"Ternyata kamu memutuskan pertunangan kita, karena ingin rujuk dengan Dea? Brengs*k kamu, Ga." Alita menatap nanar. Gama bergeming karena lalu lalang staf di luar bisa melihat mereka."Kamu pembohong. Kamu bilang nggak mungkin rujuk dengan Dea," teriak Alita."Aku nggak pernah mengajakmu membahas tentang Dea. Tentang perasaanku padanya. Seperti kamu yang nggak pernah bertanya tentang anakku. Padahal kamu calon ibu tirinya saat itu."Alita bungkam. Memang benar, Gama tidak pernah memulai mengajak siapapun membahas tentang Dea. Tentang perasaan cinta dan kehilangan. Patah hati yang diam-diam membuatnya stres sendiri. Tidak pada sahabat baiknya, Agam. Atau pada sepupu-sepupunya. Apalagi pada Alita yang jelas saat itu merupakan teman baiknya Dea. Cintanya ia pendam sendirian."Aku minta maaf," ucap Gama yang membuat tangis gadis itu pecah."Apa yang kamu inginkan sekarang?"Alita menarik tisu di atas meja dan mengelap air matanya. Mana mungkin ia akan menceritakan apa keinginannya. Yang
MASIH TENTANGMU- Vonis Hakim Dokter Farhana yang hari itu memakai pakaian kasual tersenyum pada dokter Angkasa. "Selamat siang, Dok," sapanya ramah setelah jarak mereka dekat kemudian berhenti saling berhadapan."Selamat siang, Dokter Farhana.""Dokter Rosy ada? Saya ingin bertemu beliau.""Mama sepertinya sudah kembali ke rumah sakit. Kalau papa masih ada di ruangannya.""Makasih, Dok. Saya ketemu dokter Teguh dulu," pamit dokter Farhana dengan sopan."Tunggu sebentar!" Dokter Farhana yang hendak melangkah kembali menoleh pada dokter Angkasa. "Kamu mau pindah?""Ya. Maaf nggak sempat pamitan sama, dokter. Beberapa hari ini dokter nggak ada di klinik." Dokter Farhana mengulurkan tangannya. "Saya minta maaf, jika selama di klinik, mungkin saya melakukan kesalahan sama, Dokter."Laki-laki itu menyambut uluran tangan dokter Farhana. Senyum manis melengkung di bibirnya. "Sama-sama. Semoga kamu sukses di tempat baru. Saya juga minta maaf jika ada salah sama kamu.""Saya juga mau mengam
Alita kembali terkejut dengan apa yang dipaparkan budhenya. Satu cerita yang luput dari sepengetahuannya. Benarkah ini? Bukankah pakdenya terlihat sangat perhatian pada sang istri.Pertanyaan itu masih tersekat di tenggorokan. Sebab pembantu mereka menghampiri untuk memberitahu bahwa ada tamu yang menunggu di teras.***L***Persidangan yang memakan waktu dan menguras pikiran itu, pada akhirnya sampai pada finalnya. Semua kejahatan terungkap di hadapan awak media yang membuat semua orang akhirnya pada tahu. Menjadi berita heboh dalam sepekan ini di kalangan para pebisnis hingga ke masyarakat.Satu per satu apa yang dimiliki pakdenya Alita kembali pada yang berhak. Para relasi juga memutuskan kerjasama. Hanya tinggal beberapa saja yang masih bertahan. Sebab ada pekerjaan yang sudah terlanjur berjalan dan harus diselesaikan.Meski Gama dan Saga yang ada dibalik semua itu, tapi mereka sekali saja tidak pernah muncul dalam persidangan. Hanya Banyuaji dan timnya yang bekerja hingga kasus it
MASIH TENTANGMU - Petaka"Bu Deandra, mari silakan!" Petugas yang berjaga memanggil nama Dea.Spontan Dea dan Bu Wetty langsung berdiri dan melangkah memasuki ruang pemeriksaan."Selamat pagi, Dok.""Pagi, Mbak Dea," jawab dokter Rosy sambil memandang Dea dan wanita anggun di sebelahnya, Bu Wetty. Biasanya Dea di antar oleh suaminya, tapi kali ini bersama seorang perempuan yang baru pertama kali dilihat. Wajah mereka sangat mirip. Dokter Rosy menduga kalau wanita itu pasti mamanya Dea.Dengan sopan dan sambil tersenyum, Bu Wetty menyalami dokter Rosy."Ibu ini mamanya Mbak Dea, ya?""Betul, Dok. Saya Wetty, mamanya Dea. Kebetulan hari ini suamiya Dea sangat sibuk. Jadi nggak bisa nganterin periksa."Dokter Rosy mengangguk-angguk. Kemudian mempersilakan duduk, lalu ia memperhatikan hasil pemeriksaan tensi dan berat badan yang ada dalam catatan. Di depan tadi, Dea sudah diperiksa tekanan darah dan menimbang berat badan. Dokter Rosy mempersilakan Dea untuk segera di berbaring. Seorang p
Jadi ia akan bertindak sendiri. Namun tidak perlu khawatir, ada yang siap membantunya. Meski mereka baru kenal selama empat bulan ini. Tapi bagi Alita, dia bisa diajak kerjasama. Mereka punya kepentingan sendiri-sendiri. Alita hendak balas dendam, laki-laki itu ingin menghancurkan reputasi Gama. Klop sudah.Senyum sadis menyeringai dari bibirnya yang merah merona. Jelas terbayangkan bagaimana shock-nya Dea yang tengah hamil itu. Lelaki yang ia puja setengah mati, akan menorehkan luka terdalam dalam jiwanya. Bahkan mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan lagi. Dan akan menjalani kehamilannya sendirian.Gama pun tidak akan menyangka dan pasti terkejut bukan main. "Lihatlah, kehancuran kalian berdua sudah di depan mata," desis Alita. Berhadapan terang-terangan, jujur saja ia sudah tidak memiliki kekuatan. Namun bertindak dibalik layar, ia masih punya kemampuan. Ia tidak bisa memiliki Gama, Dea pun tidak akan bisa.***L***Alita menyiapkan segala berkas kerjasama untuk sore nanti. Pert
MASIH TENTANGMU- SesalAlita menggosok dengan kasar seluruh permukaan kulitnya memakai sabun dan busa. Tubuhnya basah kuyup oleh shower di atasnya. Namun jejak itu rasanya tidak akan pernah sirna. Apa yang tertoreh tadi akan menjadi kenangan paling kejam dalam hidupnya.Gadis itu sudah tidak bisa menangis. Hendak menjerit pun sudah tak mampu lagi. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi satu jam yang lalu? Apa? Jeritnya dalam hati sambil mendekap tubuhnya.Bayangan di kantor atasannya memenuhi seluruh indera ingatannya. Tony begitu beringas karena efek obat perang*ang yang ia bubuhkan pada teh yang seharusnya diminum oleh Gama.Kenapa bisa tertukar? Bukankah ia tadi sudah bilang sama office boy kalau cangkir yang isinya lebih sedikit tadi milik Gama."Jangan lupa ya. Cangkir yang ini untuk tamu. Terus yang isinya agak penuh untuk Pak Tony," pesannya setelah selesai mengaduk teh.Kenapa OB tadi salah menaruh teh? Apa ia harus mengamuk pada pemuda itu? Yang tanpa sengaja telah membuatnya be
"Perusahaan sudah kehilangan beberapa partner karena ulah pakdenya Lita. Ada yang ingin kembali bekerjasama, tapi mas tolak. Perusahaan nggak butuh orang-orang seperti mereka.""Kenapa nggak dikasih kesempatan, Mas.""Ini bukan game yang harus ngasih kesempatan hingga beberapa kali. Ini bisnis. Kami harus tegas. Biar mereka juga mengerti dan nggak seenaknya sendiri. Dalam dunia usaha, komitmen yang harus diutamakan. Kepercayaan itu nomer satu. Kalau sudah dipercaya harusnya bisa saling menjaga, bukan saling menjegal. Makanya setelah kejadian ini, papa menekankan agar kami hati menjalin kerjasama."Dea manggut-manggut. Mengerti apa yang dijelaskan oleh sang suami. Wanita itu kemudian bangkit untuk mengemas bekas makanan. Gama juga berdiri untuk membantu sang istri. Mereka membereskan dapur bersama-sama.Selesai berkemas, Dea masuk kamar. Gama memadamkan sebagian lampu ruangan. Lantas menyusul istrinya.Mereka salat isya berjamaah. Setelah salam dan berdoa, Dea mencium tangan sang suami
MASIH TENTANGMU- Setelah Satu BulanHening.Tony menengadahkan wajah dengan mata terpejam. Bayangan istri dan kedua anaknya memenuhi kepala. Senyum mereka, tawa mereka. Rasanya sakit sekali jika kebahagiaan mereka hancur karena ulahnya. Wanita itu menemaninya berjuang dari nol. Saat mereka baru menikah, belum punya apa-apa, dan akhirnya mendapatkan modal dari orang tua. Membangun kantor cabang yang menjadi bagian dari bisnis keluarga besar, hingga menjadi seperti sekarang ini.Masalah tidak hanya berimbas pada keluarga kecilnya. Pasti akan merembet pada keluarga besar mereka. Tony tidak sanggup membayangkan. Nama baiknya akan dipertaruhkan dan rumah tangganya hancur berantakan. Melihat Tony diam, Alita bangkit dari duduknya dan keluar ruangan tanpa pamitan. Dadanya hendak pecah. Ini kesalahan mereka berdua, harusnya di tanggung bersama. Bagaimanapun Tony tidak bisa lepas tangan.Sambil menahan tangis, Alita melangkah cepat ke arah mobil. Senja yang temaram menjadi saksi kehancuran