Share

Bab 233. Azam memang beda.

"Dulu, setiap hari aku menangis karena takut ibu mati. Ayah bilang, ibu tidak akan mati. Dia akan menemaniku sampai tua. Tapi harapan itu sia-sia. Mereka pergi meninggalkan aku secara bergantian." Arumi menangis sesenggukan, ketika menceritakan kenangan pahit yang dialaminya saat harus kehilangan kedua orang tuanya.

Hati Azam pilu mendengar cerita gadis itu.

"Eh, eh. Tidak usah menangis. Kamu kan sudah bekerja. Kehidupanmu akan jauh lebih baik. Aku akan membantumu membuat ayahmu segera tenang disana." Azam kembali mengusap air mata Arumi dengan ujung bajunya.

"Kenapa memakai itu, Tuan? Bajumu jadi basah, kan? Kalau rusak bagaimana? Ini pasti mahal harganya."

"'Astoge.., ni anak!'

Azam jadi ingin tertawa. 'Benar benar ya? Masih melow begini, sempat-sempatnya memikirkan bajuku?'

"Baiklah. Mulai besok, bekerjalah dengan baik. Bantu aku mengurus perusahaan ayahku. Kamu paham?"

Arumi mengangguk.

"Jangan lagi memulung!"

"Iya, Tuan. Tidak lagi."

"Em, kalau begitu aku pulang."

Arumi mendonga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status