Share

Mengantar ke Rumah Sakit

"Papi kenapa cium perut mama?" tanya Aluna lagi.

Satriya melepas ciuman, tubuhnya tegak, tersenyum kaku pada gadis kecil berbaju kuning itu. Sempat ia mengedipkan mata padaku, meminta bantuan memberi penjelasan agar tak ada pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Aluna memang kritis, semua hal ia tanyakan, hingga kadang kami lelah menjawabnya.

"Pengen cium aja, Lun. Aluna mau dicium papi?"

"Gak mau!"

Aluna berlari, disusul Satriya. Adegan kejar-kejaran tak dapat terelakkan. Tawa dan canda mewarnai rumah ini. Andai Aluna dapat menerima bayi ini, mungkin kami akan semakin bahagia. Aku harus mencari cara agar dia menyukai bayi, karena perut iki akan semakin membesar.

Rintik hujan masih setia menemani siang ini. Mentari benar-benar terlelap hingga tak muncul walau sebentar. Aku masih berada di kamar, bersandar pada tubuh lelaki yang asyik menonton pertandingan bulu tangkis di televisi. Kaki aku luruskan di ranjang dengan kepala menempel di pundak Satriya.

Semilir angin masuk melalui cela j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status