Share

Bab 109. Sekilas Kenangan

“Aarav, di sini Aarav gak boleh nakal ya? Di sini Aarav harus sama kakek, apa-apa bilang sama Kakek.”

“Mama ke rumah sakit lagi? Mama sering ke rumah sakit,” keluh Aarav dengan sendu. Bibirnya menunjukkan cemberut.

“Bukan, sekarang Mama mau nyari putrinya Pak Nizam, kamu tau kan kalau dia mewasiatkan untuk Mama jaga keluarga mereka? Atas apa yang dia korbankan tidak menjadikan Mama harus diam saja kan?”

“Memangnya Mama mau nyari mereka ke mana?”

“Ke mana saja asal ada mereka.” Keila tersenyum mengelus surai rambut Aarav yang sekarang tengah bersandar di pundaknya. Sedang tangan satunya Keila gunakan untuk mengelus rambut Aavar yang tertidur di atas pangkuannya.

“Ajak Aarav juga ya? Aarav pengen nyari mereka juga.”

“Enggak. Kamu kan baru sembuh, jadi gak boleh banyak gerak dulu,” ucap Keila lagi-lagi membuat Aarav cemberut.

“Udah malam, kamu harus tidur.”

“Mau sama Mama,” rengek Aarav menahan lengan Keila. Pemuda yang baru menginjak 13 tahun itu menatap sang Mama sendu.

“Baiklah. Un
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status