Dokter Rosy mengambil termo gun di atas meja dan mengecek suhu tubuh putranya. "Sa, kita ke klinik saja. Suhu badanmu 40° ini." Wanita itu tergesa keluar kamar untuk memanggil sopirnya. Dia tidak akan kuat memapah dokter Angkasa sendirian. Sedangkan sang suami sudah berangkat ke rumah sakit lebih pagi karena ada pasien darurat.Saat dipapah keluar kamar, dokter Angkasa tidak menolak. Tubuhnya memang butuh perawatan. Sebagai seorang dokter, dia paham kondisi fisiknya. Tak ada drama penolakan atau apapun. Memang lebih baik segera mendapatkan penanganan medis. Meskipun seorang dokter, kalau sudah tumbang begini mana bisa ia mengobati dirinya sendiri.Dia harus kembali sehat demi pasiennya yang rata-rata para orang tua."Ada apa, Tante." Dokter Farhana kaget saat melihat dokter Angkasa yang berbaring di brankar di dorong masuk ke kamar perawatan. Ruang VIP di klinik itu."Angkasa demam sejak tadi malam, Na. Sekarang panasnya masih 40°. Tante khawatir dia kena typus atau malah DBD. Kamu pe
MASIH TENTANGMU - Sama-sama Berkorban Alita membombardir Gama dengan pesan memanjang. Kemarahan, kekecewaan, ancaman, dan segala emoticon tumpah ruah di layar. Gama tidak mengindahkan. Diletakkannya kembali ponsel di atas meja.Banyuaji mengambil dan membaca isi pesan sebelum nyala layar padam. "Ngamuk dia. Kamu disumpahi nggak bakalan bahagia.""Berulang kali dia ngomong seperti itu. Tapi nggak pernah kubalas.""Hati-hati. Dia bisa membahayakan Antik dan Dea." Saga mengingatkan."Dea sudah resign. Untuk Antik, Insya Allah aman. Sekolahannya sangat ketat. Nggak boleh orang asing masuk sembarangan. Papa mertuaku protektif banget sama cucunya.""Tapi kamu harus tetap waspada. Orang seperti Alita ini berbahaya. Dia sudah sakit mental," tambah Saga."Kasihan sebenarnya sama gadis itu. Gara-gara kalian berdua dia jadi sakit jiwa. Parahnya sama kamu, Gama. Dia pengen cari obat karena patah hati dari Saga. Nggak tahunya malah tambah terluka. Parah banget kamu PHP-in dia," ujar Banyuaji dal
Diam. Dan kekakuan menjadi jarak membentang di antara keduanya. Meski raga mereka hanya berjarak beberapa depa saja. Kalau tidak ingat pesan dokter Rosy tadi, ingin rasanya dokter Farhana segera meninggalkan kamar. Tapi mamanya dokter Angkasa memintanya untuk memastikan agar laki-laki itu mau makan. "Kalau dokter Farhana sibuk, bisa tinggalkan saya sendiri. Nggak apa-apa nanti saya bisa makan sendiri. Jika butuh apa-apa, nanti saya panggil perawat." "Eh, i-iya, Dok." Dokter Farhana yang berdiri mematung menjawab dengan gugup. Wajahnya pasti berubah pias karena malu. Jika sudah diusir secara halus begini, apa dia keukeh bertahan di sana?Dokter Farhana mengangguk sejenak kemudian bergegas keluar kamar. Meski dokter Angkasa berkata secara halus dan sopan, sungguh ini memalukan baginya. Pengalamannya mengejar cinta Saga, tidak akan diulang pada pria lain. Sebagai perempuan, dia sangat malu melakukan hal itu. Seperti tak laku saja. Tak punya harga diri.Sambil berjalan kembali ke ruang
MASIH TENTANGMU- Serba Salah Alasan Gama berusaha menghindarkan Dea dari keluarga Alita karena istrinya sedang hamil. Yang kedua, mereka sekarang tengah mempersiapkan bukti-bukti untuk laporan ke polisi. Jangan sampai hal ini dicurigai oleh pihak lawan. Agar tidak ada kesempatan untuk menghindar dan menghilangkan bukti.Sudah jelas mereka bersalah. Tapi pihak berwajib butuh bukti untuk mengusut masalah. Paling cepat, minggu depan Banyuaji sudah bisa mulai bertindak.Dengan mengajak Dea menepi sementara, untuk menghindari amukan Alita jika sewaktu-waktu bertemu Dea atau putrinya.Kemarin Gama merencanakan tinggal sementara di rumah orang tuanya. Sedangkan Antik tetap ikut sang kakek, karena harus sekolah. Lagipula Antika lebih aman tinggal bersama orang tua Dea.Keputusan itu diambil karena tidak mungkin Gama akan pulang setiap hari ke rumah mertua untuk bertemu Dea dan Antik. Dikhawatirkan Alita ganti mengawasi rumah Pak Dedy. Hal itu justru membahayakan keluarga mertua. Makanya Gam
"Di sini sepi dan kamu akan sendirian jika mas kerja.""Nggak apa-apa.""Tapi jangan khawatir. Jika ada apa-apa yang mendesak. Ada nomer telpon pengurus apartemen di bawah sana yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Nomernya mas lekatkan di pintu kulkas."Ya, aku tadi sudah melihatnya."Gama menghabiskan makannya dan Dea melahap nugget hingga tak tersisa.Mereka masih duduk di sana. Bercerita sambil menikmati sisa teh. Dea baru tahu kalau dalam waktu singkat banyak hal terjadi di kantor cabang yang dipimpin oleh suaminya. Banyak klien yang membatalkan rencana kerjasama. Supplier yang tidak lagi loyal dan cenderung sembrono. Ternyata pakdenya Alita memiliki pengaruh yang sangat besar. Hingga mereka bisa dihasut sedemikian rupa. Dea jadi khawatir."Tapi kamu nggak perlu khawatir. Ini nggak akan lama. Banyuaji sedang mempersiapkan berkas dan barang bukti untuk melaporkan mereka."Dea berharap semoga segera selesai supaya keluarga kecil mereka bisa berkumpul lagi. Gama akan mengajak Dea dan
MASIH TENTANGMU- Penangkapan Dengan sabar Gama mendorong troli belanjaan untuk istrinya. Menemani Dea menelusuri rak demi rak di sebuah toserba yang buka dua puluh empat jam, memilih barang yang harus di belinya. Kelihatan semangat sekali hendak memasak. Pasti di kepalanya sudah terencana hendak membuat olahan apa saja. Itu kan kegemaran Dea sejak dulu."Sudah, Mas," ucap Dea setelah memasukkan buah-buahan yang dipilihnya ke dalam troli."Oke, kita ke kasir." Lelaki yang telah berpakaian rapi dan siap berangkat ke kantor itu langsung menuju kasir. Antrian belum begitu ramai. Setelah Dea menyelesaikan pembayaran, mereka segera pulang ke apartemen. "Mas, telat nggak nanti? tanya Dea di perjalanan."Nggak apa-apa. Mas langsung ke kantor papa untuk bertemu Banyuaji."Jarak apartemen dengan toserba hanya lima menit naik mobil. Parkiran underground sebagian sudah kosong ketika mereka sampai. Jam segitu, pasti para penghuni apartemen sudah berangkat kerja. Sebagian besar penghuninya adal
"Mana Farhana, Jeng?" tanya dokter Rosy pada Bu Faisal setelah mempersilakan duduk di sofa ruang tamu."Farhana lagi tak enak badan, Dok," jawab Bu Faisal."Oh ya, tadi pagi dia baik-baik saja.""Sepulang dari klinik tadi.""O, semoga hanya kecapekan."Dari ruang dalam muncul dokter Angkasa yang tersenyum ramah pada mereka. Menyalami dengan sopan, lantas duduk bergabung di sofa. Dokter itu juga heran. Kenapa dokter Farhana tidak ikut serta. Bukankah mamanya tadi bilang kalau Pak Faisal akan datang bertiga?"Nak dokter, katanya sakit?" tanya Pak Faisal pada dokter Angkasa."Iya, Om. Tapi alhamdulillah, sudah sembuh.""Alhamdulillah."Dalam pandangannya, dokter Angkasa ini sosok yang baik dan ramah. Tidak ada kurangnya untuk menjadi calon mantu. Usianya cukup matang. Sudah tampan, mapan pula. Namun laki-laki itu tidak akan membiarkan putrinya dinikahi dengan terpaksa. Kasihan, Farhana mempertaruhkan seumur hidupnya dalam pernikahan tanpa cinta.Pak Faisal harus memberanikan diri untuk b
MASIH TENTANGMU- Terlambat Ternyata banyak yang tidak diketahuinya tentang Gama. Termasuk dengan sosok pengacara yang merupakan sepupu dari pria itu. Selama ini Gama tidak banyak bercerita mengenai keluarganya. Alita baru sadar, kalau dirinya tidak begitu penting bagi Gama. Sudah sempat tunangan, tapi Gama tidak pernah mengenalkannya pada saudara-saudaranya. Sekedar bercerita pun tidak.Hendak membuat kejutan dengan menghancurkan mereka, ternyata dia yang akhirnya terkejut lebih dulu. Rasanya salah memilih lawan.Alita bangkit dari duduknya sesaat setelah Dini meninggalkan kamar. Ia ke belakang untuk pamitan dengan budhenya. Ah wanita itu ternyata tidak sesedih perkiraan. Wajahnya datar seolah tidak terjadi apa-apa. Dia tetap beraktivitas bersama pembantunya. Dua orang cucunya yang sudah sekolah dasar tampak begitu manja saat diladeni makan siang."Lit, ayo makan dulu." Wanita itu menarik kursi untuk Alita."Saya mau pamit pulang, Budhe.""Makan dulu." Dipaksanya Alita untuk duduk.
Paginya, Alita berkemas-kemas dibantu oleh Naufal. Sesekali mereka saling pandang dan melempar senyum. Rambut Alita terurai sebawah bahu dan masih setengah basah."Akhir pekan ini, kita lihat rumah di Grand Permata," kata Naufal menghampiri istrinya dan membantu mengunci travel bag."Kamu sudah tahu Grand Permata, kan?""Iya, aku pernah lewat sana.""Kamu suka nggak tempat itu?""Suka.""Ada juga di Singosari Residen. Tapi kejauhan kalau ke kantor. Di sana pemandangannya juga menarik. Bagaimana?""Aku ngikut saja. Mana yang terbaik buat kita.""Oke. Nanti kita lihat dua-duanya. Jadi kamu bisa membuat pilihan. Kalau di Singosari Residen memang lebih tenang tempatnya. Adem karena di kelilingi perbukitan. Cuman agak jauh dari kantor. Sebelum mendapatkan rumah, kita tinggal di kosanku sambil cari kontrakan rumah untuk sementara.""Ya." Alita tersenyum. Kemudian mengecek laci, memperhatikan gantungan baju, dan masuk ke kamar mandi untuk memastikan tidak ada barang mereka yang tertinggal.T
MASIH TENTANGMU- Hidup BaruJam dua ketika tamu sudah mulai senggang. Alita menghampiri Dea dan Melati yang duduk ngobrol, terpisah dari rombongan Pak Norman."Makasih banget kalian menyempatkan datang dari Jogja ke Surabaya," ucapnya sambil duduk di kursi depan dua wanita itu. Agak susah duduk karena memakai jarik yang sangat sempit. Makanya Dea membantu memegangi tangan Alita agar tidak terjengkang."Sama-sama," jawab Dea dan Melati hampir bersamaan."Setelah ini kamu dan suamimu tinggal di Malang?" tanya Melati."Iya. Kami berdua kerja di sana.""Kamu sudah lama pulang ke Surabaya?" tanya Melati lagi Dijawab anggukan kepala oleh Alita. Melati malah tidak tahu banyak tentang Alita, semenjak pakdhenya Alita masuk penjara. Apalagi setelah putus pertunangan dari Gama, Alita tidak pernah lagi datang ke kafenya. Dea sendiri tidak pernah membahas pertemuannya dengan Alita pada siapa-siapa. Kecuali pada sang suami, itu pun baru seminggu yang lalu. "Bentar aku mau ke toilet," pamit Melat
Jogjakarta, dua minggu kemudian."Undangan dari siapa, Mas?" Dea meraih undangan yang baru diletakkan oleh Gama di hadapannya. Dia membaca nama yang tertera. Tidak ada foto calon pengantin dalam undangan itu."Dari Alita?" Dea kaget. "Ya. Saga yang ngasih tadi. Seminggu lagi Lita nikah di Surabaya. Kata Saga, Naufal itu teman kuliah mereka dulu.""Calonnya dari Surabaya juga?"Gama mengangguk, tapi dia heran melihat wajah sang istri tampak bingung dan berulang kali memperhatikan undangan mewah kombinasi warna putih dan kuning keemasan di tangannya. "Sayang, kenapa?"Dea meletakkan undangan di atas meja riasnya."Mas, waktu aku hamil delapan bulan dan tinggal di apartemen. Sebenarnya aku bertemu dengan Alita yang tinggal di apartemen itu juga."Ganti Gama yang terkejut. "Beneran?"Dea mengangguk."Kenapa nggak cerita sama mas?""Karena Mas pasti langsung mengajakku pindah dan nggak boleh lagi bertemu dengan Lita. Waktu itu dia sudah berubah baik. Dia minta maaf padaku sambil nangis.
MASIH TENTANGMU- The Wedding Pagi yang cerah, suasana yang indah. Rumah Pak Handoyo begitu meriah. Senyum suami istri itu sangat sumringah. Menyambut tamu dari keluarga Naufal dan dari beberapa kerabat mereka sendiri yang di undang ke rumah. Tak ada yang ditutupi lagi kalau pernikahan Alita dengan Tony sudah selesai empat bulan yang lalu.Mereka mengerti dan tidak pernah bertanya secara detail.Tentang keguguran itu pun kerabat tidak ada yang tahu. ART saja yang tahu, tapi mereka juga tutup mulut. Tidak ada yang jadi 'lambe turah'. Sebab sadar karena di sana hanya bekerja dan digaji tidak murah. Pak Handoyo dan Bu Lany juga sangat baik sebagai majikan.Alita memakai gamis warna khaki dengan hiasan bordir di bagian kerah dan kancing depan. Memakai jilbab polos warna senada. Naufal memakai kemeja warna abu-abu. Acara dadakan yang membuat mereka tidak sempat menyelaraskan outfit untuk lamaran. Juga tidak ada backdrop. Namun tidak mengurangi kegembiraan hari itu.Orang tua Alita dan ke
Pagi-pagi sekali Gama bersama keluarganya sudah sampai di rumah Pak Norman. Ia juga sudah check out dari vila. Pagi ini bersama keluarga kecil Saga, mereka akan kembali ke Jogja. Liburan telah selesai dan besok waktunya kembali ke kantor.Pak Norman menciumi bocah-bocah satu per satu. Alangkah bahagianya. Di hari tua bisa memiliki cucu sebanyak itu. Termasuk anak-anak Gama direngkuh tak ubahnya seperti cucu sendiri. Gama adalah bagian dari Ariani. Perempuan yang memiliki tempat tersendiri di hatinya.Bu Rista dan Kartini juga menyempatkan menggendong si kembar yang sangat lucu. Juga si bayi Akhandra yang mencuri perhatiannya. Tiga hari ini menjadi momen yang sangat indah. Mereka berkumpul bersama dan membuat rumah besarnya sangat ramai."Kami pamit, Om, Tante." Gama mencium tangan Pak Norman dan Bu Rista. Diikuti oleh Dea. Juga berpamitan pada Akbar dan Tini.Saga dan Melati melakukan hal yang sama. Hingga mereka berpisah di halaman rumah. Dua mobil meninggalkan pekarangan disertai la
MASIH TENTANGMU- Janji yang Ditepati"Itu Saga." Naufal melihat teman lamanya."Iya. Tapi kita pergi saja." Alita berbalik dan melangkah cepat. Naufal pun menjajari langkahnya. Mereka menuruni eskalator dan Alita tak lagi menoleh ke belakang.Bukan hal mudah bertemu mereka lagi. Mungkin menjauh juga tidak mempengaruhi apapun. Dirinya bukan siapa-siapa dan bisa jadi sudah dilupakan. Justru kalau tiba-tiba ia muncul, mungkin akan merusak suasana. Sebab di sana pun juga ada Akbar bersama istrinya. Mereka sedang bahagia menikmati kebersamaan.Rupanya Gama juga membawa istri dan anaknya menyambut pergantian tahun di Malang. Keluarga Saga tinggal di Lawang. Mungkin mereka tadi tengah jalan-jalan. Kenapa bumi ini terasa sempit."Kita keluar saja dari Trans*art kalau gitu." Naufal memutuskan karena melihat Alita yang tidak nyaman dan terlihat cemas.Ia bisa memahaminya. Tentu bertemu mereka lagi adalah sesuatu yang tidak mudah setelah banyak peristiwa tertoreh dalam hubungan mereka."Kita m
Naufal dan Alita lantas makan tanpa percakapan. Makan dengan cepat agar sampai pantai tidak kesiangan. Butuh waktu dua jam untuk sampai di Balaikambang.Alita yang menghindari banyak orang dalam waktu empat bulan ini. Namun terasa nyaman saat bepergian bersama Naufal. Sebenarnya dialah teman laki-laki yang bisa diajak ngobrol enak sejak dulu. Sosok yang bisa dipercaya. Saking percayanya sampai mereka melakukan one night stand.Bromo. Sebenarnya di bulan Desember dan awal Januari begini, Bromo sedang indah-indahnya. Savana dengan rerumputan yang menghijau karena terguyur hujan, setelah kekeringan selama musim kemarau. Mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak percakapan. Sesekali mengulas apa yang dilihatnya di sepanjang perjalanan. Tentunya pemandangan yang menyejukkan mata.Dua jam kemudian mereka sudah menyusuri pantai dengan pesona pasir putih dan pemandangan air laut yang kebiruan. Suasana teduh karena mendung memayungi angkasa, meski hari sudah siang.Tahun baru, pengunjung mem
MASIH TENTANGMU- 71 Serius Alita belum bisa tidur meski sudah jam sebelas malam. Sebentar lagi pergantian tahun. Sejam lagi sudah tahun yang berbeda. Namun kehidupannya masih tetap sama.Ia ingat Naufal. Tidak mengira saja, ia bertemu lagi dengan Naufal di kota ini.Memang bisa saja mereka bertemu, karena sama-sama berasal dari Surabaya. Namun statusnya yang masih single membuat Alita seakan tak percaya. Apa sekali saja dia tidak pernah pacaran?Dan kata-kata Naufal tadi masih diingatnya. Laki-laki itu merasa sangat bersalah terhadap apa yang telah mereka lakukan dulu. Tidak hanya merasa bersalah, tapi juga ingin bertanggungjawab. Bertanggungjawab seperti apa? Hendak menikahinya? Padahal dirinya terlalu kotor. Memang Naufal yang pertama kali mengambil segalanya. Tapi bukan alasan itu yang membuat Alita tetap sendiri sampai saat ini. Naufal belum tahu sejahat apa dirinya selama sebelas tahun.Wanita melamun lalu menoleh saat ponselnya di nakas berpendar. Siapa yang menelpon malam-ma
Alita tersenyum getir. Naufal tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Memang di biodata itu tertulis belum menikah, padahal dirinya sudah janda. Sebab mau mengganti identitas, dia tidak punya akta perceraian."Kamu sudah menikah? Aku khawatir kalau sedang jalan sama suami orang." Alita memberanikan diri untuk bertanya.Naufal dengan cepat menggeleng. "Nggak usah khawatir. Kamu duduk dengan laki-laki yang masih jomblo." Senyum mengakhiri ucapannya.Di usia tiga puluh empat tahun, Naufal juga masih belum menikah? Dia bukan lelaki kurang pergaulan, bukan pria buruk rupa, karirnya juga mentereng. Tapi belum menikah."Kenapa belum nikah?" Alita mulai enjoy. Dulu pun mereka adalah sahabat yang sangat akrab dan biasa ngobrol tentang apapun."Kamu juga belum menikah? Kenapa?"Alita tersenyum getir."Karena perbuatanku waktu itu?" tanya Naufal dengan wajah sendu. Ada sesal dan rasa bersalah tampak di sana. Meski harus membongkar kisah lama, tapi ia mesti mengutarakannya. Sebab ia menyesalinya hing