Setelah meninggalkan Kompleks Vila Bumantara, Cayenne itu langsung melaju menuju sebuah bar di pusat Kota Banyuli.Setengah jam kemudian.Mereka tiba di sebuah bar yang papan namanya tertulis dalam bahasa Enggrim.Melalui dekorasi luarnya, bisa kelihatan dengan jelas level bar yang satu ini beberapa tingkatan di atas bar-bar lainnya.Di waktu-waktu sekarang ini, seharusnya bar-bar ramai pengunjung. Namun, suasana di dalam bar yang satu ini malah cukup tenang, hanya terdengar melodi musik yang elegan."Futari, demi pertemuan malam ini, Tuan Muda Ardius sudah menyewa seluruh bar ini. Hanya untuk menyewa tempat saja, dia sudah mengeluarkan biaya sebesar ratusan juta. Sekarang kamu sudah tahu betapa dia memandang tinggi kamu, 'kan?"Arisa membawa mereka berdua masuk ke dalam bar sambil terus menekankan betapa kayanya sosok Tuan Muda Ardius itu pada Futari.Saat ini, niat wanita itu sudah terlihat dengan sangat jelas.Ketiga orang itu berjalan melewati koridor dan sampai di aula utama.Di t
Menodai sesuatu yang belum ternodai, jauh lebih menarik!Setelah berpikir demikian, Ardius memiringkan kakinya dengan kaku, agar bisa menyembunyikan kecanggungan akibat reaksi biologisnya itu."Halo, Tuan Muda Ardius."Futari tersenyum manis pada Ardius, tetapi dia tidak berjabat tangan dengan pria itu. Sebaliknya, dia menggandeng lengan Ardika dan berkata, "Tuan Muda Ardius, perkenalkan, ini adalah Kak Ardika.""Aku nggak terbiasa berpartisipasi dalam pertemuan asing, jadi aku memintanya untuk menemaniku kemari. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Futari mengedipkan mata besar indahnya, menunjukkan ekspresi layaknya seorang gadis yang polos.Dia sengaja "membungkam" Ardius dengan cepat, agar pria itu tidak memanfaatkan kesempatan untuk mempersulit Ardika.Melihat tubuh indah Futari menempel pada Ardika, terlihat sangat mesra, kilatan muram melintas di mata Ardius.Namun, karena Futari sudah terlebih dahulu berkata demikian, dia juga tidak punya kesempatan lagi. Kalau tidak, dia akan kelihata
"Ya, benar, mentertawakan orang 'cacat' adalah tindakan paling nggak bermoral!"Begitu mendengar ucapan orang itu, semua orang yang berada di tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak.Namun, sorot mata mereka terhadap Ardika dipenuhi dengan simpati."Maaf, Ardika, kami minta maaf padamu. Seharusnya kami nggak mentertawakanmu.""Sebenarnya, nggak apa-apa. Di dunia ini, nggak ada orang yang sempurna. Ada banyak orang cacat yang memiliki tekad yang kuat. Aku yakin selama kamu berusaha dengan keras, ke depannya kehidupanmu pasti akan berwarna!"Bahkan, ada orang yang membuka mulut untuk meminta maaf pada Ardika dan memberinya motivasi.Mengasihani orang lain seperti ini bukan hanya bisa menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang bermoral, tetapi juga bisa memuaskan mental mereka sendiri.Di dunia ini, hal yang lebih menyakitkan daripada dipandang rendah oleh orang lain adalah, dikasihani oleh orang lain.Ardius juga tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan pada Ardika lagi. Dia ters
Bagaimanapun juga, Arisa memiliki identitas sebagai seorang guru. Melihat wanita itu benar-benar marah besar, Futari merasa sedikit ketakutan.Dengan raut wajah sedikit pucat pasi, dia berkata, "Bu Arisa, aku ...."Tepat pada saat ini, dia merasakan ada sebuah tangan besar hangat yang menggandeng tangan kecilnya. Dalam sekejap, dia langsung merasa tenang dan nyaman.Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Arisa yang tengah marah besar itu, lalu berkata dengan dingin, "Arisa, coba kamu lihat dirimu saat ini, apakah ada kelihatan seperti seorang guru?"Wanita itu tidak hanya memanfaatkan statusnya sebagai guru untuk mendorong Futari masuk dalam perangkap seorang playboy seperti Ardius.Sekarang, wanita itu malah menunjukkan muka duanya di hadapan semua orang. Di satu sisi, dia sibuk menjilat Ardius. Di sisi lain, dia langsung berlagak layaknya seorang guru untuk menakut-nakuti dan mengancam Futari.Orang seperti Arisa benar-benar menjijikkan."Eh, Ardika, berani-beraninya kamu berbicara
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite
"Ardika, jangan-jangan ... kamu sudah pulih?"Melihat tatapan Ardika yang jernih, Luna menutup mulutnya dengan tangan dan tampak tidak percaya."Ya, aku sudah pulih, sayang."Ardika menatap ke arah Luna, dia yang begitu tegas dalam medan perang, ternyata bisa merasa sedih juga.Seketika, air mata mengenang di mata Luna. Rasa bahagia membuatnya ikut menangis.Ardika langsung memeluk Luna. Beberapa tahun ini, Luna sudah menderita."Huh! Memangnya kenapa kalau sudah pulih?"Wulan berkata dengan sinis, "Dia tetap saja seorang pecundang."Sambil berkata, Wulan kembali duduk di kursinya. Sambil menunjuk kursi lipat di pojokan, dia pun berkata, "Duduk sana! Berkontribusi 20 triliun? Jangan membuatku tertawa."Ketika Ardika yang mengernyit ingin berkata, Luna segera menghentikannya dan menariknya untuk duduk.Mereka berempat duduk di kursi lipat yang ada di pojokan. Melihat makanan yang mahal dan enak di meja lain, di atas meja mereka hanya ada empat mangkuk mi.Melihat suasana yang begitu hid
Melihat Ardika yang percaya diri, Luna pun merasa ragu. Setelah memikirkan kondisi keluarganya sekarang, dia pun menggertakkan gigi, lalu berdiri dan berkata, "Kakek, aku akan pergi menagih utang.""Kamu! Kamu sudah gila, ya? Kalau sampai wajahmu rusak karena dipukul Kak Herkules, Tuan Muda Tony pasti akan meninggalkanmu."Desi langsung panik.Semua orang terkejut, bahkan Tuan Besar Basagita juga tidak menyangka Luna akan menyetujuinya.Wisnu dan yang lain hanya mendengkus dingin.Wisnu tiba-tiba mengeluarkan sepuluh ribu dari sakunya, lalu dilemparkan ke kaki Luna sambil berkata, "Melihat keberanianmu itu, aku kasih sepuluh ribu untuk naik transportasi umum."Wulan juga menyilangkan tangannya di dada, lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Kamu sendiri yang mau pergi, ya? Kalau dihajar sampai lumpuh, jangan bilang Keluarga Basagita yang memaksamu."Ardika melirik beberapa orang itu dengan tatapan dingin. Dia tidak ingin memedulikan orang-orang tidak penting ini.Ardika langsung berd