"Tergantung padamu saja, aku nggak keberatan untuk tetap berada di sini."Tentu saja Ardika tahu pemikiran Futari, dia pun melontarkan satu kalimat itu dengan santai.Kalau tetap berada di sini, bagus juga. Dia juga mau lihat permainan seperti apa yang akan dimainkan oleh Ardius.Arisa mendecakkan lidahnya dengan meremehkan. 'Dasar idiot yang nggak tahu apa-apa.''Tadi, kalau bukan karena Futari, dia sudah hampir dihajar oleh Herdun. Sekarang bisa-bisanya dia malah masih ingin tetap berada di sini demi makan makanan lezat. Ckckck.'Herdun, serta pria dan wanita muda lainnya juga ikut tertawa mengejek setelah mendengar ucapan Ardika.Tepat pada saat ini, Ardius beranjak dan berkata, "Aku keluar untuk menelepon sebentar, kalian lanjutkan saja obrolan kalian. Setelah aku kembali, kita baru minum-minum."Dia ingin melakukan panggilan telepon untuk meminta orang menyelidiki data diri ayah Futari.Sebelum berbalik dan pergi, Ardius memberi isyarat mata pada Herdun dan Arisa, lalu melirik Ard
"Eh, idiot, akhirnya kamu bicara juga. Kupikir kamu sudah ketakutan setengah mati, sampai-sampai nggak bisa berbicara lagi.""Sesuatu yang menarik seperti apa? Apakah berjongkok sambil buang air kecil ...."Pria dan wanita muda yang berada di sekelilingnya langsung tertawa terbahak-bahak.Herdun menatap Ardika dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Idiot, kalau begitu, tunjukkan padaku! Cepat! Aku sudah nggak sabar lagi!""Oh? Kamu sudah nggak sabar, ya? Kalau begitu, aku akan memuaskanmu."Ardika menganggukkan kepalanya dengan serius.Kemudian, tiba-tiba saja dia mengayunkan lengannya dan melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Herdun."Plak!"Herdun yang memiliki tinggi badan lebih tinggi dibandingkan Ardika dan berat badan mendekati 100 kilogram, langsung berputar-putar dua putaran akibat tamparan dari Ardika, lalu terjatuh dan terduduk di lantai."Ahhh ...."Herdun memuntahkan seteguk darah yang telah bercampur dengan dua buah gigi gerahamnya."Bagaimana? Apakah sudah cukup
"Semangat! Hajar idiot itu sampai dia berlutut dan memanggil kalian Ayah!"Beberapa orang wanita bersorak, menyemangati para pria."Cih! Sampah!"Dengan sorot mata sedingin es, Ardika hanya tersenyum. Tanpa beromong kosong dengan orang-orang itu lagi, dia langsung menyambut serangan mereka."Kamu benar-benar cari mati!"Melihat Ardika berinisiatif menyambut serangan mereka, niat membunuh yang kuat tampak jelas di mata Herdun. Dia mengangkat kaki besarnya, lalu menendang ke arah Ardika dengan keras.Hanya dengan mengangkat lengannya saja, Ardika sudah bisa menangkap pergelangan kaki Herdun. Kemudian, dia mengayunkan pria yang memiliki bobot hampir mendekati 100 kilogram itu dan membantingnya ke lantai dengan keras."Bam!"Tubuh Herdun menabrak sebuah kursi hingga hancur berkeping-keping, lalu terjatuh di antara kepingan-kepingan tersebut."Aduh ...."Herdun kembali berteriak dengan menyedihkan. Saat ini, tubuhnya yang tinggi dan besar itu meringkuk dan berguling-guling di lantai.Meliha
Sambil menutupi wajahnya, Herdun berkata dengan amarah yang menggebu-gebu, "Tuan Muda Ardius, tadi aku sudah mengirimkan pesan untuk memanggil orang kemari. Begitu orang yang kupanggil tiba dan melumpuhkan Ardika sialan itu, maka Futari akan menjadi milikmu.""Bukannya aku ingin berkomentar, tapi Tuan Muda Ardius, ingin memainkan seorang wanita saja, nggak perlu sampai serumit itu.""Jangan sembarangan!"Ardius memelototi anak buahnya itu, lalu berkata dengan dingin, "Tadi aku sudah menyuruh orang untuk melakukan penyelidikan. Ayah Futari adalah bawahan Ferdi, Wakil Kapten tim tempur Provinsi Denpapan. Belakangan ini, dia dipindahtugaskan ke tim tempur Kota Banyuli.""Jadi, kita nggak bisa menggunakan cara paksaan terhadap Futari, hanya bisa dengan cara mengecoh."Setelah mengetahui latar belakang ayah Futari, Ardius merasa sedikit lega.Walaupun dia tidak bisa menggunakan cara paksaan untuk mendapatkan gadis itu, tetapi latar belakang ayah gadis itu masih belum cukup kuat untuk membua
"Kita sudah datang, nggak mungkin pulang dengan perut kosong, bukan?"Ardika tersenyum.Ardius memilih untuk menahan emosi, belum menunjukkan karakter asli, bagaimana mungkin dia bisa pergi begitu saja?Karena dia sudah datang, maka dia harus menyelesaikan masalah ini hingga ke akarnya.Karena itulah, dia menggandeng tangan Futari, lalu duduk dengan ekspresi senang di sebuah meja yang bisa muat sekitar dua puluh hingga tiga puluh orang.Kemudian, para pelayan mulai menyajikan berbagai macam hidangan lezat yang menggugah selera.Ardius tersenyum dan berkata pada Ardika, "Kak Ardika, aku secara khusus meminta bos bar ini untuk memesan makanan dari hotel bintang lima. Sebelumnya, ada kesalahpahaman di antara kita, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati.""Hmm, lumayan lezat."Ardika langsung mengambil ceker ayam dan mulai makan. Dia sama sekali tidak memedulikan sorot mata meremehkan orang-orang sekitarnya.Herdun dan yang lainnya diam-diam tertawa.Siapa yang datang ke bar demi makan?Ha
Namun, karakter Futari malah membuat ketetapan hati Ardius makin teguh untuk mendapatkan gadis itu.Karena itulah, dia mengangkat gelasnya, lalu bangkit dan berkata pada Ardika, "Kak Ardika, mengenai kejadian tadi, aku benar-benar minta maaf. Seharusnya Herdun dan yang lainnya nggak mempersulitmu. Sebagai koordinator pertemuan ini, aku juga bertanggung jawab. Karena itulah, aku meminta maaf padamu.""Aku akan menghukum diriku sendiri dengan minum tiga gelas terlebih dahulu!"Selesai berbicara, Ardius langsung meneguk tiga gelas anggur berturut-turut.Tepat pada saat ini, Arisa berkata, "Ardika, Tuan Muda Ardius saja sudah menghukum dirinya sendiri dengan minum tiga gelas. Bukankah seharusnya kamu juga mempertimbangkan Tuan Muda Ardius dan menemaninya minum segelas?"Orang-orang lainnya juga ikut membujuk Ardika.Ardius sangat puas dengan hasil seperti ini.Kalau Ardika tetap berada di sini, hanya akan menghambat rencananya saja.Karena untuk sementara waktu ini, dia tidak bisa membujuk
"Sayang, ini terakhir kali aku memandikanmu ....""Kita sudah menikah tiga tahun, tapi kita masih belum pernah bercinta ....""Sebelum bercerai, aku ingin memberikan malam pertamaku kepadamu ...."Ardika Mahasura duduk di dalam bak mandi, Luna Basagita yang bertubuh seksi sedang duduk di belakangnya. Kedua tangannya yang putih mulus itu sedang menggosok tubuh Ardika.Ketika air membasahi tubuh mereka, aroma yang harum pun memenuhi udara.Luna mengoleskan sabun mandi ke tubuh yang kekar itu, ketika kedua tangannya melewati otot perut Ardika, wajah Luna langsung merona.Namun, ketika melihat wajah Ardika, rasa sedih membuat air mata Luna ikut terjatuh.Saat ini, Ardika sedang memiringkan kepalanya. Wajah yang tampan itu terlihat bengong, air liur juga menetes dari sudut mulutnya. Dia benar-benar seorang idiot."Sayang, apa yang terjadi selama tiga tahun ini? Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap Luna sambil terisak.Tiga tahun lalu, Ardika tiba-tiba menghilang di malam pertama mereka.D
Suara keras terdengar dari ujung telepon, seolah-olah ada meja dan kursi yang terbalik.Draco pun menjawab dengan nada gemetar, "Bos, ini benar-benar kamu? Ke mana saja kamu?""Selama ini, bos nggak ada kabar sama sekali. Teman-teman juga sangat panik.""Tapi, identitasmu sangat rahasia. Tanpa perintah, kami nggak berani pergi mencarimu."Sambil menghela napas, Ardika lalu menjawab, "Aku bertemu beberapa orang licik. Nggak masalah, sekarang aku sudah pulih.""Ada orang yang ingin mencelakakanmu? Siapa? Bos, berikan perintah! Aku akan bawa teman-teman untuk meratakan mereka," bentak Draco."Nggak perlu," jawab Ardika dengan ekspresi dingin. Terkait masalah Keluarga Mahasura, dia tidak ingin menggunakan bantuan dari luar. Semua ini harus diselesaikan oleh Ardika sendiri."Ada satu hal yang perlu kamu lakukan.""Malam ini, segera bawa Grup Angkasa Sura ke Kota Banyuli.""Selain itu, umumkan bahwa kita akan berinvestasi 20 triliun di Kota Banyuli."Selama tiga tahun bergabung dengan milite