Share

Bab 4 : Hamil

Penulis: Cipi2 Capa2
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 15:18:53

Satu bulan lebih berlalu, tanpa halangan Charisa dapat bekerja dengan baik sebagai CEO di Vallarta cabang Jakarta. Tersisa dua bulan lagi untuk kembali ke Jepang. Dia tinggal menyelesaikan beberapa permasalahan intern di sini. Setelah itu dia akan kembali lagi ke Jepang sesuai arahan Tuan Juko.

Kemampuannya dalam memimpin perusahaan memang tidak diragukan. Pantas saja jika karirnya cemerlang di usianya yang menginjak dua puluh tujuh tahun. Padahal dia bekerja di Vallarta baru tiga tahun, tetapi pemilik Vallarta sangat mempercayainya. Selain cerdas, Charisa memang mampu bekerja keras dalam memecahkan masalah di perusahaan dibandingkan dengan pegawai lain. 

Vallarta adalah perusahaan furniture yang mencoba membuka cabang di Jakarta. Kota Jakarta sebagai kota metropolitan sangat menjanjikan menjadi target pemasaran desain-desain furniture yang dimiliki Vallarta. Hanya saja untuk saat ini Vallarta Jakarta belum dapat berjalan dengan lancar karena banyak masalah di produksi, pengiriman dan juga bermasalah di perizinan dengan sub kontraktor lain. Maka Charisa lah yang diutus untuk menyelesaikan semuanya di sini.

Dua belas tahun lalu Charisa tinggal di Jakarta bersama kedua orangtuanya sampai kelas satu SMA. Ayahnya dipindahkan ke Jepang dan otomatis semua anggota keluarganya pun ikut ke sana. Karena kinerjanya yang bagus ditambah Charisa berasal dari Indonesia, maka berakhirlah Charisa di sini.

Namun ternyata di hari pertamanya pulang, banyak yang terjadi. Alasan dia menerima dikirim ke Jakarta tanpa menolak adalah karena dia ingin bertemu lagi dengan cinta pertamanya alias mantan kekasihnya. Sudah dua belas tahun mereka hilang kontak. Charisa berharap dia bisa bertemu lagi dan memulai hubungan yang baru lagi setelah berpisah. Karena jujur, Charisa belum bisa melupakan sosok Genta. Dia terlalu sempurna untuk digantikan oleh pria mana pun. Tapi Charisa lupa, kalau waktu sudah lama berlalu dan banyak hal yang sudah berubah. 

Hingga akhirnya dia bertemu dengan pria yang tidak ia duga sampai ia rela tidur dengan pria yang baru ia temui. Dan sampai saat ini, Charisa pun tidak bertemu lagi dengan pria itu. Gadis itu  pun terlalu malu untuk mencari tahunya. Mungkin pria itu juga sudah melupakan kejadian itu.

Meskipun begitu, tidak jarang Charisa selalu  bermimpi bertemu lagi dengan pria itu. Setelah terbangun, jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal. Kadang situasi seperti itu membuat Charisa menjadi orang yang linglung dan sering terlihat bengong.

Pagi ini seperti biasa Charisa menyiapkan sarapannya sendiri. Dia memanggang roti dan menggoreng telur. Tapi ketika dia membuka kulkas, perutnya terasa mual mencium aroma kulkas yang penuh dengan berbagai macam bahan masakan. Charisa segera lari ke wastafel dan mengeluarkan sumber mualnya. Beberapa hari ini memang dia merasa mual dan gampang lemas. Apalagi kalau dia mencium aroma yang tidak sedap. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sangat ia takutkan.

“Tidak mungkin. Mana bisa hamil karena mereka melakukannya hanya sekali?” sungut Charisa mengibaskan pikiran anehnya. Dia berusaha untuk berpikiran positif dan menjauhkan pikiran buruknya itu.

Charisa kemudian mencoba mengingat periode datang bulannya. Seketika wajahnya berubah pucat. Seharusnya dia sudah datang bulan dua minggu lalu.  Saking sibuknya dia sampai lupa kalau dia belum mendapatkan haidnya bulan ini. Dengan panik Charisa kemudian bergegas keluar apartemennya. Dia harus memastikan segera. Apakah kejadian malam itu menghasilkan janin yang ia tidak harapkan. Kalau itu benar artinya dunia akan kiamat baginya.

Charisa memutuskan untuk langsung pergi ke rumah sakit. Meskipun dia coba dengan alat testpack dia akan lebih tenang dan percaya jika dia langsung ke rumah sakit dan diperiksa dokter.

Setelah hasil urine nya diuji lab, Charisa pun meminta untuk USG untuk memastikan kalau tidak ada janin di dalam rahimnya.

“Selamat janin Anda sudah masuk 4 minggu Nyonya!” ucap dokter kandungan membuat Charisa langsung lemas seketika.

“Jadi aku benar-benar hamil?” lirih Charisa. Dia bingung entah harus bahagia apa sedih. Selama ini dia memang sering memimpikan memiliki anak dan suami. Akan tetapi, dia hamil tanpa suami. Apa yang harus ia lakukan.

“Iya Nyonya. Selama trimester pertama tolong pola makannya yang teratur ya! Banyak minum vitamin dan jangan dulu banyak bekerja dengan aktivitas berat!” Charisa sudah tidak konsentrasi dengan apa yang diucapkan dokter. Dia masih shock karena kehamilan yang tanpa ia duga. Hamil di luar nikah dan dia juga tidak tahu siapa dan di mana keberadaan ayah janinnya.

Bagaimana ia menjelaskan ini pada keluarga dan keluarganya. Dia bahkan tidak tahu nama ayah anak ini. 

“Dokter! Aku tidak tahu keberadaan ayah dari anak ini. Aku harus menggugurkannya!” ucap Charisa mengambil keputusan. Dia tidak ingin berlama-lama dengan ketidakpastian ini.

“Nyonya sadarlah dengan ucapan Anda ini! Banyak di luar sana yang ingin memiliki bayi. Seharusnya jika tidak ingin punya bayi sebelum melakukan hubungan itu Anda memakai pengaman!” Dokter itu dengan lemah lembut memberitahunya.

“Ini tidak direncanakan dokter. Aku bahkan tidak tahu siapa pria itu. Ini sebuah kecelakaan yang tidak bisa aku cegah!” ucap Charisa dengan wajah yang lesu.

Beberapa saat dokter itu terdiam mendengar pengakuan Charisa. Dia menggelengkan kepalanya karena kalau dilihat, Charisa itu cukup dewasa dan seharusnya sudah paham dengan resikonya jika melakukan hubungan badan tanpa pengaman.

“Nyonya. Di negara kita ini tindakan aborsi tidak diperkenankan. Baik ibu dan dokter yang membantu aborsi akan mendapatkan hukuman penjara. Sebaiknya Anda merenungkan ini dengan hati dan pikiran yang tenang. Aborsi bukan tindakan tepat. Lebih baik mungkin dengan mencari tahu keberadaan ayah anak ini akan menjadi solusi. Siapa tahu dia juga menginginkan anak ini!”

Charisa terdiam mendengar nasihat dokter. Dia sungguh tidak bisa menerima kenyataan ini. Bagaimana bisa dia hamil tanpa pasangan. Ini semua gara-gara emosi sesaatnya waktu itu. Jika dia tidak melihat Genta, dia tidak akan melakukan perbuatan ceroboh itu. 

Dengan langkah gontai Charisa meninggalkan lorong bagian poli kandungan menuju pintu keluar gedung rumah sakit. 

“Nona Anda meninggalkan ini tadi di ruang dokter!” Seorang perawat berlari ke arahnya mengantarkan scarfnya yang tertinggal.

“Ah maaf sudah repot mengantarkannya. Terima kasih!” ucap Charisa berterimakasih pada perawat cantik itu. Dia pun segera melanjutkan langkah untuk pergi.

“Charisa!” Tiba-tiba ada seorang memanggil namanya. 

Charisa terkejut ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Pria jangkung berkacamata dengan memakai snelli atau jas dokternya. Dia menatap Charisa dengan wajah terkejut. 

Belum sempat rasa kagetnya hilang, pria itu berjalan mendekat ke arahnya. Charisa mundur beberapa langkah. Dia tidak ingin bertemu dengan pria itu di situasi dan tempat seperti ini.

“Kamu Charisa kan? Chaca?” tanya pria itu sambil melepas kacamatanya. Dia memanggil nama panggilan kecilnya sambil menatap wajah Charisa lekat-lekat. Beberapa detik Charisa seperti kehilangan pita suaranya.

“Benar. Aku Cha–risa,” jawabnya sambil menelan ludah. Dia melirik ke sekitarnya. Apakah pria itu sadar kalau dia baru saja keluar dari ruangan poli kandungan.

“Aku Genta. Kau masih ingat tidak?” teriak pria itu senang. Wajahnya terlihat sumringah bertemu dengannya.

“Cha! Ini beneran Charisa yang dulu!” seru Genta masih tidak percaya.

“Kok kau bisa berubah banyak gini?” tanya Genta heran. Dia menatap Charisa dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Ya sekarang aku sudah kurus. Aku bukan Charisa yang gemuk lagi,” jawab Charisa satir.

Entah harus senang atau sedih bertemu dengannya lagi. Hatinya masih kecewa dengan kenyataan kalau pria itu sudah menikah dan memiliki anak. 

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 5 : Bertemu Genta Lagi

    Pertemuan tak sengaja itu akhirnya berujung dengan kopi darat di sebuah cafe dekat rumah sakit. Charisa baru mengetahui kalau ternyata Genta adalah seorang dokter umum di rumah sakit itu. Rasa kecewanya kemarin berubah kagum karena Genta berhasil menggapai cita-citanya sebagai seorang dokter.“Aku tidak mengira kalau kita bakal bertemu lagi.” Genta tidak bisa menutupi rasa senangnya bisa bertemu lagi dengan teman sekolah sekaligus tetangganya itu. Dia tidak berhenti tersenyum dan menatap wajah Charisa dengan intens.“Aku juga,” jawab Charisa datar. Dia kehilangan semangat gara-gara Genta sudah banyak pencapaian. Sedangkan dia, dia harus memikul nasib menjadi wanita hamil tanpa pasangan.“Oh ya, kau dari mana saja. Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kau sudah menikah?” tanya Genta dengan nada agak ragu karena banyak pertanyaan yang ia ingin lontarkan. Wajahnya terlihat sangat berhati-hati.Charisa menggelengkan kepalanya dengan lemah. Dia sama sekali tidak tertarik dengan topik seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 6 : Alasannya Jadi Dokter

    Hari itu Charisa melamun di meja kerjanya. Setelah sadar kalau dia hamil, dia jadi lebih gampang mual dan porsi makannya menjadi bertambah. Hormonnya pun agak berbeda. Dia lebih sensitif dan cenderung persuasif. Dia belum tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak ada dokter yang akan membantunya menghilangkan janin itu. Itu merupakan tindakan yang ilegal. Sementara dirinya sendiri ragu jika harus mempertahankannya di dalam kandungan. Apa kata orang tuanya nanti jika tahu kalau dirinya hamil tanpa tahu siapa ayahnya.“Nona, ini aku bawakan salad buah pesananmu!” Jimmy sudah berada di depan mejanya dan memberinya sebuah paper bag berisi pesanannya.“Terima kasih Jim. Oh ya, apa ada dokumen yang masih harus aku tanda tangan?” tanya Charisa.“Tadi Lily bilang kalau ada beberapa dokumen dari sub kontraktor Surabaya baru selesai diperiksa timnya. Aku akan bawakan ke sini!” jawab Jimmy.“Hmm, oke. Bawakan cepat, aku harus pergi satu jam lagi.”“Baik Nona,” jawab Jimmy patuh.Setelah Jimmy pergi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 7 : Tidur Bersama

    “Apa kau mau tidur menemaniku malam ini?” tanya Chaca sambil menatap wajah Genta dengan tatapan penuh arti.Genta terkejut mendengarnya. Dia mengusap-usap telinganya barangkali dia salah mendengar.“Tidak mau?” tanya Chaca dengan wajah kecewa.“Bukan seperti itu, Cha. Tapi — apa tidak salah?” Genta masih terlihat bingung dan tidak percaya.“Katanya kau mau merawat dan menjagaku. Jadi —” Chaca terdengar sangat provokatif.“Cha, ini bukan bercanda kan? Aku tahu kau sudah lama tinggal di Jepang dan yang kayak begini sudah tidak aneh. Tapi bagiku —- aku masih tidak terbiasa.” Genta menolak secara halus.Chaca tersenyum miring menatap raut wajah Genta yang gelisah. Genta masih seperti dulu, dia malu-malu kucing. Malu tapi sebenarnya dia mau.“Kau tidak serius kan?” tanya Genta dengan suara yang tercekat karena berusaha untuk tidak terpancing.“Tentu saja, kenapa kau anggap itu serius?” Chaca benar-benar puas mellihat wajah Genta yang sempat gelisah tadi. Sebenarnya dia juga serius ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 8 : Dibohongi

    Seperti biasa, Charisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ini sudah sore, dan Genta sama sekali belum mengabarinya. Ada untungnya semalam dia memberi obat tidur pada Genta. Kalau tidak, Charisa mungkin akan lebih sakit hati jika Genta hanya ingin mencoba tidur dengannya saja.“Nyonya Charissa. Ini sudah waktunya pulang. Apa mungkin ada pekerjaan lain yang harus kita kerjakan malam ini?” tanya Jimmy menghampiri meja kerjanya.“Tidak ada. Kau pulang saja! Aku harus membereskan beberapa laporan ke Pusat,” jawab Charisa sambil menatap layar PC nya. Tetapi beberapa kali dia melirik ponselnya yang sedari tadi belum ada notif yang masuk.“Baiklah kalau begitu. Saya pulang duluan! Oh ya, saya sudah pesankan kue untuk menemani Anda bekerja!” Jimmy yang pengertian meletakkan satu kotak kue di atas meja Charisa.“Terima kasih untuk hari ini Jimmy!” ucap Charisa tersenyum.“Sama-sama!” Pria itu pun kemudian berpamitan dan pergi.Tinggallah Charisa sendiri di ruang kerjanya melamun dengan apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 9 : Kembali Ke Jepang

    Rasanya mendengar ucapan itu, Charisa gemetar meski sebenarnya dia tidak terlalu kaget. Dia langsung menebak kalau gadis itu adalah Sweet. Orang yang tidak pernah diceritakan Genta tapi dia pasti orang yang sangat spesial sehingga menamai nomornya dengan kata Sweet.“Maaf aku tidak mengenalmu, ada urusan apa ke sini?” jawab Charisa ketus.“Kau pasti tahu kenapa aku datang ke sini?” tanya Irene dengan nada sedikit tinggi.“Bukan urusanku. Aku tidak ada hubungan apapun dengan tunanganmu. Pergilah sebelum aku panggil security!” usir Charisa.“Aku mengecek riwayat GPS Genta, dan tanggal di mana dia tidak pulang ternyata dia pergi ke sini dan menginap di sini. Dasar lonte!” teriak Irene menghina.Charisa berusaha untuk tenang dan tidak tersulut emosi dengan kata-kata kasar yang dilontarkan Irene.“Sudah berapa kali kau menggodanya untuk datang ke sini?” tanya Irene dengan nada provokasi.“Hati-hati bicara!Dia hanya bekas tetanggaku dulu. Aku tidak ada hubungan dengan Genta! Paham! Pergilah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 10 : Bertemu Pria Itu

    Lima tahun berlalu.Waktu terasa cepat berlalu, hidup Charisa banyak berubah setelah itu. Selama itu juga dia tidak pernah kembali ke negara kelahirannya. Dia lebih memilih bekerja dan menghabiskan sebagian hidupnya di Jepang bersama keluarganya.Dia sudah cukup bahagia sekarang dan lebih tenang. Meski di awal-awal dia merasa menderita dan tersiksa.Kedua orang tuanya mengizinkannya hidup seperti apa yang ia pilih. Sampai sekarang pun Charisa enggan menceritakan apa yang ia alami lima tahun lalu. Tadinya Charisa hendak menggugurkan kandungannya saat kembali ke Jepang. Namun entah apa yang membuatnya memutuskan untuk mempertahankan kehamilannya dan melahirkan anak tanpa ayah itu.Saat di rumah sakit, ia melihat sepasang suami istri yang menangis saat mengetahui kalau anak mereka tidak bisa dipertahankan. Barulah Charisa menyadari kalau kehadiran anak adalah sebuah anugerah yang tidak semua orang mudah mendapatkannya. Mulai dari sanalah Charisa mengubah pola pikirnya. Mungkin Tuhan punya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 11 : Apa Kau Sudah Menikah?

    “Nyonya! Ayo mulai!” bisik Kinara yang mendapati Charisa yang berdiri mematung sempurna selama sepuluh detik lebih karena shock melihat pria itu di depannya. Sama seperti dirinya pria itu terlihat tidak tenang dan seperti hendak menghampirinya saat itu juga.Charisa mengusap wajahnya dengan penuh rasa gugup. Tiba-tiba saja fokusnya berantakan karena kehadiran pria itu. “Nyonya, apa yang Anda lakukan?” tanya Kinara heran melihat Charisa yang malah kelihatan lebih bingung dibandingkan dengannya.“Golden Soul, apa bisa dimulai. Waktu kita tidak banyak!” seru seseorang yang bertindak sebagai moderator. Charisa mengepalkan kedua tangannya dan memejamkan kedua matanya berusaha untuk mengembalikan kekuatannya. Ini semua demi masa depan Darren, dia harus berhasil dan membuka kesempatan emas untuk perusahaan yang dirintisnya.Charisa menarik napas dan menghembuskan napasnya teratur untuk mengisi energi positifnya. Lalu dia angkat kepalanya dan mengumpulkan keberaniannya untuk menatap para man

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 12 : Patah Hati Yang Begitu Cepat

    Lima tahun lalu di Hotel Orbite Jakarta.“Nona!” Jean mencoba memanggil gadis yang sudah bersamanya semalam mengarungi lautan kenikmatan. Tetapi tidak ada jawaban. Kemudian dia melihat memo yang ditinggal dan membacanya.Wajahnya berubah suram seketika. Dia duduk dengan menghela napas panjang.[Jimmy, nanti aku kasih sisanya lewat transfer. Tapi aku tidak punya nomor rekeningmu. Uang cash ku cuma sedikit. Ingat jangan bocorkan tentang semalam di perusahaan! Kita pura-pura tidak terjadi apa-apa!]“Aku bukan Jimmy! Dan aku bahkan tidak tahu namamu!” gumam Jean dengan penuh penyesalan. Dia melihat tempat tidur yang berantakan dengan noda merah di atas sprei. “Siapa kau sebenarnya Nona? Kenapa kau begitu menarik perhatianku sejak aku melihatmu di bandara?” lirih Jean penasaran. Dia lupa hal yang paling utama dalam sebuah pertemuan yaitu menanyakan nama.“Bagaimana kita bisa bertemu lagi?” gumam pria itu terdengar frustasi.Seketika suara ponselnya berdering. Pria itu segera mengambil jasn

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 65 : Perasaan Cinta

    Charisa berjalan cepat memasuki gedung kantornya, berusaha mengendalikan gejolak emosinya. Pipinya masih terasa panas akibat perkataan Jean barusan. Ia tidak menyangka pria itu akan mengungkapkan perasaannya sejujur itu—dan lebih dari itu, Jean ingin mengakui Darren sebagai anaknya.Setelah masuk ke dalam lift, Charisa menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia harus fokus. Tidak boleh membiarkan kata-kata Jean mengganggu pikirannya saat bekerja. Namun, begitu pintu lift tertutup dan ia melihat pantulan dirinya di cermin lift, ia sadar bahwa ekspresinya masih kacau. Sorot matanya yang biasanya tajam tampak bimbang, dan bibirnya sedikit bergetar."Kenapa aku begini…?" gumamnya pelan.Dia mencoba menenangkan diri sebaik mungkin sebelum sampai di lantai kantornya. Hari ini entah kenapa beberapa hari ini dia merasa ada yang berbeda dengan hatinya. Entah kenapa setiap berada di dekat Jean, seperti ada kupu-kupu di atas perutnya. Ada rasa tergelitik tetapi rasa itu bercampu

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 64 : Harapan Cinta

    Suara klakson yang saling bersahutan memecah keheningan, menyadarkan keduanya dari suasana yang membekukan itu. Jean tertegun sejenak, menyadari kalau mobilnya menghalangi kendaraan lain yang ingin parkir.Dengan cepat, dia menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi dulu dari sini," katanya, mencoba menyembunyikan ketegangan dalam suaranya. Charisa mengangguk tanpa sepatah kata pun, menyeka wajahnya yang basah oleh air mata.Pagi itu, udara masih sejuk, dengan matahari yang baru saja mulai naik ke langit. Jalanan tidak terlalu ramai, hanya beberapa kendaraan yang sesekali melintas. Angin semilir yang masuk melalui kaca jendela yang sedikit terbuka membawa aroma segar dedaunan basah, seolah mencoba menenangkan hati mereka yang bergolak.Namun, ketenangan itu segera terganggu saat mobil Jean mulai melambat. Charisa yang semula tenggelam dalam pemandangan luar langsung menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa mobilnya melambat?" tanyanya, ada kekhawatiran yang muncul di suaranya.Jean melirik

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 63 : Bukan Sebuah Kesalahan

    “Charisa, apa sekarang kau masih menganggapku orang asing?” tanya Jean dengan tatapan intens padanya.Charisa menggigit bibirnya. Ada sesuatu dalam tatapan Jean yang berbeda kali ini. Tatapan yang seolah menembus ke dalam dirinya, menuntut jawaban yang tak bisa ia berikan. Ia ingin berpaling, ingin menghindari perasaan yang mulai menguasai hatinya, tetapi tubuhnya seakan terpaku di tempat.“Apalagi aku ini ayah kandungnya Darren. Apa kau tidak merasa kalau kita memang sudah ditakdirkan —”“Hentikan! Jangan lanjutkan!” Charisa buru-buru menutup telinganya. Ia tak ingin mendengar kata-kata Jean yang berbahaya itu. Kata-kata yang bisa meruntuhkan semua tembok yang susah payah ia bangun selama ini.Jean tak menyerah. Ia menepikan mobil dan mematikan mesinnya. Dalam keheningan yang tiba-tiba menguasai ruang sempit di antara mereka, tarikan napas berat Jean terdengar jelas. Charisa menelan ludah, dadanya berdebar tak menentu. Ia takut jika Jean bisa membaca kegugupannya.“Aku akan tetap ber

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 62 : Teman Lama Ibu

    Charisa sudah cukup kesal dengan kedatangan Jean yang tiba-tiba di pagi hari. Namun, yang lebih mengejutkannya adalah ketika Jean dengan santai berkata, "Hari ini aku akan mengantar Darren ke sekolah."Charisa, yang sedang menyuapkan nasi, sontak tersedak. Dengan buru-buru ia meneguk air putih lalu menatap Jean tajam."Tidak perlu," ucapnya cepat sebelum siapapun sempat merespons.Jean mengangkat sebelah alisnya, tetap tenang seperti biasa. "Kenapa? Arah hotelku sejalan dengan sekolah Darren. Kita bisa sekalian berangkat bersama. Darren, kau tidak keberatan, kan?"Darren, yang asyik menikmati sarapannya, berkedip bingung. "Hmm, aku senang kalau Tuan Jean mengantarku. Kemarin saat diantar Mama dan Tuan Jean, teman-teman di sekolahku memuji."Charisa menoleh ke arah Darren, suaranya lebih lembut. "Masaru yang akan mengantarmu, Nak. Kita tidak bisa tiba-tiba mengubah rencana."Jean tersenyum tipis, meletakkan sendoknya dengan tenang. "Aku hanya menawarkan tumpangan, Charisa. Tidak perlu

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 61 : Tamu Di Pagi Hari

    “Arrrrrrgggh!” teriak Charisa. Tubuhnya mencoba meronta melepaskan diri dari Jean. Tiba-tiba tubuhnya terjatuh ke lantai. Kedua mata Charisa terbuka, seketika sekujur tubuhnya terasa nyeri. Dia berada di lantai dekat dengan tempat tidurnya. Wanita itu melihat sekelilingnya dan mulai menyatukan ingatan dan kesadarannya.Barulah sadar kalau ternyata dia baru saja bermimpi kalau Jean datang ke kamarnya. Charisa terdiam beberapa saat mencoba menenangkan dirinya setelah terbangun dari mimpinya.“Dasar bodoh Charisa, kenapa kau sampai membawa Jean ke dalam mimpi segala!” rutuk Charisa memijat keningnya yang berdenyut.“Apa gara-gara ciuman itu?” pikir Charisa. Ingatannya tentang kejadian itu sampai terbawa ke alam mimpi. Ini semua gara-gara Jean. Charisa bangun dari lantai dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Dia termenung menyesalkan semua yang sudah menganggu pikirannya.“Charisa!” “Charisa! Apa kau sudah bangun?” Terdengar suara ibunya memanggil.“Ya Bu!” jawab Charisa sembari bergega

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 60 : Sentuhan

    Di dalam kamarnya Charisa terlihat uring-uringan, dia tidak berhenti bolak balik di depan tempat tidurnya. Pesan yang ia kirim untuk Jean dan terkirim pada Genta belum sempat dibaca Genta. Charisa dengan segera menarik pesan itu tadi sebelum Genta dapat membacanya. Dia hanya bisa berharap kalau Genta belum sempat melihat pesannya itu. Kalau dia sempat melihat, sepertinya masalah akan bertambah satu. Genta pasti merasa kalau dia sudah memberi jawaban secara tidak langsung. Ini akan menjadi sebuah kesalahpahaman yang berbuntut panjang.Charisa menyentuh kembali bibirnya yang tadi sempat dicium Jean. Hatinya kembali berdebar mengingat momen itu. “Jean apa yang sudah kau lakukan padaku?” gumam Charisa sambil mengusap bibirnya dengan penuh rasa frustasi.“Apa dia pikir aku terlalu mudah untuk dia sentuh,” lirih Charisa menyesal yang seharusnya tadi bisa untuk menghindar. Kenapa tubuhnya tidak bisa ia pertahankan.“Kau bodoh!” Charisa menyalahkan dirinya sendiri. “Kau sempat menikmatinya

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 59 : Rasa Itu

    Charisa terdiam dalam sentuhan bibir Jean, tubuhnya terasa seperti terbebani oleh banyak perasaan yang tak bisa dijelaskan. Ketika bibir Jean menyentuhnya, ada kehangatan yang mengalir melalui tubuhnya, seakan-akan dunia di sekeliling mereka menghilang dan hanya ada keduanya. Charisa bisa merasakan detak jantung Jean yang berpadu dengan detak jantungnya, dan untuk sesaat, ia merasa seolah-olah mereka hanya dua jiwa yang saling terikat dalam kesunyian malam.Jean memegangnya dengan lembut, seolah-olah dia takut jika dia melepasnya, Charisa akan hilang begitu saja. Namun ketika kesadaran dan logikanya kembali, Charisa segera melepaskan dirinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, namun hatinya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Keputusan itu muncul begitu cepat, hampir tanpa pertimbangan. Perasaan yang tiba-tiba datang begitu kuat, namun juga penuh dengan kebingungan. Ia menatap Jean dengan mata yang sedikit teralihkan, bingung dengan perasaan yang mengaduk di d

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 58 : Pesan Tertukar

    Charisa mencoba mengatur napasnya, berusaha untuk tetap tenang meskipun tubuhnya terasa lemas. Kehadiran Genta dengan ekspresi penuh amarah jelas menunjukkan bahwa sesuatu yang besar telah terjadi.“Aku pikir kita perlu bicara,” ujar Genta dengan nada dingin, meletakkan amplop cokelat itu ke atas meja Charisa.Charisa menatap amplop itu dengan tatapan bingung dan penuh waspada. “Apa ini?” tanyanya, suaranya nyaris bergetar.“Buka dan lihat sendiri,” balas Genta tanpa mengalihkan tatapannya.Dengan tangan gemetar, Charisa meraih amplop itu dan menarik keluar isinya. Sepasang mata cokelatnya membelalak saat melihat kertas hasil tes DNA di tangannya. Ia membaca isi dokumen itu dengan cepat, lalu mendongak menatap Genta.“Darimana kau mendapatkan ini?” tanya Charisa. Dia merasa kalau itu adalah perbuatan Jean.“Tidak penting bagaimana aku bisa mendapatkan ini,” jawab Genta dengan tegas, tapi dengan nada yang lebih mengarah ke perasaan kecewa. “Yang penting adalah, kenapa kau tidak pernah

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 57 : Waktunya Untuk Jujur

    “Nona Charisa ada paket datang. Sudah saya letakkan di atas meja Anda!” Kinara memberi tahu Charisa saat wanita itu datang.“Baik, terima kasih.” Charisa berjalan menuju ruangannya. Hatinya masih berada di dimensi lain. Perkataan Jean tadi berhasil membuatnya tidak fokus sepanjang perjalanan ke kantor. Charisa menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu ruangannya. Di atas meja kerjanya, sebuah kotak cokelat sederhana dengan pita biru tergeletak rapi. Ia menatapnya beberapa detik, lalu mengambil cutter untuk membukanya.Kotak itu berisi sebuah sepatu dengan desain mewah dari brand terkenal. Bersama dengan sepatu itu, terdapat selembar kartu kecil dengan tulisan tangan.“Waktunya melangkah dengan lembaran baru bersama orang yang benar-benar peduli denganmu. Charisa aku ingin berada di sampingmu dan melindungimu dan juga Darren”Charisa merasakan denyutan di dadanya. Ia tahu tulisan itu milik Jean. Kata-kata itu membuat pikirannya berputar. Apa yang sebenarnya diinginkan Jean darin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status