MASIH TENTANGMU- Tumbang Kemarahan itu meluap dalam dada, sampai Alita membeku tidak bersuara apa-apa. Tubuhnya memanas karena darahnya mendidih. Inilah puncak kemarahannya. Namun saat itu ia tidak bisa berbuat apapun. Ini kantor, jika ia mengamuk hanya menambah rasa malunya. Tentu rekan-rekan sekantor sudah tahu kenyataan yang sebenarnya. Ada Hani yang siap pasang badan untuk Dea dan menjelaskan pada mereka. Atau mungkin Hani sudah menjelaskan semuanya.Dia tidak mungkin izin pulang. Terpaksa melakukan pekerjaannya dalam diam. Tangannya gemetar menahan amarah. Pekerjaan yang harus diselesaikan saat itu menjadi kalang kabut. Berapa kali harus dibenahi, harus direvisi ulang. Raganya serasa tak bertenaga. Limbung tapi terpaksa harus tetap duduk dengan tegak. Matanya terasa panas karena menahan diri agar tidak menangis. Sialan, dia kecolongan. Perempuan yang hari-hari duduk di depan meja kerjanya ternyata sudah kembali pada Gama. Bahkan sekarang sudah hamil. Hancur lebur hati Alita.
Dokter Rosy mengambil termo gun di atas meja dan mengecek suhu tubuh putranya. "Sa, kita ke klinik saja. Suhu badanmu 40° ini." Wanita itu tergesa keluar kamar untuk memanggil sopirnya. Dia tidak akan kuat memapah dokter Angkasa sendirian. Sedangkan sang suami sudah berangkat ke rumah sakit lebih pagi karena ada pasien darurat.Saat dipapah keluar kamar, dokter Angkasa tidak menolak. Tubuhnya memang butuh perawatan. Sebagai seorang dokter, dia paham kondisi fisiknya. Tak ada drama penolakan atau apapun. Memang lebih baik segera mendapatkan penanganan medis. Meskipun seorang dokter, kalau sudah tumbang begini mana bisa ia mengobati dirinya sendiri.Dia harus kembali sehat demi pasiennya yang rata-rata para orang tua."Ada apa, Tante." Dokter Farhana kaget saat melihat dokter Angkasa yang berbaring di brankar di dorong masuk ke kamar perawatan. Ruang VIP di klinik itu."Angkasa demam sejak tadi malam, Na. Sekarang panasnya masih 40°. Tante khawatir dia kena typus atau malah DBD. Kamu pe
MASIH TENTANGMU - Sama-sama Berkorban Alita membombardir Gama dengan pesan memanjang. Kemarahan, kekecewaan, ancaman, dan segala emoticon tumpah ruah di layar. Gama tidak mengindahkan. Diletakkannya kembali ponsel di atas meja.Banyuaji mengambil dan membaca isi pesan sebelum nyala layar padam. "Ngamuk dia. Kamu disumpahi nggak bakalan bahagia.""Berulang kali dia ngomong seperti itu. Tapi nggak pernah kubalas.""Hati-hati. Dia bisa membahayakan Antik dan Dea." Saga mengingatkan."Dea sudah resign. Untuk Antik, Insya Allah aman. Sekolahannya sangat ketat. Nggak boleh orang asing masuk sembarangan. Papa mertuaku protektif banget sama cucunya.""Tapi kamu harus tetap waspada. Orang seperti Alita ini berbahaya. Dia sudah sakit mental," tambah Saga."Kasihan sebenarnya sama gadis itu. Gara-gara kalian berdua dia jadi sakit jiwa. Parahnya sama kamu, Gama. Dia pengen cari obat karena patah hati dari Saga. Nggak tahunya malah tambah terluka. Parah banget kamu PHP-in dia," ujar Banyuaji dal
Diam. Dan kekakuan menjadi jarak membentang di antara keduanya. Meski raga mereka hanya berjarak beberapa depa saja. Kalau tidak ingat pesan dokter Rosy tadi, ingin rasanya dokter Farhana segera meninggalkan kamar. Tapi mamanya dokter Angkasa memintanya untuk memastikan agar laki-laki itu mau makan. "Kalau dokter Farhana sibuk, bisa tinggalkan saya sendiri. Nggak apa-apa nanti saya bisa makan sendiri. Jika butuh apa-apa, nanti saya panggil perawat." "Eh, i-iya, Dok." Dokter Farhana yang berdiri mematung menjawab dengan gugup. Wajahnya pasti berubah pias karena malu. Jika sudah diusir secara halus begini, apa dia keukeh bertahan di sana?Dokter Farhana mengangguk sejenak kemudian bergegas keluar kamar. Meski dokter Angkasa berkata secara halus dan sopan, sungguh ini memalukan baginya. Pengalamannya mengejar cinta Saga, tidak akan diulang pada pria lain. Sebagai perempuan, dia sangat malu melakukan hal itu. Seperti tak laku saja. Tak punya harga diri.Sambil berjalan kembali ke ruang
MASIH TENTANGMU- Serba Salah Alasan Gama berusaha menghindarkan Dea dari keluarga Alita karena istrinya sedang hamil. Yang kedua, mereka sekarang tengah mempersiapkan bukti-bukti untuk laporan ke polisi. Jangan sampai hal ini dicurigai oleh pihak lawan. Agar tidak ada kesempatan untuk menghindar dan menghilangkan bukti.Sudah jelas mereka bersalah. Tapi pihak berwajib butuh bukti untuk mengusut masalah. Paling cepat, minggu depan Banyuaji sudah bisa mulai bertindak.Dengan mengajak Dea menepi sementara, untuk menghindari amukan Alita jika sewaktu-waktu bertemu Dea atau putrinya.Kemarin Gama merencanakan tinggal sementara di rumah orang tuanya. Sedangkan Antik tetap ikut sang kakek, karena harus sekolah. Lagipula Antika lebih aman tinggal bersama orang tua Dea.Keputusan itu diambil karena tidak mungkin Gama akan pulang setiap hari ke rumah mertua untuk bertemu Dea dan Antik. Dikhawatirkan Alita ganti mengawasi rumah Pak Dedy. Hal itu justru membahayakan keluarga mertua. Makanya Gam
"Di sini sepi dan kamu akan sendirian jika mas kerja.""Nggak apa-apa.""Tapi jangan khawatir. Jika ada apa-apa yang mendesak. Ada nomer telpon pengurus apartemen di bawah sana yang bisa dihubungi sewaktu-waktu. Nomernya mas lekatkan di pintu kulkas."Ya, aku tadi sudah melihatnya."Gama menghabiskan makannya dan Dea melahap nugget hingga tak tersisa.Mereka masih duduk di sana. Bercerita sambil menikmati sisa teh. Dea baru tahu kalau dalam waktu singkat banyak hal terjadi di kantor cabang yang dipimpin oleh suaminya. Banyak klien yang membatalkan rencana kerjasama. Supplier yang tidak lagi loyal dan cenderung sembrono. Ternyata pakdenya Alita memiliki pengaruh yang sangat besar. Hingga mereka bisa dihasut sedemikian rupa. Dea jadi khawatir."Tapi kamu nggak perlu khawatir. Ini nggak akan lama. Banyuaji sedang mempersiapkan berkas dan barang bukti untuk melaporkan mereka."Dea berharap semoga segera selesai supaya keluarga kecil mereka bisa berkumpul lagi. Gama akan mengajak Dea dan
MASIH TENTANGMU- Penangkapan Dengan sabar Gama mendorong troli belanjaan untuk istrinya. Menemani Dea menelusuri rak demi rak di sebuah toserba yang buka dua puluh empat jam, memilih barang yang harus di belinya. Kelihatan semangat sekali hendak memasak. Pasti di kepalanya sudah terencana hendak membuat olahan apa saja. Itu kan kegemaran Dea sejak dulu."Sudah, Mas," ucap Dea setelah memasukkan buah-buahan yang dipilihnya ke dalam troli."Oke, kita ke kasir." Lelaki yang telah berpakaian rapi dan siap berangkat ke kantor itu langsung menuju kasir. Antrian belum begitu ramai. Setelah Dea menyelesaikan pembayaran, mereka segera pulang ke apartemen. "Mas, telat nggak nanti? tanya Dea di perjalanan."Nggak apa-apa. Mas langsung ke kantor papa untuk bertemu Banyuaji."Jarak apartemen dengan toserba hanya lima menit naik mobil. Parkiran underground sebagian sudah kosong ketika mereka sampai. Jam segitu, pasti para penghuni apartemen sudah berangkat kerja. Sebagian besar penghuninya adal
"Mana Farhana, Jeng?" tanya dokter Rosy pada Bu Faisal setelah mempersilakan duduk di sofa ruang tamu."Farhana lagi tak enak badan, Dok," jawab Bu Faisal."Oh ya, tadi pagi dia baik-baik saja.""Sepulang dari klinik tadi.""O, semoga hanya kecapekan."Dari ruang dalam muncul dokter Angkasa yang tersenyum ramah pada mereka. Menyalami dengan sopan, lantas duduk bergabung di sofa. Dokter itu juga heran. Kenapa dokter Farhana tidak ikut serta. Bukankah mamanya tadi bilang kalau Pak Faisal akan datang bertiga?"Nak dokter, katanya sakit?" tanya Pak Faisal pada dokter Angkasa."Iya, Om. Tapi alhamdulillah, sudah sembuh.""Alhamdulillah."Dalam pandangannya, dokter Angkasa ini sosok yang baik dan ramah. Tidak ada kurangnya untuk menjadi calon mantu. Usianya cukup matang. Sudah tampan, mapan pula. Namun laki-laki itu tidak akan membiarkan putrinya dinikahi dengan terpaksa. Kasihan, Farhana mempertaruhkan seumur hidupnya dalam pernikahan tanpa cinta.Pak Faisal harus memberanikan diri untuk b