Menodai sesuatu yang belum ternodai, jauh lebih menarik!Setelah berpikir demikian, Ardius memiringkan kakinya dengan kaku, agar bisa menyembunyikan kecanggungan akibat reaksi biologisnya itu."Halo, Tuan Muda Ardius."Futari tersenyum manis pada Ardius, tetapi dia tidak berjabat tangan dengan pria itu. Sebaliknya, dia menggandeng lengan Ardika dan berkata, "Tuan Muda Ardius, perkenalkan, ini adalah Kak Ardika.""Aku nggak terbiasa berpartisipasi dalam pertemuan asing, jadi aku memintanya untuk menemaniku kemari. Kamu nggak keberatan, 'kan?"Futari mengedipkan mata besar indahnya, menunjukkan ekspresi layaknya seorang gadis yang polos.Dia sengaja "membungkam" Ardius dengan cepat, agar pria itu tidak memanfaatkan kesempatan untuk mempersulit Ardika.Melihat tubuh indah Futari menempel pada Ardika, terlihat sangat mesra, kilatan muram melintas di mata Ardius.Namun, karena Futari sudah terlebih dahulu berkata demikian, dia juga tidak punya kesempatan lagi. Kalau tidak, dia akan kelihata
"Ya, benar, mentertawakan orang 'cacat' adalah tindakan paling nggak bermoral!"Begitu mendengar ucapan orang itu, semua orang yang berada di tempat tersebut langsung tertawa terbahak-bahak.Namun, sorot mata mereka terhadap Ardika dipenuhi dengan simpati."Maaf, Ardika, kami minta maaf padamu. Seharusnya kami nggak mentertawakanmu.""Sebenarnya, nggak apa-apa. Di dunia ini, nggak ada orang yang sempurna. Ada banyak orang cacat yang memiliki tekad yang kuat. Aku yakin selama kamu berusaha dengan keras, ke depannya kehidupanmu pasti akan berwarna!"Bahkan, ada orang yang membuka mulut untuk meminta maaf pada Ardika dan memberinya motivasi.Mengasihani orang lain seperti ini bukan hanya bisa menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang bermoral, tetapi juga bisa memuaskan mental mereka sendiri.Di dunia ini, hal yang lebih menyakitkan daripada dipandang rendah oleh orang lain adalah, dikasihani oleh orang lain.Ardius juga tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan pada Ardika lagi. Dia ters
Bagaimanapun juga, Arisa memiliki identitas sebagai seorang guru. Melihat wanita itu benar-benar marah besar, Futari merasa sedikit ketakutan.Dengan raut wajah sedikit pucat pasi, dia berkata, "Bu Arisa, aku ...."Tepat pada saat ini, dia merasakan ada sebuah tangan besar hangat yang menggandeng tangan kecilnya. Dalam sekejap, dia langsung merasa tenang dan nyaman.Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Arisa yang tengah marah besar itu, lalu berkata dengan dingin, "Arisa, coba kamu lihat dirimu saat ini, apakah ada kelihatan seperti seorang guru?"Wanita itu tidak hanya memanfaatkan statusnya sebagai guru untuk mendorong Futari masuk dalam perangkap seorang playboy seperti Ardius.Sekarang, wanita itu malah menunjukkan muka duanya di hadapan semua orang. Di satu sisi, dia sibuk menjilat Ardius. Di sisi lain, dia langsung berlagak layaknya seorang guru untuk menakut-nakuti dan mengancam Futari.Orang seperti Arisa benar-benar menjijikkan."Eh, Ardika, berani-beraninya kamu berbicara
Saat ini, suasana di seluruh bar menjadi sangat hening.Ekspresi Ardius berubah menjadi muram, ekspresi Arisa juga memucat.Sementara itu, orang-orang lainnya tampak tercengang.Eh? Apa ini tidak salah?Sebenarnya pria bernama Ardika itu bodoh atau gila? Berani-beraninya dia langsung mencium Futari seperti itu tepat di hadapan Ardius?Sangat jelas bahwa Ardius sedang menargetkan Futari. Begitu bertemu dengan gadis itu, dia langsung menunjukkan maksud ingin mengejar gadis itu dengan begitu mengintimidasi.Dalam situasi seperti ini, Ardika bahkan masih berani melakukan tindakan segila itu.Ardius bukanlah orang biasa.Dia adalah kerabat Keluarga Rewind Kota Gamiga, salah satu dari empat keluarga besar Kota Gamiga!Dia adalah adik sepupu Wirhan, salah satu dari empat tuan muda Kota Gamiga!Dengan identitas dan kekayaan yang dimilikinya, wanita mana yang tidak bisa dia dapatkan? Hanya dengan memberi isyarat dengan satu jarinya saja, sudah ada banyak wanita yang menghempaskan diri ke dalam
Futari menggelengkan kepalanya, tidak berani melanjutkan pemikirannya itu lagi.Memiliki kakak iparnya untuk dirinya sendiri?Jelas-jelas itu adalah hal yang tidak memungkinkan.Kakak dan kakak iparnya sangat saling mencintai satu sama lain.Kakak iparnya melakukan tindakan seperti ini hanya untuk melindunginya, sama sekali tidak bermaksud lain.Melihat Futari meninju Ardika dengan lembut dan tersipu malu, kelopak mata Ardius kembali melompat dengan cepat.Paling tidak, pemandangan ini terlihat seperti adegan mesra sepasang kekasih di mata orang lain.Ekspresinya berubah menjadi makin muram."Seorang menantu benalu saja berani bertindak begitu arogan."Menyaksikan pemandangan itu, seorang pemuda dengan postur tubuh tinggi besar dan berambut cepak, berjalan menghampiri Ardika.Dengan mengandalkan tinggi badannya yang lebih tinggi dibandingkan Ardika, dia menatap Ardika dengan sorot mata arogan dan berkata dengan tajam, "Bocah, sekarang aku benar-benar sudah percaya kamu adalah idiot.""
"Tergantung padamu saja, aku nggak keberatan untuk tetap berada di sini."Tentu saja Ardika tahu pemikiran Futari, dia pun melontarkan satu kalimat itu dengan santai.Kalau tetap berada di sini, bagus juga. Dia juga mau lihat permainan seperti apa yang akan dimainkan oleh Ardius.Arisa mendecakkan lidahnya dengan meremehkan. 'Dasar idiot yang nggak tahu apa-apa.''Tadi, kalau bukan karena Futari, dia sudah hampir dihajar oleh Herdun. Sekarang bisa-bisanya dia malah masih ingin tetap berada di sini demi makan makanan lezat. Ckckck.'Herdun, serta pria dan wanita muda lainnya juga ikut tertawa mengejek setelah mendengar ucapan Ardika.Tepat pada saat ini, Ardius beranjak dan berkata, "Aku keluar untuk menelepon sebentar, kalian lanjutkan saja obrolan kalian. Setelah aku kembali, kita baru minum-minum."Dia ingin melakukan panggilan telepon untuk meminta orang menyelidiki data diri ayah Futari.Sebelum berbalik dan pergi, Ardius memberi isyarat mata pada Herdun dan Arisa, lalu melirik Ard
"Eh, idiot, akhirnya kamu bicara juga. Kupikir kamu sudah ketakutan setengah mati, sampai-sampai nggak bisa berbicara lagi.""Sesuatu yang menarik seperti apa? Apakah berjongkok sambil buang air kecil ...."Pria dan wanita muda yang berada di sekelilingnya langsung tertawa terbahak-bahak.Herdun menatap Ardika dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Idiot, kalau begitu, tunjukkan padaku! Cepat! Aku sudah nggak sabar lagi!""Oh? Kamu sudah nggak sabar, ya? Kalau begitu, aku akan memuaskanmu."Ardika menganggukkan kepalanya dengan serius.Kemudian, tiba-tiba saja dia mengayunkan lengannya dan melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Herdun."Plak!"Herdun yang memiliki tinggi badan lebih tinggi dibandingkan Ardika dan berat badan mendekati 100 kilogram, langsung berputar-putar dua putaran akibat tamparan dari Ardika, lalu terjatuh dan terduduk di lantai."Ahhh ...."Herdun memuntahkan seteguk darah yang telah bercampur dengan dua buah gigi gerahamnya."Bagaimana? Apakah sudah cukup
"Semangat! Hajar idiot itu sampai dia berlutut dan memanggil kalian Ayah!"Beberapa orang wanita bersorak, menyemangati para pria."Cih! Sampah!"Dengan sorot mata sedingin es, Ardika hanya tersenyum. Tanpa beromong kosong dengan orang-orang itu lagi, dia langsung menyambut serangan mereka."Kamu benar-benar cari mati!"Melihat Ardika berinisiatif menyambut serangan mereka, niat membunuh yang kuat tampak jelas di mata Herdun. Dia mengangkat kaki besarnya, lalu menendang ke arah Ardika dengan keras.Hanya dengan mengangkat lengannya saja, Ardika sudah bisa menangkap pergelangan kaki Herdun. Kemudian, dia mengayunkan pria yang memiliki bobot hampir mendekati 100 kilogram itu dan membantingnya ke lantai dengan keras."Bam!"Tubuh Herdun menabrak sebuah kursi hingga hancur berkeping-keping, lalu terjatuh di antara kepingan-kepingan tersebut."Aduh ...."Herdun kembali berteriak dengan menyedihkan. Saat ini, tubuhnya yang tinggi dan besar itu meringkuk dan berguling-guling di lantai.Meliha