Sambil menutupi wajahnya, Herdun berkata dengan amarah yang menggebu-gebu, "Tuan Muda Ardius, tadi aku sudah mengirimkan pesan untuk memanggil orang kemari. Begitu orang yang kupanggil tiba dan melumpuhkan Ardika sialan itu, maka Futari akan menjadi milikmu.""Bukannya aku ingin berkomentar, tapi Tuan Muda Ardius, ingin memainkan seorang wanita saja, nggak perlu sampai serumit itu.""Jangan sembarangan!"Ardius memelototi anak buahnya itu, lalu berkata dengan dingin, "Tadi aku sudah menyuruh orang untuk melakukan penyelidikan. Ayah Futari adalah bawahan Ferdi, Wakil Kapten tim tempur Provinsi Denpapan. Belakangan ini, dia dipindahtugaskan ke tim tempur Kota Banyuli.""Jadi, kita nggak bisa menggunakan cara paksaan terhadap Futari, hanya bisa dengan cara mengecoh."Setelah mengetahui latar belakang ayah Futari, Ardius merasa sedikit lega.Walaupun dia tidak bisa menggunakan cara paksaan untuk mendapatkan gadis itu, tetapi latar belakang ayah gadis itu masih belum cukup kuat untuk membua
"Kita sudah datang, nggak mungkin pulang dengan perut kosong, bukan?"Ardika tersenyum.Ardius memilih untuk menahan emosi, belum menunjukkan karakter asli, bagaimana mungkin dia bisa pergi begitu saja?Karena dia sudah datang, maka dia harus menyelesaikan masalah ini hingga ke akarnya.Karena itulah, dia menggandeng tangan Futari, lalu duduk dengan ekspresi senang di sebuah meja yang bisa muat sekitar dua puluh hingga tiga puluh orang.Kemudian, para pelayan mulai menyajikan berbagai macam hidangan lezat yang menggugah selera.Ardius tersenyum dan berkata pada Ardika, "Kak Ardika, aku secara khusus meminta bos bar ini untuk memesan makanan dari hotel bintang lima. Sebelumnya, ada kesalahpahaman di antara kita, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati.""Hmm, lumayan lezat."Ardika langsung mengambil ceker ayam dan mulai makan. Dia sama sekali tidak memedulikan sorot mata meremehkan orang-orang sekitarnya.Herdun dan yang lainnya diam-diam tertawa.Siapa yang datang ke bar demi makan?Ha
Namun, karakter Futari malah membuat ketetapan hati Ardius makin teguh untuk mendapatkan gadis itu.Karena itulah, dia mengangkat gelasnya, lalu bangkit dan berkata pada Ardika, "Kak Ardika, mengenai kejadian tadi, aku benar-benar minta maaf. Seharusnya Herdun dan yang lainnya nggak mempersulitmu. Sebagai koordinator pertemuan ini, aku juga bertanggung jawab. Karena itulah, aku meminta maaf padamu.""Aku akan menghukum diriku sendiri dengan minum tiga gelas terlebih dahulu!"Selesai berbicara, Ardius langsung meneguk tiga gelas anggur berturut-turut.Tepat pada saat ini, Arisa berkata, "Ardika, Tuan Muda Ardius saja sudah menghukum dirinya sendiri dengan minum tiga gelas. Bukankah seharusnya kamu juga mempertimbangkan Tuan Muda Ardius dan menemaninya minum segelas?"Orang-orang lainnya juga ikut membujuk Ardika.Ardius sangat puas dengan hasil seperti ini.Kalau Ardika tetap berada di sini, hanya akan menghambat rencananya saja.Karena untuk sementara waktu ini, dia tidak bisa membujuk
Karena itulah, Ardius merasa tingkah laku Ardika saat ini sangat masuk akal.Kalau situasi terus berlanjut seperti sekarang ini, tak lama kemudian Ardika pasti tidak sadarkan diri lagi karena mabuk.Saat itu tiba, dia punya seribu macam cara untuk menghadapi Futari, gadis yang sudah sangat diinginkannya itu.Melihat rencananya malam ini sudah setengah sukses, Ardius merasa sedikit bangga. Dia segera memberikan isyarat mata kepada orang-orang lain."Sini, sini, sebelumnya kalian semua sudah menyinggung Kak Ardika. Kebetulan sekali, kalian bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bersulang untuknya, agar dia memaafkan kalian!"Begitu mendengar instruksinya, beberapa orang pria dan wanita muda lainnya tentu saja segera maju."Kak Ardika, kejadian tadi adalah salah kami, mulut kami nggak terkontrol. Tolong jangan dimasukkan ke dalam hati, ya. Aku bersulang untukmu!"Beberapa orang pria yang berkomplot dengan Ardius, juga mengucapkan kata-kata yang enak didengar.Ardika sama sekali tidak meno
Namun, saat dia melihat Ardius yang sedang tersenyum menyaksikan pemandangan ini, Arisa tahu dia tidak bisa meledakkan emosinya saat ini. Dia terpaksa menahan emosinya.Selesai bersulang, akhirnya Arisa bisa lolos dari "cengkeraman" Ardika.Tepat pada saat ini, Ardika menarik tangan Arisa seakan-akan enggan melepaskan wanita itu. Kemudian, dia melontarkan pujian. "Bu Arisa, postur tubuhmu ini benar-benar bagus. Punggungmu sangat mulus dan enak disentuh, kamu memang layak menjadi seorang guru menari."Suasana berubah menjadi hening sejenak.Karena pencahayaan agak redup, tadi mereka tidak memperhatikan pergerakan tangan Ardika.Saat ini, begitu mendengar ucapan Ardika, orang-orang itu langsung melemparkan sorot mata aneh ke arah Arisa."Kak Ardika! Kamu!"Futari langsung memelototi Ardika dengan marah.Biasanya, kakak iparnya adalah tipe orang yang serius. Hari ini, setelah meminum minuman beralkohol, kakak iparnya bahkan bisa melakukan hal seperti itu.Namun, setelah melihat ekspresi a
"Kak Ardika, aku bersulang untukmu lagi!"Ardius tidak berani meminta para wanita bersulang untuk Ardika lagi. Dia secara pribadi memimpin Herdun dan yang lainnya untuk bersulang untuk Ardika."Ardius, hari ini aku senang! Mari kita minum!"Ardika menepuk-nepuk pundak Ardius, menyodorkan gelas kosongnya ke hadapan Ardius, mengisyaratkan pria itu untuk menuangkan anggur padanya.Wajah Ardius tampak berkedut. Dia terpaksa menerima namanya dipanggil dengan santai oleh Ardika, lalu terkekeh dan menuangkan segelas anggur untuk Ardika. "Karena Kak Ardika begitu suka minum-minum, maka malam ini aku akan menemanimu minum hingga kamu puas!""Kamu sendiri yang mengatakannya, ya. Hari ini siapa yang nggak minum sampai mabuk, maka orang itu adalah pengecut!"Setelah meneguk segelas anggur hingga tak bersisa, Ardika kembali mengangkat gelas anggurnya dan meneguknya hingga habis tak bersisa.Saat ini, dia sudah minum sangat banyak. Sorot matanya juga sudah tidak sejernih tadi lagi, sudah terlihat se
Namun, di luar dugaan semua orang.Setelah meneguk satu botol anggur dengan kadar alkohol lebih tinggi itu, Ardika memang terlihat lebih mabuk dibandingkan sebelumnya. Berjalan saja sudah terhuyung-huyung, sampai perlu dipapah oleh orang lain.Namun, hal yang paling mengesalkan dan membingungkan adalah, idiot itu masih belum tumbang juga.Saking paniknya, bulir-bulir air mata sudah bercucuran membasahi wajah Futari. Dia terus berusaha untuk membujuk Ardika berhenti minum, tetapi Ardika sama sekali tidak mendengar ucapannya. Sebaliknya, kakak iparnya itu terus menarik Ardius dan yang lainnya untuk minum-minum.Satu kotak anggur dengan kadar alkohol lebih tinggi itu juga sudah habis tak bersisa.Ardius, Herdun dan yang lainnya duduk mematung di sana, wajah mereka sudah memerah.Saat ini, pikiran mereka sudah kacau balau, mereka sudah tidak bisa berpikir lagi. Kepala mereka sudah terasa berat, langkah kaki mereka juga sudah terhuyung-huyung.Walaupun mereka minum-minum secara bergiliran,
Tanpa butuh waktu lama, dua putaran sudah usai.Semua orang termasuk Arisa dan para wanita lainnya sudah tergeletak tak berdaya di atas tempat duduk.Lambung mereka terasa seperti terbakar, aliran darah dalam tubuh mereka terus bergejolak tanpa henti, membuat mereka benar-benar tersiksa."Ckckck, aku masih belum puas, mengapa kalian semua sudah tumbang? Ah, payah sekali kalian ...."Ardika mendecakkan lidahnya seolah-olah menyayangkan situasi saat ini.Futari membuka matanya lebar-lebar, dia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.'Kak Ardika, bukan mereka yang payah, kamu yang sudah terlalu hebat seperti monster saja.'Ardika seorang bisa mengalahkan belasan orang yang sudah terbiasa minum-minum hingga belasan orang itu tumbang. Apa mungkin orang biasa mampu melakukan hal seperti itu?"Ardius, ayo, temani aku minum segelas lagi."Ardika berjalan dengan terhuyung-huyung, menemukan Ardius yang kepalanya sudah terkulai di meja dan sorot matanya tampak linglung. Dia langsung menjambak r
"Apa kalian mengira hanya dengan adanya Ardika si bajingan itu mendukung kalian, kalian sudah berani memprovokasi Keluarga Dougli ...."Sambil berteriak dengan keras, beberapa orang pembunuh dunia preman Keluarga Dougli tersebut sudah melangkah maju, berencana untuk menyerang saat itu juga."Mundur!"Namun, tepat pada saat ini, Tridon tiba-tiba berteriak menghentikan mereka."Tuan Tridon ...."Seorang tokoh hebat dunia preman menunjukkan ekspresi tidak terima.Namun, dia tetap tidak mengutarakan kata-kata yang sudah sampai di ujung lidahnya itu.Musa yang berada di belakang Tridon, tiba-tiba maju dan memukuli dada orang tersebut dengan telapak tangannya."Plak!"Sebenarnya, tokoh hebat dunia preman itu juga merupakan seorang ahli bela diri yang andal, tetapi saat ini dia bahkan tidak sempat bereaksi.Sambil memuntahkan darah, tubuhnya terpental, menghantam tanah dengan keras. Kemudian, tubuhnya berkedut sejenak, lalu dia langsung tewas di tempat.Saat ini, suasana menjadi sangat hening
Begitu Desta selesai berbicara, suasana seperti membeku sesaat.Kemudian, terdengar teriakan penuh amarah orang-orang Keluarga Dougli."Keluarga Unima, kalian sedang cari mati!""Di mana Ardika? Suruh dia keluar! Aku akan menghabisinya!"" ... "Bahkan orang-orang seperti Olin dan Danu yang sudah lama berlatih untuk mengendalikan emosi mereka, sosok Duta Perbatasan yang selalu tenang dan tidak menunjukkan gejolak emosi mereka, saat ini api amarah juga tampak membara di mata mereka. Mereka bahkan menggertakkan gigi mereka dengan kesal.Apa yang dimaksud dengan memberikan peti mati ini untuk digunakan oleh Tridon, adalah sebuah bentuk meninggikan diri Tridon?Selain itu, Tridon bahkan disuruh untuk berbaring di dalam dengan patuh dan mengubur diri sendiri?Walaupun tidak ada yang beranggapan Ardika memiliki kekuatan seperti ini.Apalagi memahami dari mana sumber kepercayaan Ardika untuk mengucapkan kata-kata seperti ini.Namun, biarpun kata-kata ini hanya sekadar omong kosong belaka, tet
Karena di tengah-tengah kerumunan orang-orang tersebut, ada delapan belas orang pria yang mengangkat sebuah peti mati raksasa.Apa yang sedang mereka lakukan?Memprovokasi?Tepat pada saat semua orang sedang bertanya-tanya, Tridon yang berdiri di depan aula duka berkata dengan dingin, "Keluarga Unima, Keluarga Yendia, Keluarga Remax, kalian sudah terlambat.""Tapi, dengan mempertimbangkan kalian telah bersusah payah membawakan sebuah peti mati berkualitas bagus untuk muridku, aku bisa mengampuni nyawa kalian.""Sekarang, kemarilah dan berlututlah, bersujud menyesali perbuatan kalian."Kemarin Tridon sudah tahu Keluarga Unima, Keluarga Yendia dan Keluarga Remax mencarikan sebuah peti mati berkualitas bagus.Karena itulah, dia tidak berpikir banyak. Dia hanya mengira tiga keluarga ini datang terlambat demi mengantarkan peti mati.Biarpun demikian, dia juga harus membuat orang-orang ini bersujud, menyesali perbuatan mereka di hadapan banyak orang.Bukan karena alasan lain, melainkan karen
"Ini adalah pernyataan yang kusampaikan dengan mewakili Keluarga Dougli Galea dan mewakili cabang Keluarga Dougli yang tersebar di seluruh wilayah Negara Nusantara!""Kalau Kediaman Wali Kota Banyuli menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Wali Kota Banyuli!""Kalau Kediaman Kodam Provinsi Denpapan menghalangiku, aku akan menghancurkan Kediaman Kodam Provinsi Denpapan!"Mendengar ucapan yang disertai dengan niat membunuh yang kuat sekaligus mengintimidasi itu, semua orang terkejut.Kalau Kediaman Wali Kota menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Wali Kota.Kalau Kediaman Kodam menghalanginya, dia akan menghancurkan Kediaman Kodam.Di seluruh kota ini, siapa yang berani melontarkan kata-kata seperti itu di depan umum?Hanya Tridon seorang yang berani melakukannya.Saat ini, bahkan Olin dan Danu, yang merupakan kodam tingkat provinsi pun, menatap Tridon dengan sorot mata agresif.Mereka menduduki posisi itu, tentu saja mereka tahu jelas Kediaman Kodam sebuah provinsi mewak
Di antara kerumunan orang-orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir, mereka mulai berbisik-bisik satu sama lain.Kekuatan yang ditunjukkan oleh Keluarga Dougli kali ini, membuat banyak orang menggigil ketakutan.Sebelumnya, bagi mereka Keluarga Dougli luar negeri hanyalah sebuah keluarga bangsawan Galea.Walaupun memiliki kedudukan yang sangat terhormat, tetapi bagaimanapun juga fondasi mereka tidak berada di Negara Nusantara, masih sangat jauh dari sini.Kekuatan mengintimidasi Keluarga Dougli tetap jauh lebih lemah dibandingkan keluarga-keluarga besar lokal.Namun, sekarang, mereka baru menyadari mereka sudah salah.Salah besar!Begitu Tridon memberi instruksi, ratusan cabang Keluarga Dougli di Negara Nusantara langsung bergabung. Dalam sekejap, mereka membentuk sebuah kekuatan yang sangat menakutkan.Dengan kekuatan sebesar ini, mereka mungkin bisa mengalahkan beberapa keluarga besar dengan mudah.Menggunakan kekuatan sebesar ini untuk menghadapi Ardika?Biarpun orang in
Hamdi dan Lukmi tahu pengaturan Ardika, karena itulah mereka sangat memercayainya.Namun, pengaturan-pengaturan ini bersifat rahasia, tidak bisa diungkapkan kepada publik, itulah sebabnya ada banyak orang yang masih tetap memantau apakah Ardika bisa bertahan hidup atau tidak.Mereka juga merasa bersedih untuk Ardika.Namun, Ardika tetap tenang, dia berkata dengan tenang, "Selama aku menjabat sebagai wali kota sementara ini, aku melakukan segala sesuatu dengan jujur. Adapun mengenai acara perpisahan, baik ramai maupun sepi, aku nggak peduli.""Lanjutkan saja.""Selesai acara ini, aku masih ada urusan lain."...Dibandingkan dengan acara perpisahan yang sangat sepi ini, saat ini di depan Vila Pelarum, yang berlokasi sepuluh kilometer dari tempat ini, jauh lebih ramai.Di danau yang berlokasi di depan Vila Pelarum, didirikan aula duka yang sangat mewah.Melodi musik sedih di putar di lokasi tersebut, puluhan orang pendeta tampak sedang melakukan upacara berdoa di sekeliling aula duka ters
Ini sangat wajar.Negara Nusantara sekarang sudah berbeda dengan Negara Nusantara yang dulu, bukannya hanya dengan satu kalimat dari departemen luar negeri negara asing saja, Negara Nusantara akan menanggapinya dengan serius.Sering kali, pihak Negara Nusantara akan secara otomatis mengabaikan ucapan-ucapan tak masuk kala orang asing, menganggapnya sebagai suara anjing menggonggong.Jadi, mengapa kabinet meminta Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk berpura-pura tidak melihat?Apa yang terjadi?Tridon juga tidak mengerti mengapa bisa menjadi seperti ini.'Mungkin kabinet sengaja nggak memberi jawaban langsung, karena nggak ingin orang lain memegang kelemahannya. Tapi setelahnya, malah berpesan pada Kediaman Kodam Provinsi Denpapan untuk membiarkanku bertindak sesuka hatiku ....'Inilah yang ada dalam benak Tridon. Dalam sekejap, seulas senyum liar menghiasi wajahnya."Sepertinya, kali ini semuanya berpihak padaku. Ardika, si bajingan itu sudah pasti akan mati kali ini."Tridon beranja
Tridon melirik seratus orang di hadapannya itu, samar-samar seulas senyum menghiasi wajahnya.Orang-orang yang berjumlah mendekati seratus orang itu adalah perwakilan yang dikirimkan oleh cabang Keluarga Dougli di berbagai wilayah di Negara Nusantara kemari kali ini.Setiap orang ini mewakili kekuatan yang luar biasa.Ada yang berasal dari dunia pemerintahan, ada yang berasal dari dunia preman, ada pula yang berasal dari tim tempur.Dengan adanya kekuatan sebesar ini yang bisa dia gerakkan sesuka hatinya, apa lagi yang tidak bisa dia lakukan di Negara Nusantara?"Kak Olin, Kak Danu, akhirnya kalian pulang juga!"Tepat pada saat ini, terdengar suara anggota Keluarga Dougli.Dalam sekejap, orang-orang yang berasal dari cabang Keluarga Dougli yang mendekati seratus orang itu, langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Beberapa orang yang tadinya sedang duduk, juga segera berdiri.Di antara para perwakilan yang dikirim oleh Keluarga Dougli dari berbagai wilayah, tidak perlu dirag
Jigo adalah salah satu dari lima tetua kabinet Negara Nusantara.Kabinet sendiri mengurus segala urusan politik dalam negeri Negara Nusantara.Di antara peringkat pemegang kekuasaan di Negara Nusantara, tidak perlu diragukan lagi organisasi ini menempati peringkat pertama.Memiliki level yang lebih tinggi dibandingkan tim tempur, departemen hukum dan organisasi-organisasi lainnya.Jadi, lima tetua kabinet tentu saja merupakan lima orang pemegang kekuasaan paling tinggi di Negara Nusantara."Pak Jigo, ada yang bisa kubantu? Silakan katakan saja ... baik, baik ... aku mengerti!"Setelah panggilan telepon itu berakhir, ekspresi terkejut masih menghiasi wajah Helios. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Melihat reaksinya, sorot mata terkejut juga tampak jelas di mata Olin dan Danu, tidak tahu apa yang telah dibicarakan oleh Pak Jigo dalam panggilan telepon tadi."Kak Helios, Pak Jigo memberi instruksi apa?"Danu mengajukan pertanyaan itu dengan penasaran. Setelah mengajukan pertanyaan i