MASIH TENTANGMU- Setelah Satu BulanHening.Tony menengadahkan wajah dengan mata terpejam. Bayangan istri dan kedua anaknya memenuhi kepala. Senyum mereka, tawa mereka. Rasanya sakit sekali jika kebahagiaan mereka hancur karena ulahnya. Wanita itu menemaninya berjuang dari nol. Saat mereka baru menikah, belum punya apa-apa, dan akhirnya mendapatkan modal dari orang tua. Membangun kantor cabang yang menjadi bagian dari bisnis keluarga besar, hingga menjadi seperti sekarang ini.Masalah tidak hanya berimbas pada keluarga kecilnya. Pasti akan merembet pada keluarga besar mereka. Tony tidak sanggup membayangkan. Nama baiknya akan dipertaruhkan dan rumah tangganya hancur berantakan. Melihat Tony diam, Alita bangkit dari duduknya dan keluar ruangan tanpa pamitan. Dadanya hendak pecah. Ini kesalahan mereka berdua, harusnya di tanggung bersama. Bagaimanapun Tony tidak bisa lepas tangan.Sambil menahan tangis, Alita melangkah cepat ke arah mobil. Senja yang temaram menjadi saksi kehancuran
Si kembar Syai dan Gara menjadi pusat perhatian. Kembar identik itu membuat gemas setiap orang yang memandang. Mereka tampak akur dan lucu. Jika salah satu dari mereka ada yang menjahili, kembarannya akan datang membela. Antika tidak kesulitan beradaptasi. Anak kecil paling gampang untuk berbaur.Jam sepuluh malam sebagian sudah pamitan pulang, yang sebagian lagi menginap di rumah Mbah Kakungnya. Saga dan Gama memilih pulang. Karena besok harus bekerja dan anak-anak sekolah. Shaka juga sudah masuk PAUD sekarang ini. Keluarga Pak Beny yang menginap di sana.***L***Inilah kali pertama, Dea menginjakkan kaki di rumah milik sang suami. Hunian yang persis mereka impikan dulu. Ternyata Gama merealisasikannya meski saat itu mereka sudah bercerai."Rumah impianmu," ucap Gama sambil memeluk Dea dari belakang. Saat itu Antika sudah tidur dan Dea berdiri di balik pintu geser yang menghubungkan ruang tamu dan balkon di lantai dua."Kenapa mas realisasikan, padahal kita sudah bercerai." Dea ber
MASIH TENTANGMU- Tanggungjawab Dua orang yang duduk berhadapan itu saling diam. Kekhawatiran Tony tentang kehamilan Alita kini menjadi kenyataan. Setiap hari ia kepikiran tentang hal itu selama sebulan ini. Berharap bahwa gadis itu tidak sampai hamil. Toh mereka juga sekali saja melakukannya. Namun kenyataan berkata sebaliknya.Di atas meja ada empat testpack yang disodorkan Alita. Itu sudah menjadi bukti akurat tentang kehamilan staf di depannya. Wajah Alita menunjukkan keputusasaan."Aku tahu kalau Pak Tony nggak mungkin menikahiku. Tapi tolong bantu aku. Apa yang harus aku lakukan? Jika digugurkan, temani aku untuk melakukannya."Tony kaget dengan kata 'digugurkan'. Dia tahu resiko apa jika melakukan pengguguran kandungan. Bisa jadi nyawa sebagai taruhannya. Apalagi janin itu sungguh kuat. Dia tidak luruh meski Alita sudah berusaha melenyapkannya. Jika hal itu terjadi, ia pun akan ikut menanggung dosanya.Dosa? Kenapa baru sekarang ia memikirkan tentang dosa. Waktu hendak menjeba
Namun jika beberapa tahun lagi sang istri akhirnya tahu, apa mungkin bisa mengerti? Belum tentu. Justru prahara besar bisa saja terjadi. Karena Tony merahasiakan hal itu sekian lama. Sekarang atau pun nanti, peristiwa buruk itu pasti terjadi.Tony bak makan buah simalakama. Maju kena, mundur kena, bahkan diam pun salah juga. Apa ini balasan untuk setiap kecurangan yang ia lakukan terhadap pesaing bisnis? Tapi kenapa tidak keruntuhan bisnisnya saja yang ia terima. Justru ia terjebak dari sesuatu yang tidak disangka. Securang apapun, baru kali ini ia bermain-main dengan obat perang*ang dan perempuan.Ketika hendak bangkit dari duduk, ponselnya berdering. Arsistennya menelepon."Halo.""Maaf, Pak Tony. Saya hanya ingin mengingatkan kalau besok pagi jam sembilan, Pak Tony ada jadwal meeting di kantor Pak Gama. Saya tadi mau ke ruangan bapak, tapi ada Bu Alita di dalam.""Ya. Besok dari rumah saya langsung ke kantor Pak Gama.""Ya, Pak. Saya permisi dulu. Selamat petang."Tony meletakkan k
MASIH TENTANGMU- JanjiSuasana tegang di ruangan tertutup di sebuah kafe pinggiran kota. Makanan yang dipesan di atas meja hanya dicicipi sedikit lalu dibiarkan dingin.Alita memandang kosong pada salah satu lukisan abstrak di dinding depannya. Bu Lani diam memperhatikan meja, Pak Handoyo berkali-kali menarik napas panjang, sedangkan Tony gelisah dengan saling menautkan jemarinya di atas meja. Bagaimana bisa ia akan menuruti permintaan papanya Alita. Ini sama saja mengkhianati lagi istrinya secara diam-diam. Kesalahan sore itu masih menjadi momok menakutkan baginya. Sekarang ia pun harus mendengar permintaan dari Pak Handoyo."Saya tahu ini sebuah kecelakaan karena ulah kalian sendiri. Tapi saya tidak menuntut penuh pertanggungjawaban Nak Tony pada bayi itu. Saya bisa membiayainya. Saya hanya ingin Nak Tony menikahi Alita secara siri di Surabaya. Biar keluarga kami tahu kalau Alita sudah menikah. Setelah anak itu lahir, kalian bisa bercerai dan saya akan membawa pulang Lita dan anakn
Saat Alita di periksa, Bu Lani yang mendampinginya. Sedangkan Tony sok sibuk dengan ponsel dan sesekali melihat layar USG yang menempel di dinding. Tidak memandang sama sekali di atas brankar. Dadanya berdesir saat di layar ia melihat jelas kantung janin yang kemarin berusaha dilenyapkan oleh Alita. Itu benihnya. Sekali saja mereka melakukan dalam keadaan pengaruh obat, nyatanya jika Tuhan berkehendak, jadilah embrio itu.Bu Lani bernapas lega, saat hasil pemeriksaan baik-baik saja. Ia sangat khawatir karena Alita sudah melakukan berbagai cara supaya bayinya gugur. Wanita itu minta vitamin yang terbaik, supaya tidak terjadi kecacatan pada bayi itu nantinya. Mumpung masih kecil, harus diupayakan supaya nutrisinya tercukupi.Selesai periksa, mereka mampir makan malam di sebuah restoran. "Lusa kami akan kembali ke Surabaya, Nak Tony. Saya titip Alita," kata Pak Handoyo sambil makan. Terpaksa ia harus merendahkan suaranya meski sangat kecewa. Tak ada pilihan selain mengalah. Bagaimanapun
MASIH TENTANGMU- Pernikahan di Surabaya Matahari kian beranjak naik. Memancarkan terik di hari itu. Tak ada awan kelabu yang berarak di angkasa. Langit biru indah, lumayan cerah. Namun berbanding terbalik dengan suasana hati Tony. Mendung kelam menggelapkan perasaannya. Rasa bersalah, bingung, takut kehilangan, juga rasa iba pada Alita berbaur jadi satu. Bayangan dua anaknya menjelma dan mencabik perasaan.Sampai kapan ia bisa menutupi kenyataan ini. Tentang pernikahannya dengan Alita dan tentang kehadiran bayi itu. Bagaimanapun anaknya bersama Alita tetap saudara biologis kedua anaknya dengan pernikahan pertamanya. Kapan ia sanggup jujur mengatakan semuanya pada istri dan dua anaknya. Setelah beristirahat lumayan lama, Tony bangkit untuk meneruskan perjalanan. Seberat apapun, ia harus tetap datang untuk menepati ucapannya. Meski Alita sama sekali tidak menghubungi untuk menanyakan keberangkatannya ke Surabaya.Tony tidak perlu repot-repot mencari alamat rumah Alita. Sebab dia dije
Pertanyaan tidak hanya sebatas itu. Kenapa Alita tidak menikah dengan lelaki keturunan bangsawan yang melamarnya. Laki-laki yang sangat dibanggakan oleh Pak Handoyo dan Alita sendiri. Namun mereka hanya bungkam, tak berani bertanya. Toh, laki-laki yang sekarang juga tak kalah tampan dari sebelumnya.Disaksikan ketua KUA setempat, Pak Handoyo sendiri yang menikahkan putrinya. Dijabat erat tangan pengantin pria."Saya nikahkan dan saya kawinkan Antony Faiq Setyawan bin Setyawan dengan puteri saya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas sepuluh gram dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Alita Putri binti Handoyo dengan mas kawin tersebut, tunai."Tony berkeringat dingin usai melepaskan pegangan tanga Pak Handoyo, setelah saksi mengatakan sah atas pernikahan mereka.Semua yang hadir bernapas lega karena acara berjalan lancar sesuai rencana. Tony gemetar saat menengadahkan tangan ketika Pak Naib membacakan doa. Dia memasuki satu fase