkan kata-kata ejekan terhadap Ardika lagi.Sebelumnya, mereka sudah ditekan oleh Ardika cukup lama, bahkan terus mengkhawatirkan Ardika akan menyuruh orang untuk menghancurkan mobil mereka, serta mematahkan lengan dan kaki mereka. Mereka semua merasa sedikit ketakutan.Kini, ketakutan dan kekesalan yang menyelimuti hati mereka berubah menjadi sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan ini.'Oh? Wirhan nggak bersedia datang?'Ardika mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan tenang, "Ardius, sepertinya hari ini lengan dan kakimu sudah ditakdirkan akan patah.""Huh! Memangnya kamu pikir kam
Dido tertegun sejenak, lalu berteriak dengan marah, "Dasar bajingan!""Sebelumnya, kamu sudah menghancurkan mobil balapku bernilai miliaran dan memukul wajahku di Showroom Mobil Neptus, sekarang kamu malah nggak mengingatku lagi?!""Maaf, aku hanya merasa wajahmu sedikit familier. Aku benar-benar nggak ingat lagi."Ardika menggelengkan kepalanya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Mobil yang kuhancurkan malam itu sangat banyak, wajah orang yang kutampar malam itu juga cukup banyak. Aku hanya ingat aku sudah menampar wajah Jelita, Grorius, serta beberapa orang lainnya. Ah, apa namamu, ya ....""Pfffttt!"Saking emosinya, Dido sampai muntah darah.Dia menunjuk Ardika dengan tajam dan berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, dengar baik-baik!""Nama depanku Dido, nama belakangku Sangace, nama lengkapku Dido Sangace!""Ayahku bernama Zian, Wakil Kepala Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Denpapan!""Hari ini aku akan menampar wajahmu hingga rusak! Setelah hari ini berlalu, namaku a
"Ardika! Dasar lancang!"Tiano yang terlebih dahulu tersadar kembali, langsung menunjuk Ardika sambil berteriak dengan marah.Keluarga Rewind Kota Gamiga adalah salah satu dari empat keluarga besar Kota Gamiga, memiliki kekuasaan dan pengaruh yang luar biasa.Dia bahkan sangat ingin menjalin hubungan dengan mereka.Kalau ucapan Ardika ini sampai di telinga Wirhan, bukankah rencananya akan kacau balau?Orang-orang lainnya juga sudah tersadar kembali. Mengingat ucapan Ardika barusan, mereka benar-benar kesal setengah mati.Berani-beraninya Ardika si bajingan itu mengatai mereka orang rendahan!Bagaimana mungkin seorang menantu benalu yang bertugas menuangkan air dan mencuci kaki ibu mertua sepertinya layak dibandingkan dengan mereka?Tiano memelotot dengan marah dan berkata, "Berani-beraninya kamu menjelek-jelekkan Keluarga Rewind Kota Gamiga! Ardika, kamu sudah makin keterlaluan! Kalau hari ini aku nggak memberimu pelajaran, kelak kamu pasti akan menghancurkan Kota Banyuli!""Orang lain
Zian, Wakil Kepala Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Denpapan.Di seluruh dunia politik Provinsi Denpapan, jabatannya saat ini hanya dapat dikategorikan dalam tingkat menengah.Namun, tanpa perlu dipertanyakan lagi, dia memegang kekuasaan yang sangat besar.Selain itu, seseorang sepertinya yang sudah bisa menempati jabatan seperti ini, tidak lagi hanya mewakili diri sendiri.Di antara relasi yang dimilikinya, pasti ada sebuah perusahaan yang besar.Di bawah dorongan untuk meraih keuntungan bersama, sumber daya yang bisa digerakkannya pastilah sangat luar biasa menakutkan.Terutama di saat orang sepertinya sudah tidak mempertimbangkan apa pun lagi selain berniat untuk menghancurkan pihak lawannya.Tentu saja dia bisa membawa malapetaka yang besar bagi Grup Bintang Darma, Grup Hatari, serta perusahaan-perusahaan lainnya yang berhubungan dengan Ardika!Karena itulah, saat ini Zian tampak sangat arogan dan percaya diri.Zian tahu jelas seorang menantu benalu yang berani mel
"Ardika, kamu hanyalah seorang menantu benalu. Keluarga istrimu juga hanya keluarga kelas dua.""Walau kalian bisa menjadi orang kaya dadakan dengan mengandalkan keberuntungan dan memiliki sedikit aset yang cukup bagus, pengaruh kalian hanya terbatas pada Kota Banyuli saja. Selain itu, pendukung kalian juga hanya merupakan seorang wali kota baru.""Sejarah selama ribuan tahun telah membuktikan segalanya. Tanpa adanya perlindungan dari kekuatan besar, nggak peduli seberapa kaya seseorang, juga hanya akan menjadi mangsa orang lain.""Aku ingin merebut asetmu, ditambah lagi dengan adanya Keluarga Rewind Kota Gamiga sebagai pendukungku, siapa yang berani berkomentar?"Saat ini, Zian benar-benar sangat arogan.Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, sangat mengintimidasi.Di Provinsi Denpapan, dia bukan tidak takut pada siapa pun.Namun, orang tersebut tentu saja bukan Ardika yang sedang berdiri di hadapannya saat ini, juga bukan wali kota muda yang menjadi pendukung Ardika.Jadi, Zian la
Begitu tersadar kembali, Tiano langsung menegur Ardika dengan marah, "Ardika, apa yang sedang kamu lakukan? Cepat lepaskan Tuan Muda Ardius! Apa kamu ingin membawa musibah bagimu dirimu sendiri dan keluargamu?!""Dasar tua bangka! Enyah saja sana!"Tanpa mengangkat kepalanya, Ardika melontarkan beberapa patah kata itu pada Tiano. Saking kesalnya, pembuluh-pembuluh darah di kening Tiano sampai menonjol.Zian juga kesal setengah mati mendengar kata-kata makian yang ditujukan oleh Ardika padanya sebelumnya.Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan berkata dengan tajam, "Ardika, cepat lepaskan Tuan Muda Ardius! Kalau nggak, dengan satu panggilan telepon dariku, aku akan membuatmu merasakan apa yang dinamakan dengan putus asa!""Oh? Apa yang dinamakan dengan putus asa, ya?"Ardika melirik pria itu. Sambil menginjak Ardius, dia juga mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Bagaimana kalau aku juga memberimu kesempatan untuk merasakannya?""Kamu? Memangnya kamu bisa apa?"
Saat ini, akhirnya Zian sudah menyadari maksud kalimat Ardika tadi. Tadi, Ardika mengatakan akan memberinya kesempatan untuk merasakan apa yang dinamakan putus asa. Ya, sekarang dia sudah mengerti.Namun, dia tidak bisa menerima kenyataan ini.Mengapa Ardika bisa langsung menghubungi Helios?Apa identitas pria itu sebenarnya?Menyaksikan pemandangan itu, semua orang makin terkejut dan penasaran.Sebenarnya siapa orang di ujung panggilan telepon tersebut?Bisa-bisanya orang itu membuat seorang Wakil Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebuah provinsi menjadi pucat pasi seperti ini!Tanpa memberi Zian kesempatan untuk berbicara, Helios berkata dengan acuh tak acuh, "Serahkan ponselnya pada Tuan Ardika.""Tuan ... Tuan Ardika, Tuan diminta untuk mendengar telepon!"Zian menyodorkan ponsel tersebut pada Ardika dengan tangan gemetaran. Melihat Ardika mengerutkan kening, dia buru-buru mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku pakaiannya, lalu mengelap ponsel tersebut hingga bersih sebel
Chelsea yang dari tadi hanya berperan layaknya penonton dengan berdiri di belakang Ardika, saat ini sorot mata terkejut juga tampak jelas di matanya.Hanya dengan satu panggilan telepon saja, Ardika sudah bisa menghancurkan Zian dan merebut aset milik Keluarga Sangace.Jangankan Huris, bahkan Keluarga Sudibya juga tidak mampu melakukan hal seperti itu!Tanpa memedulikan sorot mata orang-orang yang tertuju padanya, Zian mengangkat kepalanya dan berkata dengan bibir bergetar, "Aku ... aku mohon ... ampuni aku Tuan Ardika!""Oh? Sekarang kamu sudah tahu memohon padaku?"Ardika mengerutkan keningnya dan berkata, "Berlututlah dengan tegak."Secara naluriah, Zian berlutut dengan tegak. Ardika mengangkat lengannya, tetapi begitu melihat wajah pria di hadapannya itu berminyak dan berkeringatan, dia mengerutkan keningnya, mengurungkan niatnya.Kemudian, Ardika melemparkan selembar tisu pada pria tersebut.Zian mengerti maksud Ardika. Dia segera mengambil tisu itu, lalu di bawah tatapan terkejut
"Apa kalian mengira hanya dengan adanya Ardika si bajingan itu mendukung kalian, kalian sudah berani memprovokasi Keluarga Dougli ...."Sambil berteriak dengan keras, beberapa orang pembunuh dunia preman Keluarga Dougli tersebut sudah melangkah maju, berencana untuk menyerang saat itu juga."Mundur!"Namun, tepat pada saat ini, Tridon tiba-tiba berteriak menghentikan mereka."Tuan Tridon ...."Seorang tokoh hebat dunia preman menunjukkan ekspresi tidak terima.Namun, dia tetap tidak mengutarakan kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya itu.Musa yang berada di belakang Tridon, tiba-tiba maju dan memukuli dada orang tersebut dengan telapak tangannya."Plak!"Sebenarnya, tokoh hebat dunia preman itu juga merupakan seorang ahli bela diri yang andal, tetapi saat ini dia bahkan tidak sempat bereaksi.Sambil memuntahkan darah, tubuhnya terpental, menghantam tanah dengan keras. Kemudian, tubuhnya berkedut sejenak, lalu dia langsung tewas di tempat.Saat ini, suasana menjadi sangat hening
Begitu Desta selesai berbicara, suasana seperti membeku sesaat.Kemudian, terdengar teriakan penuh amarah orang-orang Keluarga Dougli."Keluarga Unima, kalian sedang cari mati!""Di mana Ardika? Suruh dia keluar! Aku akan menghabisinya!"" ... "Bahkan orang-orang seperti Olin dan Danu yang sudah lama berlatih untuk mengendalikan emosi mereka, sosok Duta Perbatasan yang selalu tenang dan tidak menunjukkan gejolak emosi mereka, saat ini api amarah juga tampak membara di mata mereka. Mereka bahkan menggertakkan gigi mereka dengan kesal.Apa yang dimaksud dengan memberikan peti mati ini untuk digunakan oleh Tridon, adalah sebuah bentuk meninggikan diri Tridon?Selain itu, Tridon bahkan disuruh untuk berbaring di dalam dengan patuh dan mengubur diri sendiri?Walaupun tidak ada yang beranggapan Ardika memiliki kekuatan seperti ini.Apalagi memahami dari mana sumber kepercayaan Ardika untuk mengucapkan kata-kata seperti ini.Namun, biarpun kata-kata ini hanya sekadar omong kosong belaka, tet
Karena di tengah-tengah kerumunan orang-orang tersebut, ada delapan belas orang pria yang mengangkat sebuah peti mati raksasa.Apa yang sedang mereka lakukan?Memprovokasi?Tepat pada saat semua orang sedang bertanya-tanya, Tridon yang berdiri di depan aula duka berkata dengan dingin, "Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax, kalian sudah terlambat.""Tapi, dengan mempertimbangkan kalian telah bersusah payah membawakan sebuah peti mati berkualitas bagus untuk muridku, aku bisa mengampuni nyawa kalian.""Sekarang, kemarilah dan berlututlah, bersujud menyesali perbuatan kalian."Kemarin Tridon sudah tahu Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax mencarikan sebuah peti mati berkualitas bagus.Karena itulah, dia tidak berpikir banyak. Dia hanya mengira tiga keluarga ini datang terlambat demi mengantarkan peti mati.Biarpun demikian, dia juga harus membuat orang-orang ini bersujud, menyesali perbuatan mereka di hadapan banyak orang.Bukan karena alasan lain, melainkan karen
"Ini adalah pernyataan yang kusampaikan dengan mewakili Keluarga Dougli Galea dan mewakili cabang Keluarga Dougli yang tersebar di seluruh wilayah Negara Nusantara!""Kalau Kediaman Wali Kota Banyuli menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Wali Kota Banyuli!""Kalau Kediaman Kodam Provinsi Denpapan menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Kodam Provinsi Denpapan!"Mendengar ucapan yang disertai dengan niat membunuh yang kuat sekaligus mengintimidasi itu, semua orang terkejut.Kalau Kediaman Wali Kota menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Wali Kota.Kalau Kediaman Kodam menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Kodam.Di seluruh kota ini, siapa yang berani melontarkan kata-kata seperti itu di depan umum?Hanya Tridon seorang yang berani melakukannya.Saat ini, bahkan Olin dan Danu, yang merupakan kodam tingkat provinsi pun, menatap Tridon dengan sorot mata agresif.Mereka menduduki posisi itu, tentu saja mereka tahu jelas Kediaman Kodam sebuah provinsi mewak
Di antara kerumunan orang-orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir, mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain.Kekuatan yang ditunjukkan oleh Keluarga Dougli kali ini, membuat banyak orang menggigil ketakutan.Sebelumnya, bagi mereka Keluarga Dougli luar negeri hanyalah sebuah keluarga bangsawan Galea.Walaupun memiliki kedudukan yang sangat terhormat, tetapi bagaimanapun juga fondasi mereka tidak berada di Negara Nusantara, masih sangat jauh dari sini.Kekuatan mengintimidasi Keluarga Dougli tetap jauh lebih lemah dibandingkan keluarga-keluarga besar lokal.Namun, sekarang, mereka baru menyadari mereka sudah salah.Salah besar!Begitu Tridon memberi instruksi, ratusan cabang Keluarga Dougli di Negara Nusantara langsung bergabung. Dalam sekejap, mereka membentuk sebuah kekuatan yang sangat menakutkan.Dengan kekuatan sebesar ini, mereka mungkin bisa mengalahkan beberapa keluarga besar dengan mudah.Menggunakan kekuatan sebesar ini untuk menghadapi Ardika?Biarpun orang in
Hamdi dan Lukmi tahu pengaturan Ardika, karena itulah mereka sangat memercayainya.Namun, pengaturan-pengaturan ini bersifat rahasia, tidak bisa diungkapkan kepada publik, itulah sebabnya ada banyak orang yang masih tetap memantau apakah Ardika bisa bertahan hidup atau tidak.Mereka juga merasa bersedih untuk Ardika.Namun, Ardika tetap tenang, dia berkata dengan tenang, "Selama aku menjabat sebagai wali kota sementara ini, aku melakukan segala sesuatu dengan jujur. Adapun mengenai acara perpisahan, baik ramai maupun sepi, aku nggak peduli.""Lanjutkan saja.""Selesai acara ini, aku masih ada urusan lain."...Dibandingkan dengan acara perpisahan yang sangat sepi ini, saat ini di depan Vila Pelarum, yang berlokasi sepuluh kilometer dari tempat ini, jauh lebih ramai.Di danau yang berlokasi di depan Vila Pelarum, didirikan aula duka yang sangat mewah.Melodi musik sedih di putar di lokasi tersebut, puluhan orang pendeta tampak sedang melakukan upacara berdoa di sekeliling aula duka ters
Ini sangat wajar.Negara Nusantara sekarang sudah berbeda dengan Negara Nusantara yang dulu, bukannya hanya dengan satu kalimat dari departemen luar negeri negara asing saja, Negara Nusantara akan menanggapinya dengan serius.Sering kali, pihak Negara Nusantara akan secara otomatis mengabaikan ucapan-ucapan tak masuk kala orang asing, menganggapnya sebagai suara anjing menggonggong.Jadi, mengapa kabinet meminta Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk berpura-pura tidak melihat?Apa yang terjadi?Tridon juga tidak mengerti mengapa bisa menjadi seperti ini.'Mungkin kabinet sengaja nggak memberi jawaban langsung, karena nggak ingin orang lain memegang kelemahannya. Tapi setelahnya, malah berpesan pada Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk membiarkanku bertindak sesuka hatiku ....'Inilah yang ada dalam benak Tridon. Dalam sekejap, seulas senyum liar menghiasi wajahnya."Sepertinya, kali ini semuanya berpihak padaku. Ardika, si bajingan itu sudah pasti akan mati kali ini."Tridon beranja
Tridon melirik seratus orang di hadapannya itu, samar-samar seulas senyum menghiasi wajahnya.Orang-orang yang berjumlah mendekati seratus orang itu adalah perwakilan yang dikirimkan oleh cabang Keluarga Dougli di berbagai wilayah di Negara Nusantara kemari kali ini.Setiap orang ini mewakili kekuatan yang luar biasa.Ada yang berasal dari dunia pemerintahan, ada yang berasal dari dunia preman, ada pula yang berasal dari tim tempur.Dengan adanya kekuatan sebesar ini yang bisa dia gerakkan sesuka hatinya, apa lagi yang tidak bisa dia lakukan di Negara Nusantara?"Kak Olin, Kak Danu, akhirnya kalian pulang juga!"Tepat pada saat ini, terdengar suara anggota Keluarga Dougli.Dalam sekejap, orang-orang yang berasal dari cabang Keluarga Dougli yang mendekati seratus orang itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang yang tadinya sedang duduk, juga segera berdiri.Di antara para perwakilan yang dikirim oleh Keluarga Dougli dari berbagai wilayah, tidak perlu dirag
Jigo adalah salah satu dari lima tetua kabinet Negara Nusantara.Kabinet sendiri mengurus segala urusan politik dalam negeri Negara Nusantara.Di antara peringkat pemegang kekuasaan di Negara Nusantara, tidak perlu diragukan lagi organisasi ini menempati peringkat pertama.Memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan tim tempur, departemen hukum dan organisasi-organisasi lainnya.Jadi, lima tetua kabinet tentu saja merupakan lima orang pemegang kekuasaan paling tinggi di Negara Nusantara."Pak Jigo, ada yang bisa kubantu? Silakan katakan saja ... baik, baik ... aku mengerti!"Setelah panggilan telepon itu berakhir, ekspresi terkejut masih menghiasi wajah Helios. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Melihat reaksinya, sorot mata terkejut juga tampak jelas di mata Olin dan Danu, tidak tahu apa yang telah dibicarakan oleh Pak Jigo dalam panggilan telepon tadi."Kak Helios, Pak Jigo memberi instruksi apa?"Danu mengajukan pertanyaan itu dengan penasaran. Setelah mengajukan pertanyaan i