Karena itulah, Ardius merasa tingkah laku Ardika saat ini sangat masuk akal.Kalau situasi terus berlanjut seperti sekarang ini, tak lama kemudian Ardika pasti tidak sadarkan diri lagi karena mabuk.Saat itu tiba, dia punya seribu macam cara untuk menghadapi Futari, gadis yang sudah sangat diinginkannya itu.Melihat rencananya malam ini sudah setengah sukses, Ardius merasa sedikit bangga. Dia segera memberikan isyarat mata kepada orang-orang lain."Sini, sini, sebelumnya kalian semua sudah menyinggung Kak Ardika. Kebetulan sekali, kalian bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bersulang untuknya, agar dia memaafkan kalian!"Begitu mendengar instruksinya, beberapa orang pria dan wanita muda lainnya tentu saja segera maju."Kak Ardika, kejadian tadi adalah salah kami, mulut kami nggak terkontrol. Tolong jangan dimasukkan ke dalam hati, ya. Aku bersulang untukmu!"Beberapa orang pria yang berkomplot dengan Ardius, juga mengucapkan kata-kata yang enak didengar.Ardika sama sekali tidak meno
Namun, saat dia melihat Ardius yang sedang tersenyum menyaksikan pemandangan ini, Arisa tahu dia tidak bisa meledakkan emosinya saat ini. Dia terpaksa menahan emosinya.Selesai bersulang, akhirnya Arisa bisa lolos dari "cengkeraman" Ardika.Tepat pada saat ini, Ardika menarik tangan Arisa seakan-akan enggan melepaskan wanita itu. Kemudian, dia melontarkan pujian. "Bu Arisa, postur tubuhmu ini benar-benar bagus. Punggungmu sangat mulus dan enak disentuh, kamu memang layak menjadi seorang guru menari."Suasana berubah menjadi hening sejenak.Karena pencahayaan agak redup, tadi mereka tidak memperhatikan pergerakan tangan Ardika.Saat ini, begitu mendengar ucapan Ardika, orang-orang itu langsung melemparkan sorot mata aneh ke arah Arisa."Kak Ardika! Kamu!"Futari langsung memelototi Ardika dengan marah.Biasanya, kakak iparnya adalah tipe orang yang serius. Hari ini, setelah meminum minuman beralkohol, kakak iparnya bahkan bisa melakukan hal seperti itu.Namun, setelah melihat ekspresi a
"Kak Ardika, aku bersulang untukmu lagi!"Ardius tidak berani meminta para wanita bersulang untuk Ardika lagi. Dia secara pribadi memimpin Herdun dan yang lainnya untuk bersulang untuk Ardika."Ardius, hari ini aku senang! Mari kita minum!"Ardika menepuk-nepuk pundak Ardius, menyodorkan gelas kosongnya ke hadapan Ardius, mengisyaratkan pria itu untuk menuangkan anggur padanya.Wajah Ardius tampak berkedut. Dia terpaksa menerima namanya dipanggil dengan santai oleh Ardika, lalu terkekeh dan menuangkan segelas anggur untuk Ardika. "Karena Kak Ardika begitu suka minum-minum, maka malam ini aku akan menemanimu minum hingga kamu puas!""Kamu sendiri yang mengatakannya, ya. Hari ini siapa yang nggak minum sampai mabuk, maka orang itu adalah pengecut!"Setelah meneguk segelas anggur hingga tak bersisa, Ardika kembali mengangkat gelas anggurnya dan meneguknya hingga habis tak bersisa.Saat ini, dia sudah minum sangat banyak. Sorot matanya juga sudah tidak sejernih tadi lagi, sudah terlihat se
Namun, di luar dugaan semua orang.Setelah meneguk satu botol anggur dengan kadar alkohol lebih tinggi itu, Ardika memang terlihat lebih mabuk dibandingkan sebelumnya. Berjalan saja sudah terhuyung-huyung, sampai perlu dipapah oleh orang lain.Namun, hal yang paling mengesalkan dan membingungkan adalah, idiot itu masih belum tumbang juga.Saking paniknya, bulir-bulir air mata sudah bercucuran membasahi wajah Futari. Dia terus berusaha untuk membujuk Ardika berhenti minum, tetapi Ardika sama sekali tidak mendengar ucapannya. Sebaliknya, kakak iparnya itu terus menarik Ardius dan yang lainnya untuk minum-minum.Satu kotak anggur dengan kadar alkohol lebih tinggi itu juga sudah habis tak bersisa.Ardius, Herdun dan yang lainnya duduk mematung di sana, wajah mereka sudah memerah.Saat ini, pikiran mereka sudah kacau balau, mereka sudah tidak bisa berpikir lagi. Kepala mereka sudah terasa berat, langkah kaki mereka juga sudah terhuyung-huyung.Walaupun mereka minum-minum secara bergiliran,
Tanpa butuh waktu lama, dua putaran sudah usai.Semua orang termasuk Arisa dan para wanita lainnya sudah tergeletak tak berdaya di atas tempat duduk.Lambung mereka terasa seperti terbakar, aliran darah dalam tubuh mereka terus bergejolak tanpa henti, membuat mereka benar-benar tersiksa."Ckckck, aku masih belum puas, mengapa kalian semua sudah tumbang? Ah, payah sekali kalian ...."Ardika mendecakkan lidahnya seolah-olah menyayangkan situasi saat ini.Futari membuka matanya lebar-lebar, dia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.'Kak Ardika, bukan mereka yang payah, kamu yang sudah terlalu hebat seperti monster saja.'Ardika seorang bisa mengalahkan belasan orang yang sudah terbiasa minum-minum hingga belasan orang itu tumbang. Apa mungkin orang biasa mampu melakukan hal seperti itu?"Ardius, ayo, temani aku minum segelas lagi."Ardika berjalan dengan terhuyung-huyung, menemukan Ardius yang kepalanya sudah terkulai di meja dan sorot matanya tampak linglung. Dia langsung menjambak r
"Tok!"Ardika menepuk kening Futari dan berkata, "Eh? Ada apa dengan ekspresimu itu? Sepertinya kamu mengharapkan hubunganku dengan kakakmu benar-benar bermasalah?""Bukan urusanmu!"Futari mengucapkan dua kata itu dengan diselimuti sedikit rasa bersalah. Kemudian, dia berkata dengan kesal, "Kak Ardika, kamu benar-benar sangat jahat. Kenapa kamu nggak memberitahuku sama sekali, sampai-sampai aku terus mengkhawatirkanmu? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, tapi siapa tahu ternyata kamu hanya berpura-pura saja.""Selain itu, lain kali kamu nggak boleh berpura-pura menggila karena pengaruh alkohol lagi. Kalau ke depannya kamu mengambil keuntungan dari wanita lain seperti hari ini, aku ....""Aku akan memberi tahu Kak Luna!"Futari memelototi Ardika dengan galak.Sepasang mata indah yang berkaca-kaca, serta wajah yang memerah, benar-benar terlihat sangat memesona.Ardika tertawa canggung dan berkata, "Aku melakukan semua itu demi melindungimu. Sangat jelas Bu Arisa-mu itu ingin mendorongmu
Tiano sudah berkecimpung di dunia politik selama bertahun-tahun. Dia adalah orang yang senantiasa berhati-hati dalam segala situasi.Dia tidak berani menyetujui permintaan Amir secara langsung.Dalam beberapa hari belakangan ini, dia sengaja memprovokasi dan mengatai hal-hal aneh tentang wali kota baru itu di berbagai pertemuan terbuka.Kalau dilihat dari luar, dia seperti seorang senior yang sudah sangat berpengalaman, tetapi sesungguhnya dia hanya sedang menguji, ingin melihat apa reaksi Ardika.Namun, setelah melakukan "pengujian" sekian lama, tetap tidak ada pergerakan apa pun dari Ardika.Karena itulah, Tiano pun membuat kesimpulan di atas."Bawa dia masuk ke dalam. Apakah dia masih bisa tetap bertahan sebagai Wali Kota Banyuli atau nggak, tergantung pada sikapnya hari ini."Tiano melambaikan tangannya.Sorot mata Zumin langsung berbinar. Karena Tiano berbicara demikian, mungkin dia akan mendapatkan kesempatan untuk menduduki jabatan sebagai Wali Kota Banyuli."Baik, Pak Tiano."Z
Ekspresi Tiano langsung berubah menjadi sangat muram. Sangat jelas dia teringat kejadian memalukan yang dialaminya di vila Yudin sebelumnya."Huh! Sebelumnya, aku hanya dikelabui oleh menantu benalu yang suka mengelabui orang itu.""Aku sudah menyelidiki anak buahnya yang berada di tim tempur Kota Banyuli itu. Bahkan data dirinya saja nggak ada, hanyalah orang yang nggak penting."Sebelumnya, bisa-bisanya dia melarikan diri karena ditakut-takuti oleh Draco, bahkan Ponipa, cucunya juga menerima tamparan dari pria itu.Baginya, kejadian itu adalah kejadian yang paling memalukan dalam hidupnya."Pak Tiano, jangan marah, tenangkan diri Bapak dulu.Setelah menenangkan Tiano sejenak, Zumin teringat akan hal lain. 'Oh ya, Pak Tiano, sebelumnya Wirhan, Tuan Muda Keluarga Rewind Kota Gamiga, juga menghubungiku, katanya dia ingin datang menemui Bapak.""Keluarga Rewind Kota Gamiga? Tuan Muda Wirhan yang begitu tiba di Kota Banyuli itu, langsung mengendalikan Hongkem?"Ekspresi marah tidak terlih